Juni 2010
Juni 2010
Edisi I, 2010
UU Keterbukaan Informasi Publik Jadi Harapan
dan Penyehatan Lingkungan
Diterbitkan oleh Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
(Pokja AMPL)
Penanggung Jawab
Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas
Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Direktur Pengembangan Air Minum
Kementerian Pekerjaan Umum Direktur Bina Sumber Daya Alam dan
Teknologi Tepat Guna Kementerian Dalam Negeri Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Kementerian Dalam Negeri
Pemimpin Redaksi Oswar Mungkasa
Dewan Redaksi Maraita Listyasari Nugroho Tri Utomo
Redaktur Pelaksana Eko Budi Harsono
Desain dan Produksi Agus Sumarno
Sofyar
Sirkulasi/Sekretariat Agus Syuhada
Nur Aini
Alamat Redaksi Jl. RP Soeroso 50, Jakarta Pusat.
Telp./Faks.: (021) 31904113
Situs Web: htp//www.ampl.or.id
e-mail: [email protected] [email protected]
Redaksi menerima kiriman
tulisan/arikel dari luar.
Isi berkaitan dengan air minum dan penyehatan lingkungan.
D
aftar
Isi
Dari Redaksi ... 3
Suara Anda... 4
Laporan Utama Perlunya PIN AMPL: Menuju Era Manajemen Pengetahuan... 5
Sekilas PIN AMPL ... 8
Upaya Mewujudkan PIN AMPL Nasional ... 10
Sejarah Panjang IRC... 15
Produk PIN AMPL... 17
Wawancara Budi Hidayat, Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas ... 19
Peraturan Undang Undang Keterbukaan Informasi Publik Jadi Harapan... 21
Agenda Hari Kesehatan : Lingkungan dan Sanitasi Sehat Rakyat Sehat... 23
Hari Bumi : Manusia Picu Perubahan Bumi... 26
Hari Air Dunia : Air Bersih Untuk Dunia Sehat ... 28
Wacana Penilaian Parisipaif untuk Pantau Keberlanjutan AMPL oleh Alma Arief dan Hari Wijarno ... 30
Sisi Lain Hasil Studi IRC: Waspadai Krisis Air ... 33
Inovasi Mengubah Sampah Jadi Energi Listrik oleh Haryo Nugroho ... 34
Panduan Kiat Mudah Membuat Lubang Resapan Biopori... 37
Reportase - Menteri PU Terkesan Pokja AMPL di Pameran Hari Air Sedunia... 39
- DEWATS Conference and Exhibiion: Pembangunan Sanitasi dengan Sistem Terdesentralisasi... 40
- Pembelajaran dari Pengalaman Pakar... 43
- Pembangunan Sarana AMPL Berbasis Masyarakat Proyek CWSH... 45
Tesimoni Ketua Pokja AMPL Kota Tegal, Eko Seiawan, Juru Kampanye Keliling yang Ampuh... 48
Fakta Krisis Air Bersih Kembali Landa DKI Jakarta... 50
Catatan Perjalanan Internaional Learning Exchange - 2010 For Water, Sanitaion and Hygiene Educaion, India, 13-24 April 2010 oleh Maraita Listyasari... 52
Info Buku... 56
Info Situs ... 58
Juni 2010
Juni 2010
P
embaca setia Percik, kita bertemu lagi setelah sekitar satu setengah tahun Percik edisi regular tidak terbit. Walaupun demikian, Percik tidak benar-benar vakum. Terbukti dengan terbitnya Percik edisi khusus sebanyak tiga kali yaitu edisi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM), edisi SANIMAS, dan edisi WASPOLA. Ketiganya merupakan edisi hasil kerjasama dengan mitra kerja yaitu BORDA (2 edisi) dan WASPOLA Facility.Kali ini kami hadir dalam edisi regular mengusung tema Pusat Informasi Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (PIN AMPL). Tentunya, pertanyaan pertama yang akan muncul apa itu PIN, dan seperti apa kiprahnya bagi pembangunan AMPL.
Sejak 8 tahun lalu, mulai timbul kesadaran di kalangan anggota Pokja AMPL tentang
pentingnya keberadaan data dan informasi yang handal. Hal ini dilandasi kemasygulan pemangku kepentingan melihat kondisi data AMPL yang tidak memadai. Berjalannya waktu kemudian menyadarkan Pokja AMPL untuk segera mulai membenahi kondisi ini. Disadari pula tentunya bahwa membenahi data bukan pekerjaan gampang dan cepat. Dibutuhkan waktu yang cukup lama dan bertahap.
Awalnya dimulai dengan mengumpulkan data yang ada, kemudian meningkat menerbitkan majalah, membangun situs internet, dan seterusnya. Sampai kemudian produk dan upaya yang dihasilkan semakin banyak. Ketika kemudian kami mencoba melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan, Pokja AMPL tersadar telah begitu banyak yang dihasilkan. Bahkan sudah jauh melampaui apa yang dibayangkan pada awalnya.
