B. Konsep Wilayah Perbatasan
1. Konsep Kerja sama Bilateral
Dalam Hubungan Internasional, hubungan kerja sama antarnegara yang merupakan pertemuan beragam kepentingan internasional dari beberapa negara yang sifatnya tidak dapat dipenuhi oleh bangsanya sendiri. Kerja sama bilateral secara umum adalah keadaan yang menggambarkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi atau terjadinya timbal balik antara dua pihak. Selanjutnya menurut
Holsti, rangkaian pola hubungan aksi reaksi ini meliputi proses sebagai berikut :44
a) Rangsangan atau kebijakan aktual dari negara yang memprakarsai.
b) Presepsi dari rangsangan tersebut oleh pembuat keputusan di negara penerima.
c) Respon atau aksi timbal balik dari negara penerima.
d) Presepsi atau respon oleh pembuat keputusan dari negara pemrakarsa.
Dapat dikatakan bahwa hubungan bilateral merupakan perjanjian yang meliputi di dalamnya terlibat dua negara yang membicarakan kelanjutan masa depan dari hubungan perjanjian yang telah disepakati oleh keduanya. Hubungan bilateral terjadi diantara statetostate, yang di dalamnya terdapat pula aktoraktor negara sebagai pelanan pembuat keputusan. Dalam perjanjian bilateral ini, kesepakatankesepakatan yang timbul dapat meliputi bidangbidang diantaranya bidang politik, ekonomi perdagangan, kebudayaan, pendidikan, keamanan, dan pertahanan. Perjanjian yang dihasilkan dalam hubungan bilateral ini, memiliki peran penting dan beberapa keuntungan di dalam berbagai negosiasi dan dapat memberikan sebuah pertukaran atas fasilitasfasilitas yang dimiliki oleh kedua
44 Holsti, K. J, The Concept of Power in the Study of International Relations, (Vol. 7, No. 4, Background, 1964), hlm. 194.
negara yang bersepakat tercapainya tujuan kedua negara. Sebagaimana yang diungkapkan Kusumohidjojo mengenai hubungan bilateral:
Hubungan bilateral adalah suatu bentuk kerja sama diantara kedua negara baik yang berdekatan secara geografis ataupun yang jauh di seberang lautan dengan sasaran utama untuk menciptakan perdamaian dengan memperhatikan kesamaan
politik, kebudayaan dan struktur ekonomi.45
Definisi di atas dapat menjelaskan bahwa tujuan dilaksanakannya hubungan bilateral atau kerja sama adalah untuk mencapai kepentingan nasional negaranya dan mempererat persahabatan dan kerja sama dengan negaranegara lain. Oleh karena itu, dalam menentukan terjalinnya kerja sama dengan negara lain maka diperlukan langkah yang tepat dalam mengambil keputusan, mengingat dalam setiap hubungan bilateral mengandung kepentingankepentingan strategis dan sasaran utama dari negaranegara yang terlibat di dalamnya dalam pelaksanaan politk luar negerinya.
Dalam kotenks hubungan bilateral, kedekatan geografis menjadi dasar hubungan kedua negara untuk menciptakan hubungan yang harmonis dan juga hidup bertetangga yang baik. Karena tujuan untuk melaksanakan hubungan bilateral itu sendiri adalah untuk memberikan keuntungan timbal balik kepada kedua belah pihak melalui hubungan yang baik dan harmonis. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Mahmuddin:
Hubungan bilateral merupakan interaksi antardua negara yang dikembangkan dan dimajukan dengan menghormati hakhak kedua negara untuk melakukan berbagai kerja sama pada aspekaspek kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan atau mengucilkan keberadaan negara tersebut, serta mewujudkan
45 Budiono Kusumohamidjojo, Hubungan Internasional: Kerangka Studi Analisis, (Cetak I, Jakarta: Bina Cipta, 1987), hlm. 3.
perdamaian dan memberikan nilai tambah yang menguntungkan dari hubungan bilateral ini.46
Selanjutnya, Menurutnya terdapat manfaat atau keuntungan yang diharapkan dapat diperoleh setiap negara yang menjalin hubungan bilateral dengan negara lain:
Bahwa setiap negara yang melakukan kerja sama bilateral memiliki empat keuntungan dasar yang memperkuat kerja sama bilateral tersebut yaitu; (1) saling memahami dan mengetahui keberadaan masingmasing negara dalam melakukan hubungan bilateral, (2) saling memberikan manfaat dan keuntungan di dalam mendukung kelangsungan hidup dari masingmasing negara, (3) mencitakan suatu kerja sama yang berkelanjutan dan berkesinambungan untuk meciptakan adanya perdamaian dan (4) menumbuhkan dan memperkuat aspekaspek dominan yang
dimiliki oleh kedua negara tersebut.47
Hubungan bilateral RI dan PNG, telah lama berlangsung sejak dibukanya hubungan diplomatik tahun 1973. Namun hubungan tersebut belum pada upaya kerja sama bilateral kedua negara akibat dampak dari persoalan keamanan dan ideologi kedua negara di perbatasan. Perkembangan hubungan bilateral kedua negara mengalami kemajuan ketika, adanya payung hukum, yang disebut Basic Aregeement Beetwen the Goverment of the Republic of the PNG on Border Arrangement yang ditandatangai pada tahun1975.
Kerja sama bilateral RI dan PNG akhirakhir ini mengalami perkembangan dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanaan, dan pendidikan.48 Hubungan kedua negara mengalami pasang surut karena konflik
yang berkaitan dengan masalah keamanan dan politik di kawasan perbatasan
46 Mahmuddin, Perspektif Kerjasama Bilateral, (Jakarta: Rajawali Press, 2001), hlm. 21. 47 Ibid. hlm. 93.
memang sangat rawan dengan konflik. Hubungan ini tercipta baik karena di perbatasan RI dan PNG masyarakatnya masi memiliki hubungan kekerabatan dan sejarah kedua negara ini merupakan negara bekas jajahan kolonial.
Perjanjian dan kerja sama kedua belah pihak di kawasan wilayah perbatasan selalu dibicarakan dalam forum Joint Border Committe. Hal tersebut terlihat hubungan kedua negara yang tidak lepas dari dua dimensi yaitu unilateral dan bilateral,49 pertama dimensi unilateral yaitu setiap penentu dalam pengambilan
keputusan di kawasan perbatasan adalah program kebijakan negara RI maupun PNG yang diterapkan di perbatasan. Kedua, dimensi bilateral yaitu hubungan kerja sama antara negara yang berbatasan dalam mencegah dan menangani permasalahan permasalahan yang terjadi perbatasan sehingga terjadi hubungan antar negara berbatasan negara saling menghormati kedaulatan wilayah.
Dalam konteks penulisan skripsi ini, kerja sama bilateral RI dan PNG dalam bidang pendidikan dalam Memorandum of Understanding (MoU) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan PNG.