Juni 2010
Juni 2010
an dan ketangguhan suatu masyarakat, secara sederhana dapat digambarkan jika secara isik, mental dan sosialnya sehat, maka produktivitasnya juga tinggi. Selanjutnya produktivitas yang tinggi akan berbanding lurus dengan ketahanan ekonomi.
Tantangan Berat
Ayah dua orang anak ini mengatakan masalah ling- kung an masih merupakan tantangan yang cukup berat bagi kota Tegal sebagai daerah pesisir. Tingkat kualitas alam menjadi permasalahan tersendiri seperti terbatasnya akses air bersih dan sanitasi, tingginya polusi dan ting- kat pencemaran air sungai menjadi masalah lingkungan tersendiri yang perlu mendapat perhatian bersama.
Paradigma kesehatan sudah waktunya dirubah, jika sebelumnya pelayanan kesehatan masih menempat- kan masyarakat sebagai obyek, maka perlu didorong pola kemandirian yang ditandai dengan pemberdayaan masyarakat dalam kesehatan. Masyarakat diberdayakan untuk mampu secara mandiri memenuhi kesehatannya, mengembangkan prakarsa membangun lingkungan sehat yang melibatkan masyarakat. Hal seperti ini tentunya, membutuhkan jajaran promosi kesehatan yang kuat di daerah untuk membangkitkan prakarsa masyarakat di bi- dang kesehatan. Karena bagaimanapun kualitas kemandi- rian masyarakat di bidang kesehatan menjadi indikator komposit kemajuan masyarakat.
Penyusunan Strategi Sanitasi Kota merupakan bagian ketiga dari rangkaian proses pelaksanaan Pembangunan Sanitasi Kota yang terdiri dari lima tahapan yakni:
Tahap A: Pengenalan program dan pembentukan Pok-
ja Sanitasi Kota
Tahap B: Penilaian Pemetaan Sanitasi Kota (Penyusun an Buku Putih Sanitasi Kota) Tahap C: Penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahap D: Penyusunan Rencana Tindak Sanitasi Tahap E: Pemantauan dan Evaluasi
Sebagaimana dengan panduan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota, panduan penyusunan Strategi Sani- tasi Kota (SSK) disusun berdasarkan berbagai teori yang ada, petunjuk-petunjuk Pemerintah Pusat, dan berbagai pengalaman yang diperoleh selama mendampingi bebera- pa kota untuk menyusun Strategi Sanitasi Kota (SSK).
Panduan ini berupaya mendorong terciptanya dialog interaktif di antara anggota-anggota Pokja Sanitasi Kota dan akhirnya mendorong proses pengembangan kapasi- tas. Tetapi selain itu proses yang dibangun melalui manual ini dimaksudkan juga agar Pokja memiliki rasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap apa yang sudah disusun- nya secara bersama-sama.
Pada saat awal-awal program, panduan yang disusun masih bersifat sementara. Kualitas SSK yang dihasilkan oleh kota-kota pun mungkin masih belum memadai, teru- tama dari sudut pandang akademis. Tetapi yang terpenting ialah bahwa Pokja sudah mampu bekerja sama (termasuk belajar bersama) untuk menghasilkan sebuah rencana strategis yang terintegrasi. Ini adalah prestasi yang sangat tinggi mengingat bahwa hal tersebut selama ini sukar di- jalankan. Panduan penyusunan SSK ini di antaranya juga memuat pengalaman-pengalaman Pokja Sanitasi Kota.