Coba kita simak apa saja yang dihasilkan oleh Pokja AMPL terkait dengan pembenahan data dan informasi. Bersama dengan BPS menyusun pertanyaan Susenas 2007. Bersama dengan Waspola memfasilitasi Pokja AMPL Kabupaten Bangka melakukan survai data AMPL. Secara rutin memproduksi kumpulan data AMPL dalam bentuk CD. Membangun situs AMPL
bahkan telah beranak pinak menjadi 7 situs (Situs Pokja AMPL Daerah, Situs AMPL Yunior, Situs Jejaring AMPL, Situs WES Unicef, Situs STBM, Digital Library AMPL, disamping situs AMPL sebagai situs induk). Membuat majalah Percik (Indonesia dan Inggris), bahkan juga majalah AMPL buat anak-anak Percik Yunior. Menerbitkan buku terkait AMPL seperti Pembelajaran AMPL di Indonesia, Kumpulan Regulasi AMPL, Web Site AMPL dan sebagainya. Membentuk jejaring perpustakaan. Dan seterusnya.
Sementara itu, sejak tiga tahun lalu, anggota Pokja AMPL kemudian mulai menyadari pentingnya membenahi data dan informasi secara terstruktur dan bukan sporadik seperti selama ini. Bersamaan dengan itu mulai mengemuka konsep pengelolaan pengetahuan (knowledge management), yaitu upaya memandang data tidak hanya sekedar data tetapi dapat diproses menjadi informasi yang kemudian dengan pengalaman dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang kemudian dapat terbentuk pengetahuan (knowledge).
Kesemua ini kemudian mendorong Pokja AMPL mulai mengumandangkan ide membentuk PIN
AMPL. Artinya membenahi data tidak bisa dilakukan sendiri saja tetapi bersama-sama
dengan beragam pemangku kepentingan lainnya. Melalui PIN AMPL, diharapkan
upaya pembenahan data dan informasi dapat dilakukan bersama secara berjejaring. Jadi
PIN AMPL tidak akan berpretensi menjadi satu-satunya pusat data dan informasi AMPL tetapi bersinergi dengan pemangku kepentingan lainnya.
Ide ini kemudian mulai mendapat angin ketika Plan International Indonesia melalui kerjasama dengan Bappenas dan Pokja AMPL meluncurkan majalah Percik Yunior, menerbitkan buku, meluncurkan Digital Library AMPL. Lalu disambut oleh bantuan teknis Waspola Facility. Dipuncaki dengan pelaksanaan Lokakarya Pengembangan PIN AMPL hasil kerjasama Pokja AMPL, Waspola Facility dan IHE.
Percik menjadikan PIN AMPL sebagai tema edisi kali ini sebagai bagian dari upaya mengkampanyekan PIN AMPL kepada seluruh pemangku kepentingan. Berharap keberadaan PIN AMPL menjadi lebih dikenal, sehingga tujuan pembentukan PIN AMPL sebagai pusat data dan informasi AMPL benar-benar dapat terwujud. Sehingga diharapkan pembangunan AMPL dapat lebih baik lagi ke depannya.
Selamat membaca (OM)
Dari
Kapan Majalah Percik Terbit
Perkenalkan saya Ridwan Hadi dosen Fa kul-tas Tehnik Lingkungan di salah satu per guruan inggi di Jakarta. Saya dan sejumlah te man sangat merasakan manfaat yang sangat besar dari penerbitan majalah Percik yang secara khusus memuat beragam isu dan persoalan terkait masalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Namun dalam beberapa bulan ini, saya idak menerima kiriman majalah Percik yang telah lebih dari 8 tahun menjadi sumber inspirasi saya dan sejumlah dosen untuk memperoleh bahan belajar.Saya sangat berharap pengelola majalah Percik dapat segera menerbitkan majalah ini. Banyak pembelajaran dan pengetahuan baru dalam bidang AMPL yang kami dapatkan dari Majalah Percik. Salam Percik
Ridwan Hadi, Dosen FT Ilmu Lingkungan di Jakarta
Terima kasih atas kepercayaan Anda dan teman-teman dosen Teknik Lingkungan yang telah menjadikan Majalah Percik sebagai sumber inspirasi belajar. Karena persoalan teknis pengelolaan kami mohon maaf sehingga majalah yang kita sayangi ini terlambat sampai di tangan pembacanya. Kami akan terus meningkatkan mutu dan perbaikan sehingga kehadiran majalah ini dapat memberikan manfaat serta nilai posiif bagi masyarakat luas. Salam Percik
Sayangilah Air
Siapakah yang bisa hidup tanpa air? Begitu besar kegunaan air dalam kehidupan di dunia ini. Saat kita gerah dan kotor setelah berakiitas sehari-hari, kita menyiramkan badan kita dengan air untuk mandi. Kemudian kita meneguk air kalau dahaga, dan begitu banyak sekali akiitas kehidupan kita yang sangat bergantung pada air.
Begitu lekatnya air dalam kehidupan kita, sehingga bisa saja ada yang idak menyadari manfaatnya. Manfaat itu baru terasa bila kita mengalami kesulitan mendapatkan air bersih.
Keika saluran air mengalami gangguan, dan keluarnya air menjadi mampat dan kotor, itu sudah sangat meresahkan kita. Bagaimana kalau air sudah idak kita dapai
lagi?
Bencana kekeringan yang menimpa, selain bencana banjir yang begitu dahsyat terjadi karena kesalahan mahluk di dunia ini yang begitu serakah dan idak peduli dengan kondisi alamnya.
