• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PELAYANAN ORANG SAKIT KUSTA DI NAOB

C. Pelayanan Orang Sakit Kusta di Naob

1. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Kusta Naob

Karya pelayanan terhadap penderita kusta dan berdirinya pusat rehabilitasi lepra di Naob merupakan wujud keprihatinan dari pendiri Mgr. Gabriel Manek, SVD. Dalam keadaan yang sukar sekalipun, ketika bertugas di Flores sebagai imam muda pada masa penduduk Jepang (1942-1945) beberapa kali Mgr. Gabriel Manek mengunjungi penderita lepra yang “dibuang” di Tanjung Naga-Lembata. Dan ketika menjadi uskup Larantuka beliau mendirikan pusat rehabilitasi lepra di Lewoleba. Berulang kali ia berbicara tentang penderita lepra dan berharap menjadi misi dari Kongregasi PRR (Marsella, 2015: 1).

Seiring berjalannya waktu pada tahun 1971, Kongregasi Puteri Reinha Rosari mulai berkarya di Keuskupan Atambua. Karya pertama berawal di Noemuti-Kefamenanu dengan menangani karya Pendidikan, kesehatan dan sosial. Sr. Ibu Anfrida (Co-Pendiri) mengarahkan perhatian kongregasi kepada penderita lepra yang banyak terdapat di Noemuti dan sekitarnya. Karena cinta dan perhatian terhadap penderita lepra itulah, maka Sr. Ibu Anfrida sering mengadakan visitasi ke Noemuti dan bahkan pernah tinggal di sana. Pada tahun 1977, pelayanan terhadap penderita kusta dihentikan untuk sementara waktu sambil kongregasi menyiapkan tenaga perawat khusus untuk penderita kusta (Jebarus, 2008: 77).

Sadar akan misi khusus kepada sesama yang menderita khususnya karya pelayanan penderita kusta dalam bingkai spiritualitas, visi dan misi kongregasi, maka pelayanan kasih ini dibuka lagi pada 20 Mei 1992 di Noemuti. Dalam pengalaman pelayanan para suster di sana, ternyata ditemukan pasien kusta semakin banyak, dan mereka membutuhkan pelayanan khusus. Berdasarkan kenyataan yang memprihatinkan ini, demi mengkhususkan pelayanan sosial bagi penderita kusta, maka hasil Musyawarah Umum III dalam Kongregasi PRR tahun 1995 antara lain diputuskan untuk membuka komunitas baru tepatnya di Desa Naob-TTU, dahulu masih termasuk wilayah paroki Noemuti, dan kini menjadi bagian dari wilayah paroki Maubama, keuskupan Atambua (Marsella, 2014: 1).

b. Awal yang Kecil dan Sederhana

Pada 7 oktober 1996, momen di mana komunitas PRR Noemuti merayakan 25 tahun keberadaannya di Pulau Timor khususnya Noemuti keuskupan Atambua, lahirlah komunitas Naob dengan pelayanan khusus kepada orang-orang sakit kusta. Kongregasi mengutus enam suster yakni: Sr. M. Yohana, Sr. M. Mikaelis, Sr. M. Dorotea, Sr. M. Laurentina dan Sr. M. Alfonsa menjadi perintis pertama karya di Naob. Tiga suster yang disebutkan namanya terakhir diutus ke Cancar untuk mengikuti kursus perawat kusta dan selanjutnya ke Tangerang (Jebarus, 2008: 79).

Dalam kesaksian Sr. Krisanti ketika ditemui penulis pada 5 Juni 2015 di Naob, menceritakan bahwa sejak Oktober tahun 1996, mereka membuka karya di Naob berawal dengan sebuah gubuk yang terbuat dari “bebak” dalam bahasa lokal

yang artinya rumah dari bahan dasar daun kelapa dan dinding pelepah kelapa. Waktu itu Sr. Krisanti dan Sr. Veronika diutus untuk praktek sebagai suster novis di Naob. Sr. Yohana berkarya sendirian dan ditemani oleh empat anak awam. Kehidupan waktu itu masih sangat sederhana. Pemerintah dan masyarakat desa setempat sangat mendukung dan bekerjasama mendirikan dua unit rumah “bebak”. Satu untuk tempat nginap para suster dan lainnya untuk poliklinik. Fasilitas masih sangat terbatas, kesulitan muncul di sana sini, berbagai hambatan datang silih berganti. Namun para suster ini terus berjuang bersama menghidupi apa yang menjadi spiritualitas dan kharisma pendiri, melalui pelayanan dan perhatian khusus pada orang kusta. Tahun 1996-1997 mereka mengadakan turba atau kunjungan ke kampung-kampung untuk mensosialisasikan karya ini. Mula-mula pelayanan baru sebatas mendata pasien dan memberi pengarahan akan bahaya kusta sambil memberikan pengobatan gratis di rumah-rumah mereka. Hal ini dilakukan berhubung belum ada rumah khusus yang memungkinkan untuk rawat nginap. Baru pada tahun 1998, para suster mulai menerima pertama kali 4 orang pasien untuk rawat nginap [Lampiran 2: (7)].