Hasil yang akan dicapai melalui proses ini adalah: • Identiikasi temuan-temuan penting di dalam Buku
Putih
• Kesamaan pemahaman tentang kondisi sanitasi kota • Kesamaan pemahaman tentang rujukan lainnya • Jadwal, rencana kerja, dan pembagian tugas penye-
lesaian SSK
Sebelum memulai penyusunan SSK, sebaiknya Pokja mengkaji-ulang Buku Putih Sanitasi Kota. Beberapa orang anggota yang ditunjuk, diminta membuat ringkasan Buku Putih dan mempresentasikannya di depan para anggota lain guna mengingatkan kembali hal-hal yang dituliskan dalam buku tersebut. Sebelum itu anggota-anggota Pokja sebaiknya berkunjung ke lapangan untuk memastikan atau mengkonirmasi ulang bahwa apa yang ditulis di dalam Buku Putih sesuai dengan kondisi nyata di lapangan. Jika ada perbedaan antara kondisi lapangan dan isi Buku Putih, Pokja bisa memperbaiki atau menambahkan- nya ke dalam Buku Putih.[Eko]
W
arga DKI Jakarta mengalami krisis air bersih lantaran berkurangnya pasokan air oleh dua operator PAM yang diduga akibat perbaikan pompa air baku oleh Perum Jasa Tirta (PJT) II dan PT Aerta Air Jakarta. Sebanyak 81 ke- lurahan yang merupakan pelanggan air bersih di wilayah layanan Palyja mengalami gangguan pasokan air bersih yakni 38 kelurahan mengalami penghentian pasokan air bersih dan 43 kelurahan mengalami penurunan volume air bersih.Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengaku telah mengetahui kekurangan suplai air bersih bagi warga Jakarta meskipun belum mendapatkan laporan resmi dari kedua operator PAM yakni Aetra dan Palyja. “Saya menunggu laporan dari operator. Namun saya imbau agar warga Jakarta hemat air bersih, jangan boros mengguna- kan air,” kata Fauzi Bowo. Karena belum adanya laporan tersebut, maka belum dapat diketahui apakah kekurangan air itu diakibatkan kekeringan yang sedang melanda Ja- karta atau diakibatkan masalah lain.
Kalangan politisi DPRD DKI menilai kedua operator merupakan pihak yang bertanggung jawab atas krisis air
bersih tersebut sebagai rekanan dari PD PAM Jaya. “Me- reka itu kan berperan sebagai petugas penyediaan air bersih bagi warga Jakarta. Seharusnya masalah kekeringan atau berkurangnya pasokan air baku karena musim kemarau sudah bisa diantisipasi,” kata anggota Komisi D DPRD DKI, Prya Ramadhani di DPRD DKI.
Seperti diketahui, musim kemarau dan musim hujan selalu terjadi setiap tahun sehingga seharusnya PDAM Jaya dan kedua operator sudah memiliki solusinya. Krisis air bersih saat ini disebabkan pasokan air bersih kepada se- bagian besar pelanggan PT Palyja di wilayah Barat Jakarta mengalami gangguan akibat penurunan pasokan air baku ke Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pejompongan I dan II. Penurunan pasokan juga terjadi di operator air PAM lain- nya yaitu PT Aetra Air Jakarta dimana kualitas air baku menurun antara lain berwarna kehitaman dan menge- luarkan bau yang menyengat yang disebabkan terjadinya penurunan volume air baku dari Curug sebagai akibat dari perbaikan pompa air baku oleh Perum Jasa Tirta (PJT) II.
Corporate Secretary Aetra, Yosua L Tobing, mengatakan berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran terhadap air baku berasal dari Kalimalang yang dilakukan secara te- rus menerus oleh tim produksi dan trunk main PT Aerta di IPA Buaran, terpantau tingkat konsentrasi dari salah satu parameter terdapat ammonia telah mencapai lebih dari 1.7 ppm padahal kondisi normal hanya berkisar maksimum 0.5 ppm. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa secara kasat mata air baku yang diterima terlihat berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau yang menyengat.
Meskipun mengalami penurunan kualitas air baku, pihak Aetra tetap berusaha memproduksi air bersih sesuai standar yang ditentukan Kementerian Kesehatan. Aetra berkomitmen untuk memproduksi air dengan standar kualitas air minum sesuai dengan Kepmenkes 907/2002 pada seluruh IPA Buaran I dan II serta IPA Pulogadung.