Begitu besar kekuatan air dalam kehidupan ini, karena itulah sayangilah air dengan menggunakannya sebaik-baiknya. Selain itu, kekuatan air akan semakin bertambah dan berpengaruh posiif pada diri kita bila saat hendak menggunakan air, terhormat, pernalkan nama saya Dewi Kusuma akivis lingkungan dan kesehatan masyarakat Yayasan Pelangi Nusantara di Bogor, Jawa Barat. Saya langsung jatuh cinta keika pertama kali membaca majalah Percik pertama kali tahun lalu keika berada di kantor Unicef. Saya melihat majalah ini cukup lengkap, edisi bahasa Ingrris dan Indonesia, juga ada Percik Yunior buat anak-anak. Bagaimana ya caranya memperoleh majalah ini secara teratur? Sejumlah informasi dan arikel yang disajikan majalah ini sangat bermanfaat bagi teman-teman akivis yang bekerja di bidang sanitasi dan kesehatan masyarakat seperi kami. Terima kasih
Dewi Kusumah, Yayasan Pelangi Nusantara
Bogor, Jawa Barat
Terima kasih banyak atas apresiasi dan penghargaan yang ibu sampaikan tentang majalah Percik. Memang betul kami mengemas majalah ini dalam dua edisi yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, juga ada terbitan Percik Yunior untuk anak-anak. Kami akan catat lembaga ibu untuk memperoleh majalah ini secara tetap. Salam Percik
Perang Dimasa Depan
Menyangkut Air
Air, pendidikan dan kesehatan adalah kebutuhan dasar publik, sebagai kebutuhan dasar manusia yang keberadaannya dijamin konsitusi, pasal 33 UUD 1945, ayat 3 yang berbunyi: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Agenda privaisasi diberbagai negara menunjukkan fenomena monopoli baru dan
harga yang meningkat beberapa kali lipat. Seperi yang terjadi di Manila dan Filipina, yang menaikkan tarif air hingga 500%. Bolivia merupakan salah satu contoh kasus privaisasi yang didiktekan secara gamblang dan ternyata bertujuan untuk menaikkan tarif air masyarakat miskin (petani dan masyarakat pedesaan). Mereka adalah kelompok yang paling menderita karena idak mampu membayar.
Penyediaan air minum di wilayah Jakarta pun jauh lebih buruk setelah diprivaisasi kepada PT Lyonaise dan PT. Thames. Hal ini bertolak belakang dengan asumsi World Bank, IMF dan ADB bahwa privaisasi bukan jawaban kinerja buruk pemerintah, dilihat dari indikator kualitas pelayanan air minum, target pertambahan pelanggan idak mencapai ketentuan kontrak, target teknis pemakaian air idak tercapai, tetap dibawah kinerja PAM Jaya.
Seperi ungkapan Vice President World Bank, Ismail Serageldin, “Perang di masa depan akan menyangkut air”, karena bisnis air ibarat bisnis minyak. Seiap orang menggunakan air sehingga menjadi pangsa pasar yang menarik. Inilah maksud dari perusahaan raksasa melalui lembaga keuangan internaional.
Masihkan kita melakukan privaisasi air? Yang jelas-jelas pada akhirnya akan membuat rakyat menderita. Dimanakah pemerintah sebagai instrumen negara dalam menyediakan pelayanan publik? Akankah kita “terjajah lagi” karena kebodohan kita?
Muhammad Solihin, Bandung, Jawa Barat
Sanitasi Kota Tegal Diperbaiki
Sanitasi merupakan sebuah permasalahan baru yang sangat membutuhkan perhaian dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat Kota Tegal. Rendahnya pembangunan sanitasi serta fasilitas yang belum memadai menimbulkan angka kemaian yang sangat inggi. Sanitasi yang buruk dalam perkotaan–seperi sungai-sungai dan parit yang kotor- terutama adalah akibat masyarakat yang membuang sampah idak pada tempatnya.Sebenarnya pembangunan sanitasi sudah dilaksanakan oleh pemerintah maupun lembaga lain, namun pembangunan sanitasi ini berjalan tumpang indih dan kurangnya perhaian pembangunan berkelanjutan, sehingga pembangunan ini manfaat yang dirasakan oleh masyarakat sangat berkurang atau belum menyentuh.
Juni 2010
Juni 2010
S
udah menjadi rahasiaumum bahwa kondisi data di hampir semua bidang pembangunan di Indone-sia masih belum dapat di-andalkan, termasuk data air minum dan penyehatan lingkungan. Sebagai salah satu contoh, data Millenium Development Goals (MDGs) untuk akses air minum dan sanitasi baru da-pat disepakati pada awal tahun 2010. Sementara MDGs sendiri sudah akan berakhir pada tahun 2015. Itu pun, tidak lama kemudian data yang di-sepakati tersebut diralat karena ternya-ta terjadi kesalahan perhitungan. Kiternya-ta tidak mau menyalahkan siapa-siapa, tetapi fakta ini menunjukkan bahwa kondisi data kita masih jauh dari me-madai.
Sementara, melengkapi fakta di atas, kesadaran para pemangku ten-tang pentingnya data masih belum terlihat. Walaupun di tingkat nasional sudah disepakati data akses air minum dan sanitasi, tetapi di tingkat daerah yang nota bene berdasarkan undang-undang otonomi daerah merupakan pihak yang bertanggungjawab bagi tersedianya layanan air minum dan sanitasi, data AMPL masih simpang siur. Dapat dibayangkan kualitas perencanaan ketika data yang handal masih menjadi pertanyaan.
Isu yang mengemuka di tingkat kabupaten/kota dan propinsi adalah beragamnya data yang tersedia. Se-bagai contoh, untuk jenis data yang sama dapat diperoleh data yang ber-beda dari beragam pemangku kepen-tingan. Jangan tanya data mana yang valid.