Karya ini terus berjalan berkat dukungan bapak uskup Keuskupan Atambua, para imam, biarawan-biarawati, pemerintah desa, kabupaten dan propinsi dalam berbagai bentuk dan caranya masing-masing. Dalam perjalanan waktu masyarakat dan Pemerintah setempat melihat dan menyadari bahwa pelayanan kepada penderita kusta adalah pelayanan kemanusiaan, maka masyarakat menyerahkan tanah seluas 10 Ha kepada pemerintah yang nota bene tanah sangketa dan pemerintah menyerahkan kepada misi untuk dimanfaatkan bagi pengembangan karya tersebut (Marsella, 2014: 2).

c. Masa Peralihan

Pelayanan di Komunitas PRR Naob adalah pelayanan kemanusian yang sejak awal diperjuangkan oleh kongregasi untuk dapat menolong dan membantu sesama yang sakit Kusta. Pelayanan ini tidak saja terpusat di Naob, tetapi juga turba ke desa-desa, sekolah, melalui survei kontak masyarakat maupun anak sekolah untuk menemukan dan mengobati para pasien kusta sedini mungkin, sebelum mengalami cacat fisik. Tujuannya adalah untuk memutuskan rantai penularan penyakit kusta melalui pelayanan preventif, kuratif dan rehabilitasi. Dalam perkembangan selanjutnya pemerintah menganjurkan agar Balai Pengobatan ini di tingkatkan menjadi rumah sakit supaya pelayanan semakin luas dan mendapat perhatian dan dukungan pemerintah (Marsella, 2014: 2).

Sr. M. Marsella, PRR, ketika ditemui oleh penulis pada 4 Juni 2015 di kantor Yayasan Sr. Ibu Anfrida, SSpS di Naob, menceritakan sejarah keberadaan rumah sakit kusta Bunda Maria Pembantu Abadi Naob. Sejarah keberadaan rumah sakit atau cacat umum Bunda Maria Pembantu Abadi pada awalnya bernama Pusat Rehabilitasi Kusta Bunda Pembantu Abadi Naob yang dikelola oleh Yayasan Mgr. Gabriel Manek, SVD. Tempat ini telah memberikan pelayanan medis sejak tahun 1996. Pelayanan di Pusat Rehabilitasi dalam perkembangannya semakin kompleks dan menjangkau wilayah yang sangat luas bukan saja untuk wilayah NTT tetapi juga dari Luar NTT seperti Timor Leste dan Jakarta. Maka hasil Musyawarah Umum V Kongregasi PRR tahun 2005, memutuskan untuk mendirikan satu Yayasan baru yaitu Yayasan Sosial Ibu Anfrida yang mengkhususkan pelayanan para penderita kusta, cacat umum, anak yatim piatu serta pelayanan sosial kemanusiaan lainnya [Lampiran 2: (5)].

Tahun 2007 kebutuhan pelayanan untuk masyarakat luas terutama para penderita kusta dan orang-orang miskin makin berkembang pesat. Oleh karena itu, yayasan sosial Ibu Anfrida mengajukan permohonan kepada pemerintah agar dapat meningkatkan status rehabilitasi kusta menjadi rumah sakit kusta dan cacat umum Bunda Pembantu Abadi Naob. Permohonan ini ditanggapi baik oleh Dinkes Propinsi dengan mengeluarkan izin sementara untuk menyelenggarakan rumah sakit dengan nomor: Dinkes. Yanmed. 253/445.1/VIII/2007. Maka pada 15 Agustus 2007 rumah sakit kusta dan cacat umum Bunda Pembantu Abadi Naob diresmikan oleh Bupati Timor Tengah Utara atas nama Drs. Gabriel Manek, Msi (Marsella, 2015: 3).

Selanjutnya kongregasi menyadari akan pentingnya mendapatkan kelayakan maka harus mengurus perpanjangan izin sementara selama dua tahun. Tahun 2011, kongregasi mengajukan permohonan supaya bisa mendapatkan izin tetap dengan Nomor: Dinkes. 446/5/SKL/II/2011. Hal inipun terjadi sehingga rumah sakit kusta dan cacat umum Bunda Pembantu Abadi mengajukan permohonan kepada Dinkes Propinsi untuk mendapatkan rekomendasi klasifikasi kelas rumah sakit khusus. Maka Juli 2010 Kepala Dinkes Propinsi memberikan klasifikasi rumah sakit dengan kelas D. Setelah mendapatkan izin tetap dan rekomendasi tipe D, maka pada bulan Maret 2011, ’kami’ dalam hal ini ketua yayasan mengajukan permohonan kepada Menkes Republik Indonesia untuk mendapatkan kode dan penetapan kelas rumah sakit. Syukur kepada Tuhan semuanya berjalan dengan baik sehingga rumah sakit mendapatkan kode dengan Nomor Kode RS 5305024. Januari 2013 sudah mendapatkan kelas rumah sakit dengan kategori rumah sakit khusus kelas C. Dengan demikian ditetapkanlah identitas rumah sakit kusta Naob (Marsella, 2015: 3).

d. Identitas Rumah Sakit

1) Nama : Rumah Sakit Kusta Sta. Maria Bunda Pembantu Abadi. 2) Alamat : Desa Naob, Kec. Noemuti, Kab. TTU (Kefamenanu) NTT. 3) Pelindung : Sta. Maria Bunda Pembantu Abadi.

4) Tahun/ tanggal berdiri: 07 Oktober 1996.

e. Visi dan Misi Rumah Sakit Kusta Naob

Sr. M. Marsella, dalam laporannya tentang keadaan komunitas rumah sakit kusta Naob periode 2014/2015, menunjukkan visi dan misi sebagai arah dasar pelayanan para suster bagi orang sakit, menderita, miskin dan terbuang.