• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PELAYANAN ORANG SAKIT KUSTA DI NAOB

C. Pelayanan Orang Sakit Kusta di Naob

3. Kesaksian Para Tokoh tentang Pelayanan

Sr. M. Gabriella, PRR ketika ditemui oleh penulis pada 30 Mei 2015, menjelaskan tentang sejarah dan latar belakang keberadaan rumah sakit

rehabilitasi kusta Naob. Suster yang kelahiran Ledoblolong, 03 Oktober 1942 ini, adalah salah satu suster perdana dan pemikir dalam Kongregasi PRR. Beliaulah yang pertama kali memimpin kongregasi ini hingga tiga periode atau selama 15 tahun perjalanan kongregasi. Beliau sangat mencintai Pendiri Mgr. Gabriel Manek, SVD. Sebagai wujud cintanya kepada bapak uskup, Ia berjuang keras membangkitkan semangat dan jiwa pendiri terutama dalam memberikan perhatian yang khusus dan khas bagi kaum miskin lemah dan tersingkir. Salah satu karya terbesar kongregasi yang ia mulai dan perjuangkan pada kesempatan Musyawarah Umum III Kongregasi PRR tahun 1996 adalah Pelayanan bagi para penderita kusta di tanah Timor [Lampiran 2: (3)].

Dalam kesempatan wawancara yang berlangsung + 1 jam di ruang kerjanya, Sr. Gabriella asal Lamalera-Lembata ini menjelaskan dengan sangat baik bahwa awal mula munculnya pelayanan orang kecil di Naob merupakan hasil refleksi para suster dari tahun ke tahun berusaha menggali spiritualitas dan kharisma pendiri. Para suster akhirnya menyadari dan menemukan bahwa pendiri adalah seorang pahlawan kaum miskin dan lemah. Mgr. Gabriel Manek, SVD sangat mencintai orang kecil. Bapak uskup mempersembahkan seluruh hidup dan karyanya bagi pelayanan orang kecil. Dengan gigih dia berjuang memanusiakan manusia yang terbuang dan tersisih dari perhatian masyarakat dan keluarga. Termasuk membela domba-dombanya yang mengalami penderitaan karena penindasan atau korban kekerasan politik pada masa penjajahan Jepang dan Belanda. Ketika berkarya di Flores sebagai imam muda, Bapak uskup adalah orang pertama yang berani menjumpai dan setia mengunjungi para penderita kusta di daerah Tanjung Naga-Lembata. Beliau selalu berkesempatan mengunjungi dan

memberi peneguhan bagi mereka, bahkan hingga baju di badannyapun ia rela melepaskan dan memberikannya kepada seorang penderita kusta yang kedinginan tanpa baju. Di sini adalah awal cinta bapak uskup kepada orang sakit kusta. cintanya semakin membara dan berkobar-kobar di Amerika yakni di tengah orang suku Indian sampai akhir hidupnya di dunia [Lampiran 2: (3)].

Sr. M. Gabriella, melanjutkan ceritanya dengan rasa haru dan bangga akan Pendiri Mgr. Gabriel Manek yang telah mewariskan karya pelayanan orang kecil bagi Kongregasi PRR. Berkali-kali Sr. Gabriella menegaskan bahwa rumah sakit kusta di Lewoleba-Lembata adalah buah dari inspirasi Pendiri. Beliau mendirikan rumah sakit itu untuk memberi tempat yang layak bagi penderita kusta dan mendapatkan pelayanan kemanusiaan yang pantas. Bapak uskup meminta Ibu Gisela Barowka, seorang Perawat Jerman untuk menjadi penjaga, perawat dan pelayan orang-orang kusta di Lewoleba. Dalam perjalanan waktu setelah peralihan gembala keuskupan setempat karya itu dilanjutkan oleh para suster CIJ. Waktu itu Kongregasi PRR masih berusia sangat muda dan belum memiliki tenaga perawat untuk penderita kusta. Suster yang diutus untuk belajar khusus di Tangerang belum selesai [Lampiran 2: (4)].

Pada tahun 1996, Kongregasi mengutus Sr. M. Yohana, Sr. M. Mikaelis, Sr. M. Dorotea, Sr. M. Laurentina dan Sr. M. Alfonsa untuk memulai komunitas di Naob. Kongregasi merasa sudah saatnya kita menghidupkan semangat pendiri. Kongregasi memilih daerah Timor sebagai pusat pelayanan orang sakit kusta karena di sana ditemukan banyak penderita kusta. Maka Desember 1996 diputuskan secara resmi dalam Musyawarah Umum untuk membuka karya pelayanan sosial bagi para penderita kusta di Naob-TTU. Kongregasi sangat yakin

bahwa karya ini akan terus berlanjut karena karya Roh Kudus yang diimani oleh Pendiri dan karena doa-doa bapak Pendiri kepada Bunda Surgawi. Tentunya pekerjaan ini bukan pekerjaan yang mudah, tetapi kita “mulai saja”, demikian Sr. Gabriella mengutip kata-kata Sr. Anfrida (Co-pendiri). Kita berani membuka karya ini dalam segala keterbatasan tempat, dana dan lain sebagainya. Kita bergerak dari sentuhan hati, mengunjungi dengan tangan hampa, hanya dengan sebuah senyum kegembiraan bersama, sapaan hati membuat orang sakit merasa ada tanda harapan akan kehidupan [Lampiran 2: (4)-(5)].