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan
Ling-kungan menyadari sepenuhnya kon-disi ini, sehingga sejak sekitar 8 tahun yang lalu telah mulai dirintis upaya mengelola data di tingkat nasional secara lebih baik. Namun demikian karena upaya ini dilakukan hanya oleh Pokja AMPL, yang nota bene ke-wenangannya terbatas, maka hasilnya masih kurang bergaung, walaupun beberapa hasilnya telah mulai terlihat. Salah satunya berupa upaya pemben-tukan Pusat Informasi Nasional (PIN)
AMPL yang didukung oleh Bappenas, Waspola Facility dan Plan Interna-tional Indonesia.
PIN AMPL dimaksudkan sebagai suatu wadah menyinergikan data-data yang berserakan di masing-masing pemangku kepentingan, sehingga da-pat diakses oleh seluruh pihak yang berkepentingan. Data tersebut nanti-nya dapat dikelola agar dapat men-jadi informasi bahkan pengetahuan sebagai bagian dari konsep manaje-men pengetahuan (knowledge mana gement). “Saya harapkan nantinya dengan terbentuknya Pusat Informasi Nasional AMPL ini akan membantu para pemangku kepentingan dalam mendapatkan data dan informasi terkait masalah sanitasi, air bersih dan kesehatan lingkungan. Keberadaan PIN tidak akan berarti tanpa adanya dukungan dari para pemangku ke-pentingan dan media massa sebagai pilar keempat demokrasi yang di-harapkan memiliki peran sangat besar dalam menjadikan program ini lebih bermakna,” ujar Direktur Permu-kiman dan Perumahan Bappenas, Budi Hidayat.
Menanti Sang Bayi
Ibarat perempuan yang tengah hamil tua anak per tama,
Perlunya PIN AMPL:
Menuju Era
Manajemen Pengetahuan
Keberadaan PIN tidak
akan berarti tanpa
adanya dukungan
dari para pemangku
kepentingan dan
media massa.
Laporan
banyak pihak menunggu dan mem-beri dukungan penuh agar proses persalinan lahirnya si jabang bayi ber-jalan mulus. Jabang bayi yang dimak-sud adalah Pusat Informasi Nasional (PIN) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL). Sebut saja, orang tua “sang bayi” adalah Bappe-nas, Pokja AMPL, Plan International Indonesia dan Waspola Facility.
Salah satu sosok yang sangat antusias atas kelahiran PIN AMPL adalah Carel Keuls, penasihat manajemen penge-tahuan di UNES-CO-IHE yang juga Ketua Tim Sumber Daya Air dan Iriga-si. Menurut Keuls dalam m e n g e m -bangkan sebuah
manajemen proyek pem-bangunan berbasis kapasi-tas jaringan, sebuah Pusat Informasi Nasional me-mang layak untuk diben-tuk.
“Kami sangat mendu-kung pembentukan Pusat Informasi Nasional ini,
karena inisiatif di sekitar pembangun-an Pusat Informasi Nasional Air Mi-num dan Sanitasi Lingkungan adalah fokus kami. Saya benar-benar ingin mengucapkan selamat kepada Anda dengan inisiatif ini dan saya berharap bahwa Anda akan segera membentuk PIN AMPL ini. Semoga secepatnya lembaga informasi ini terbentuk,” tu-kasnya.
Mengapa inisiatif pembentukan PIN AMPL tersebut begitu penting dibuat, Carel Keuls menjelaskan
bah-wa dengan dibentuknya
P I N
ini akan memungkinkan pemerin-tah menunjukkan keseriusannya ke-pada seluruh pemangku kepentingan AMPL dalam melaksanakan pemba-ngunan AMPL.
Lewat layanan PIN ini, memung-kinkan akses ke informasi dan penge-tahuan diperoleh banyak pihak secara tepat. Sebagai gerbang pusat data dan informasi maka PIN memungkinkan untuk membiarkan aliran
pengeta-huan yang tersedia dari banyak pihak untuk di akses seluruh
pe-mangku kepentingan. “Hal ini akan men-dorong ‘proses belajar’ lebih cepat bagaimana kita harus melakukan ini, ba-gaimana kita bisa mening-katkan itu. Dalam
presentasinya dia menantang dengan pertanyaan-pertan-yaan berikut: Apa yang bisa kita pela-jari atau knowledge management yang relevan agar sebuah program AMPL menjadi sukses? Apa yang dapat kita lakukan untuk menghindari jebak-an adjebak-anya polemik? Apa dan bagaimana proses dilalui dan membutuhkan kepemim pinan dan manajemen seperti apa? Dan bagaimana dengan dukungan media. Ini adalah beberapa pertanyaan yang sangat mendasar,” paparnya.
Dengan dibentuknya PIN ini pihaknya akan mendorong jaringan pengetahuan CKNet-INA (saat ini jaringan dari 10 universitas) untuk berkolaborasi dan memberikan infor-masi seluasnya soal layanan kapasitas untuk sektor air di bidang infrastruk-tur dan manajemen lingkungan. Se-perti diketahui UNESCO-IHE
sa-ngat banyak terlibat dalam mendu-kung pengembangan kapasitas di sek-tor air di Indonesia, melalui program pendidikan dan dukungan lain dalam kegiatan proyek AMPL.
Sebagai sebuah gerbang atau pintu masuk pengetahuan tentang AMPL, sebetulnya PIN AMPL ini nantinya akan dapat menjadi center of excellence atau pusat keunggulan informasi. Karena itu, sumber daya yang ada dalam Pusat Informasi Nasional ini harus mampu mengelola dan berbagi informasi.
Portal dan Gerbang
Dukungan lahirnya PIN AMPL juga dikemukakan oleh Abdul Rah-man Rosyid, Communication Special ist dan Randy Salim, External Com munication World Bank. “Kami sa-ngat menyambut baik gagasan terben-tuknya PIN AMPL ini. Saya berharap nantinya PIN AMPL dapat berperan sebagai portal gerbang dan pilar per-tama yang di butuhkan masyarakat luas menyangkut kebutuh an infor-masi dan sebagainya tentang AMPL,” paparnya.
Dalam presentasinya tentang knowledge management, Abdul Rah-man Rosyid menegaskan nantinya lewat PIN AMPL pembelajaran yang dapat diambil adalah suatu proses untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, wawasan dan akhirnya percaya diri yang diharapkan akan menunjang peningkatan kinerja indi-vidu dan organisasi untuk menghasil-kan nilai-tambah agar visi dan misi soal AMPL dapat tercapai.
Juni 2010
Juni 2010
mendalam dibandingkan informasi, apalagi data. Secara intuitif, keba-nyakan orang merasa bahwa penge-tahuan merupakan sesuatu yang lebih luas, lebih mendalam, serta lebih kaya dibandingkan informasi, apalagi data.
Kebanyakan orang mengatakan seseorang yang berpengetahuan atau knowledgeable person, merujuk pada seseorang yang berpendidikan, cer-das, memiliki pemahaman yang men-dalam dan dapat dipercaya mengenai suatu subyek. Tidak pernah terdengar orang membicarakan pengetahuan de-ngan merujuk pada dokumen, memo, atau basis-data, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa hal-hal tersebut memang dihasilkan oleh orang-orang yang berpengetahuan. “Karena itu, dengan lahirnya PIN AMPL ini maka informasi yang cerdas, akurat dan ber-nas dapat dimiliki setiap orang yang membutuhkannya. Karena itu, saya secara pribadi sangat mendukung la-hirnya PIN AMPL ini,” ujarnya.
Menanggapi dukungan yang san-gat positif tersebut, Team Leader WASPOLA Facility, Gary Swisher menjelaskan tidak dapat dipungkiri pembangunan air minum dan penye-hatan lingkungan telah berlangsung cukup lama. Cukup banyak inovasi, terobosan dan kiat yang dilakukan untuk menjadikan persoalan AMPL ini menjadi sebuah agenda besar masyarakat Indonesia untuk disikapi. Hingga saat ini, seluruh pemang-ku kepentingan tidak dapat memung-kiri bahwa telah banyak pembelajaran dan pencapaian yang diraih, terutama dalam lima tahun terakhir. Namun demikian, disadari juga bahwa hasil pembangunan ini masih belum op-timal dan perlu ditingkatkan. Salah satu kendala utama yang dihadapi dalam pembangunan AMPL selama ini adalah kurangnya ketersediaan data dan informasi terkait sektor air
minum dan penyehatan lingkungan yang lengkap dan handal.
Kita semua menyadari bahwa da-lam pelaksanaan pembangunan, ket-ersediaan data dan informasi yang handal, akurat, lengkap serta gampang untuk diakses merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan. Selain itu, terutama dalam kurun lima terakhir, banyak sekali pembelajaran maupun pencapaian pembangunan AMPL yang harusnya terdokumentasikan dan terinformasikan dengan baik pada masyarakat dan pemangku
ke-pentingan, sehingga isu AMPL dapat menjadi salah satu isu utama dalam konteks pembangunan nasional.
Menambahkan keterangan Garry, Ketua Harian Pokja AMPL, Oswar Mungkasa menandaskan berangkat dari kebutuhan akan tersedianya data dan informasi yang dapat didisemi-nasikan dengan baik tersebut, Pokja AMPL Nasional tengah mengem-bangkan sebuah Pusat Informasi ber-skala nasional di bidang AMPL. Pusat Informasi Nasional (PIN) AMPL ini merupakan suatu resource center yang mengumpulkan, mengelola, dan mendiseminasikan data dan informasi yang terkait dengan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia.
Keberadaan PIN AMPL ini diharap-kan dapat membantu para pemangku kepentingan dalam mendapatkan data dan informasi terkait.
Namun, keberadaan PIN tidak akan berarti tanpa adanya dukungan dari para pemangku kepentingan. PIN AMPL tidak akan mungkin da-pat melakukan pengumpulan dan pengelolaan data dan informasi yang sedemikian banyak dan masif tanpa bantuan pihak lain. Untuk itulah, guna mewujudkan PIN AMPL seba-gai pusat informasi berskala nasional
di bidang AMPL, dukungan para pe-mangku kepentingan sangat diharap-kan.