Kongregasi PRR tidak memiliki pos dana khusus untuk pelayanan ini, tetapi dengan gigih berjuang, awal mula mengalihkan gerakan penjualan kalender yang sudah dimulai sebelumnya untuk karya sosial ini. Selanjutnya banyak orang mengenal karya ini lewat pendekatan personal, lewat sarana komunikasi seperti kalender, majalah misi dan brosur sebagai sumber dana utama dalam meningkatkan kesejahteraan hidup para penderita kusta. Kini kegiatan ini menjadi gerakan seluruh anggota kongregasi untuk turut ambil bagian dalam pelayanan sosial [Lampiran 2: (5)].

Sr. M. Gabriella, PRR saat ini berkarya di Komunitas St. Fransiskus Asisi Cimanggis sebagai pemimpin komunitas dan koordinator umum karya penggalangan dana sosial Yayasan Sr. Ibu Anfrida, SSpS dan Yayasan Panti Asuhan Fajar Baru. Kedua yayasan ini adalah yayasan sosial milik Kongregasi PRR. Akhir kata dalam perjumpaan dengan penulis, beliau mengungkapkan harapan dan impiannya ke depan bahwa karya ini harus tetap hidup, dan membutuhkan tenaga suster yang mau melayani tidak sekedar menjalankan tugas perutusan, tetapi melayani dengan hati tulus dan mencintai orang kecil. Karena itu

Kongregasi perlu meningkatkan profesi perawat yang betul-betul mau bekerja di bidang itu. Beliau juga mengucapkan terima kasih kepada suster-suster yang sudah berjuang keras melayani orang sakit kusta di Naob dan juga untuk semua suster PRR yang turut ambil bagian dalam mendukung karya ini dengan caranya masing-masing [Lampiran 2: (5)].

b. Pemimpin Rumah Sakit Kusta Sta. Maria Bunda Pembantu Abadi Naob

Pelayanan orang sakit kusta membutuhkan tenaga ekstra dan perawatan yang rutin. Demikian komentar awal dari Sr. M. Krisanti, PRR ketika ditemui oleh penulis pada 5 Juni 2015 di rumah sakit kusta Naob. Penulis mengumpulkan berbagai informasi seputar pelayanan para suster di sana. Sr. M. Krisanti, PRR adalah pemimpin karya rumah sakit Sta. Maria Bunda Pembantu Abadi di Naob. Ia telah berkarya di rumah sakit ini sejak tahun 1996, saat itu beliau masih sebagai calon suster PRR masa Novisiat, setelah kaul pertama beliau diutus untuk belajar di Lembaga Pendidikan Akademi Fisioterapi (AKFIS) Tomohon-Manado. Selanjutnya setelah menyelesaikan studi, ia kembali berkarya di Rumah sakit kusta Naob hingga saat ini. Suster kelahiran Fatuneno-TTU 01 Maret 1968 ini, sangat tekun dan setia dalam melayani orang sakit kusta [Lampiran 2: (6)].

Beliau menceritakan dengan sangat baik bagaimana melayani orang sakit kusta. Berawal dari mengadakan turba ke desa-desa, baik dengan berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh maupun dengan kendaraan umum. Dalam kesempatan turba itu, Sr. Krisanti memberikan pemahaman tentang sakit kusta dan niat baik dari pihak rumah sakit untuk memberikan pengobatan dan perawatan gratis di rumah sakit kusta milik susteran PRR. Mula-mula Sr. Krisanti

mengadakan pengamatan langsung kepada masyarakat yang diketahui ada gejala kusta. Ada yang langsung bersedia untuk ikut menjalani pengobatan di rumah sakit Naob, ada juga yang masih sungkan untuk meninggalkan keluarganya. Hal ini butuh kesabaran dalam memberi pemahaman. Karena tidak semua orang yang terbukti kena kusta mau berpisah dengan anggota keluarganya, apa lagi kalau ia seorang bapak yang menjadi tulang punggung keluarga. Ia harus bekerja mencari nafkah untuk istri anak-anaknya. Bahkan sering terjadi pasien yang sudah dirawat di rumah sakit kabur dan pulang ke rumahnya karena alasan itu [Lampiran 2: (7)].

Terkait dengan pelayanan di rumah sakit, Sr. Krisanti menjelaskan bahwa semua pasien mendapatkan pelayanan yang intensif, mulai dari membersihkan luka pasien yang mengidap penyakit kusta basah, memandikan, menyediakan makanan, pakaian dan memberikan pengobatan. Biasanya setiap pasien harus menjalani terapi minum obat minimal satu tahun. Semua kebutuhan makan minum dan kebutuhan toilet sehari-hari merupakan tanggungjawab rumah sakit kusta Naob. Pelayanan di rumah sakit kusta Naob lebih bersifat pelayanan kasih. Yang diharapkan dari pasien adalah kerelaan dan ketekukan dalam menjalani pengobatan. Jika ada kemauan yang kuat, pasti akan menuai hasil yakni kesembuhan dari penyakit. Rumah sakit kusta juga melayani pasien sakit umum, baik rawat jalan maupun rawat nginap. Hal ini, sangat membantu masyarakat sekitar yang jauh dari puskesmas dan rumah sakit lainnya. Kesan umum dari masyarakat mengalami banyak kemudahan dalam hal pelayanan medis. Setiap pasien yang diantar ke tempat ini selalu disambut baik dan dilayani dengan segera [Lampiran 2: (7)].

D. Penerapan Spiritualitas dan Kharisma Pendiri dalam Karya Pelayanan