Koordinasi dan kerjasama para pe-mangku kepentingan sangat diperlu-kan untuk mencapai tujuan bersama yaitu menyediakan data dan informa-si AMPL yang lengkap, handal, serta mudah diakses oleh semua pihak. Terkait dengan hal tersebut, maka dibutuhkan suatu pertemuan atau lokakarya yang dapat mempertemu-kan para pemangku kepentingan da-lam suatu forum untuk menghasilkan suatu rencana untuk pengem-bangan PIN AMPL.[Eko]
S
ecara spesiik, tujuan pem-bentukan PIN AMPL adalah untuk menjawab kebutuhan para pemang-ku kepentingan, para ahli, aktivis, akademisi, pelaku bisnis dan industri/swasta serta masyarakat luas akan informasi AMPL di Indonesia, sehingga diharapkan dapat mem- mem-percepat pencapaian pembangunan AMPL di Indonesia.Selaras dengan itu, agar dapat mencapai tujuannya, peran dan fung-si Pusat Informafung-si AMPL Nafung-sional setidaknya melakukan pengumpulan dan pengelolaan data dan informasi yang terkait dengan AMPL, kemu-dian menyebarluaskan informasi, te-muan dan pesan penting yang terkait dengan AMPL melalui kegi atan ko-munikasi, advokasi dan relasi media massa lebih intensif. Adapun bentuk
keluaran PIN AMPL berupa doku-men data dan informasi dalam be-ragam bentuk media, sosialisasi dan advokasi kepada para pemangku ke-pentingan, tersedianya media penye-ersedianya media penye-barluasan informasi berupa jaringan perpustakaan yang berskala nasional, dan situs AMPL terpadu.
Sebagai tahap awal, direncanakan struktur Pusat Informasi Nasional AMPL akan terbagi ke dalam
bebera-Sekilas
PIN AMPL
Juni 2010
Juni 2010
pa divisi yaitu (i) Divisi Perpustakaan, yang bertanggungjawab atas segala proses terkait pengembangan dan pengelolaan pustaka terkait AMPL di Indonesia. Ruang lingkup kegiatan divisi ini secara spesiik adalah me-ngembangkan dan mengelola koleksi pustaka AMPL melalui Perpustakaan AMPL, menyebarluaskan informasi serta mengembangkan kerjasama ja-ringan perpustakaan AMPL; (ii) Divi-si Data, yang bertanggungjawab atas segala proses terkait pengelolaan data dan informasi terkait AMPL di Indo-nesia. Ruang lingkup kegiatan divisi ini secara spesiik adalah membangun koleksi data baseline, data monitor-ing dan evaluasi AMPL, melaku-kan pemetaan persebaran kegiatan pembangun an AMPL di Indonesia, melakukan sosialisasi terkait pengelo-elakukan sosialisasi terkait pengelo-laan pengetahuan melalui serangkaian kegiatan seminar/lokakarya; (iii) Di-visi Komunikasi dan Publikasi, yang bertanggungjawab atas segala proses terkait penyebaran informasi serta kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Pokja AMPL dalam rangka mela-kukan sosialisasi dan advokasi untuk pengarus utamaan (mainstreaming) pembangunan AMPL di Indonesia. Kegiatan divisi ini secara spesiik ada-lah melakukan upaya untuk mening-katkan kepedulian masyarakat terha-dap isu air minum dan penyehat an lingkung an, khususnya mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, dan memperluas wilayah cakup-an edukasi terkait isu air minum dcakup-an penyehatan lingkung an melalui kerja-sama dengan media massa; (iv) Divisi Teknologi Informasi, yang
bertang-gungjawab atas segala proses terkait pengelolaan dan pe ngembangan sis-tem informasi dan komunikasi Pokja AMPL. Ruang lingkup kegiatan divisi ini secara spesiik adalah melakukan kegiatan pengelolaan data dan infor-masi yang dimiliki untuk situs, dan melakukan pemeliharaan peralatan pendukung kegiatan pengelolaan data dan informasi.
Road map PIN AMPL dalam bentuk yang sederhana telah disepa-kati paling tidak sampai tahun 2013, yaitu dalam bentuk penetapan empat fase pengembangan (a) Fase I (Janu-Fase I (Janu-ari 2010 – Desember 2010) yang
merupakan tahap pembentukan dan persiapan. Kegiatan pada fase ini berkonsentrasi pada pengadaan dan penguatan sarana dan prasarana pen-dukung untuk operasionalisasi Pusat Informasi AMPL Nasional; (b) Fase II (Januari 2011 – Desember 2011) yang merupakan tahap peluncuran. Kegiatannya lebih pada kegiatan yang bersifat sosialisasi dan advokasi kepada para pemangku kepentingan mengenai keberadaan Pusat Informasi AMPL Nasional; (c) Fase III (Januari 2012 – Desember 2012) yang
meru-pakan tahap pengembangan dan kemitraan. PIN AMPL berkonsen-trasi pada kegiatan pengembangan kemitraan dengan pihak lain, khusus-nya dengan pihak swasta dan media massa; (d) Fase IV (Januari 2013 – Desember 2013), yang merupakan tahap penguatan. Kegiatannya pada penguatan sarana dan prasarana de-ngan mengembangkan inovasi-inovasi terbaru (seperti penyediaan media ko-munikasi dalam dua bahasa/bilingual, kemitraan dengan pihak asing).
Disadari bersama bahwa keber-hasilan PIN AMPL harus dapat diu-kur, dan tentunya menggunakan
in-dikator yang sederhana. Untuk itu, telah ditetapkan indikator kinerja PIN AMPL yaitu jumlah, intensitas dan kualitas pelaksanaan kegiatan yang terlaksana; jumlah kelengkapan dan keragaman informasi yang tersedia; jumlah materi dan pesan komunikasi yang disebarkan; jumlah tanggapan khalayak atas kegiatan, pelayanan dan akses data/informasi yang dibu-tuhkan; jumlah dukungan dan peningkatan kerja sama antar lembaga (OM)
Bentuk keluaran PIN AMPL
berupa dokumen data
dan informasi dalam
beragam bentuk media,
sosialisasi dan advokasi
kepada para pemangku
kepentingan.
P
emahaman tentang pen-tingnya data dan infor-masi sebenarnya telah lama berkembang di kalangan pemangku ke-pentingan AMPL. Hal ini lah yang kemudian mendorong dimulainya pengumpulan dan pendiseminasian data dan informasi oleh Pokja AMPL. Awalnya dilakukan secara sporadik dan berlangsung sekitar 5 tahun, sebelum timbul kesadaran untuk melakukannya dalam suatu langkah yang teratur dan terukur. Pada saat itu lah kemudian muncul ide memben-tuk Pusat Informasi Nasional AMPL sebagai wadah pengumpulan, peng-olahan dan pendiseminasian data dan informasi AMPL.Ide ini kemudian berkembang subur setelah mendapat dukungan dari berbagai pihak. Dimulai dengan dukungan Plan Internasional Indone-sia dalam bentuk kerjasama penerbit-an majalah penerbit-anak-penerbit-anak Percik Yunior, peluncuran situs Digilib (digital li brary) AMPL, bahkan berkembang menjadi dukungan dana operasional PIN AMPL nantinya. Pada saat ber-samaan Waspola Facility juga mem-berikan dukungannya dalam bentuk bantuan teknis dan dukungan dana operasional tiga tahun kedepan. Ke-beradaan jejaring AMPL sejak tiga ta-hun lalu juga turut mendorong Pokja AMPL untuk mulai menyosialisasikan ide ini di kalangan pemangku
kepen-tingan AMPL. Sehing-ga
kemu-dian mulai terjalin kerjasama dengan beberapa perpustakaan seperti per-pustakaan kementerian, LSM, proyek bahkan pemerintah daerah.
Kondisi di atas kemudian meya-kinkan Pokja AMPL untuk melaksa-nakan suatu Lokakarya Pengembang-an PIN AMPL sebagai suatu upaya untuk mendapatkan masukan bagi pembentukan PIN AMPL Nasi o-nal. Lokakarya tersebut merupakan
bagian dari kerja bersama antara Pok-ja AMPL, Waspola Facility, Plan In-ternational Indonesia, Jejaring AMPL dan IHE.
Selain itu, diharapkan melalui lokakarya tersebut dapat dijalin ker-jasama diantara pemangku kepenting-an dalam pengembkepenting-angkepenting-an PIN AMPL kedepannya. Keberadaan PIN tidak akan berarti tanpa adanya dukungan dari para pemangku kepentingan.
PIN AMPL tidak akan mungkin da-pat melakukan pengumpulan dan pengelolaan data dan informasi yang sedemikian banyak dan masif tanpa bantuan pihak lain. Koordinasi dan kerjasama para pemangku kepen-tingan sangat diperlukan untuk men-capai tujuan bersama yaitu menyedia-kan data dan informasi AMPL yang lengkap, handal, serta mudah diakses oleh semua pihak.
Lokakarya berlangsung pada tang-gal 13 April 2010 di Jakarta yang di-hadiri oleh sekitar 60 peserta terdiri dari wakil pusat data dan informasi, lembaga penelitian, BPS, perguruan tinggi, LSM, proyek, lembaga donor, kementerian, serta media massa. Di-awali dengan sambutan Gary Swisher, Team Leader WASPOLA Facility, yang dalam pidato selamat datangnya men-jelaskan mengapa WASPOLA Faci-lity membantu Pokja AMPL dalam menginisiasi pengembangan PIN ke depan. Sebagai bagian dari kegiat an WASPOLA Facility khususnya da-lam hal memperkuat sinergi program atau proyek, Pokja AMPL be rencana mengembangkan information desk (meja informasi) AMPL, yang di sebut sebagai Pusat Informasi Nasional (PIN), yang bertujuan untuk mening-katkan mekanisme Knowledge Ma nagement antarpelaku pembangun an AMPL, melalui pengembangan ter-padu sistem publikasi, komunikasi, pendataan, teknologi informasi dan perpustakaan. Terkait dengan hal tersebut, untuk tujuan merancang
Lokakarya Pengembangan PIN AMPL
Upaya Mewujudkan
PIN AMPL Nasional
Direktur Permukiman dan Perumahan Bap-penas, Budi Hidayat, ketika membuka acara lokakarya.
Juni 2010
Juni 2010
PIN sekaligus mendapatkan masukan dari pemangku kepentingan, Pokja AMPL melaksanakan Lokakarya Pengem bangan PIN.
Sedangkan Budi Hidayat, Direk-tur Permukiman dan Perumahan Bappenas selaku Ketua Pokja AMPL, menyampaikan bahwasanya dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, pe-mangku kepentingan sektor Air Mi-num dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) telah mengupayakan adanya sinergi pelaksanaan pembangunan AMPL di Indonesia dalam rangka memperluas, mempercepat dan me-ningkatkan pelayanan sektor AMPL. Upaya sinergi tersebut, tidak saja ditujukan di tingkat implementasi (lapangan), namun juga pada tingkat-an mtingkat-anajerial melalui pengkoordina-sian, pertukaran informasi program atau proyek dan saling dukung (cross support). PIN diharapkan mengini-siasi pertukaran data dan informasi dengan lebih optimal ke depannya sehingga bisa membantu memonitor-ing dan mendorong kinerja cakupan layanan AMPL ke depan.
Konsep dan Desain PIN
Menurut Oswar Mungkasa, data merupakan hal yang paling lemah di AMPL. Semua orang bisa melakukan hal yang sama tetapi tidak ada koor-dinasi, misalnya adanya puskom di masing-masing departemen tetapi ja-rang berbagi informasi. Tiap proyek ada bagian data dan informasi tetapi masing-masing tidak pernah ber-hubungan. Maka hal yang penting dilakukan adalah membuat semua pelaku ini bersinergi
Maka tujuh tahun berselang, Pokja AMPL memulai dengan membuat si-tus, membuat milis dan menerbitkan majalah Percik dengan mulai aktif menghubungi semua proyek, semua
puskom, BPS, walaupun semua tidak terkumpul, tetapi situs ini yang paling lengkap di Indonesia tentang AMPL. Situs AMPL rutin diakses 300 – 400 orang per hari serta perpustakaan maya (digital library) dikunjungi 2.000 orang/hari. Ini menunjukkan bahwa orang memang memerlukan data ten-tang AMPL. Situs lebih sebagai portal, sebagai pintu masuk bagi orang lain untuk mendapatkan informasi
Maka konsep pengembangan PIN pada dasarnya adalah mencip-takan kumpulan dokumentasi segala hal terkait AMPL, diseminasi dengan segala cara dan upaya yang dapat di lakukan (digital library, majalah, milis, newsletter online mingguan dan gerai AMPL, facebook, forum wartawan AMPL). Visi ke depan menjadikan PIN sebagai sumber referensi yang akurat, lengkap, terkini dan terpercaya bagi khalayak luas dalam mencari ber-bagai macam informasi mengenai sek-tor AMPL. Selengkapnya tentang PIN AMPL pada bagian lain edisi ini.
Pengelolaan Pengetahuan (know-ledge management) dan media
Seorang ahli dan praktisi know ledge management yaitu Carel Keuls dari IHE Delft, serta dua orang prak-tisi media dari tim komunikasi World Bank yaitu Abdul A. Rasyid dan Ran-dy Salim, berkesempatan memberi masukan bagi pengembangan PIN.
Menurut Carel Keuls, pusat akses informasi dan pengetahuan tentang air minum dan penyehatan lingkungan, menjadi sesuatu yang penting dalam mendorong ketersediaan arus infor-masi dan mendorong semakin cepat-nya “proses pembelajaran” di bidang AMPL kepada semua pihak yang ter-libat. Kalau PIN akan menggunakan proses knowledge management, maka pengetahuan sebagai sumber utamanya. Perlu dibedakan
Data merupakan hal
yang paling lemah di
AMPL. Semua orang bisa
melakukan hal yang
sama tetapi tidak ada
koordinasi.
antara data, informasi dan pengeta-huan. Data umumnya bersifat mentah dan apa adanya. Sedangkan informasi adalah data yang sudah diolah dan di-jadikan sesuatu yang bermakna bagi pengguna. Sedangkan pengetahuan adalah kemampuan, kekuatan dan kapasitas personal untuk menjalankan suatu tugas tertentu (mis. meramalkan suatu dampak). Komponen pengeta-huan selain informasi, juga meliputi pengalaman, keterampilan dan sikap. Tantangannya pengetahuan diban-ding informasi yang bisa siap dibuat dalam bentuk “stok pengetahuan” di-gital, tetapi pengetahuan hanya dapat ditransfer lewat proses sosialisasi de-ngan pendekatan dinamis, yaitu “arus komunikasi” yang terus mengalir.
Mengarahkan PIN melalui proses pengetahuan harus melalui beberapa tahapan yang ditandai dengan perta-nyaan antara lain (i) produk dan pro-ses kerjanya?; (ii) dampak yang ingin dicapai?; (iii) bidang pengetahuan yang dianggap
pen-ting?; (iv)
bentuk pengetahuan dan proses pembelajaran yang
ingin diatur?; (v) siapa yang akan ter-libat?; (vi) apa saja yang mendorong pertukaran serta berbagi informasi tersebut?; (vii) sarana apa saja yang perlu ditata?; (viii) pendekatan yang terbaik untuk diterapkan bagi bidang pengetahuan tertentu?.
Berdasar dari pengalaman lapan-gan, ciri-ciri dari PIN yang sukses antara lain ditentukan oleh pemi-lihan dan penempatan posisinya serta mo del bisnisnya jelas, kemampuan meng organisir, cara menentukan
ke-butuhan dukungan lewat interaksi dengan kelompok sasaran (layanan berorientasi ke permintaan), men-jaga selalu konsisten, dan menghin-dari dampak serta mengintegrasikan know ledge management ke dalam pro-ses yang berjalan ditambah adanya ja-minan kualitas. Hal-hal penting yang harus dikerjakan adalah menetapkan kelompok sasaran dan cakupannya, dan melibatkan mereka dalam proses. Kemudian hal penting lainnya ada-lah kemampuan penguasaan ICT (penyedia layanan teknologi), ka rena ICT memberikan solusi caranya dan PIN berfungsi sebagai penyedia in-formasi dan pengatur permintaan dan pasokan iniormasi yang dibu-tuhkan pengguna. Apabila PIN akan diarahkan menuju konsep pengelo-laan pengetahuan maka harus diingat prinsip siklus pengetahuan yaitu bah-wa temukan-ciptakan, kelola, berbagi informasi, gunakan dan gunakan lagi demikian seterusnya dalam suatu si-klus yang berkelanjutan.
Bentuk layanan yang bisa dise-diakan PIN antara lain (a) layanan informasi yang bisa berupa deskripsi proyek, laporan per tema, evalu-asi proyek, pembelajaran kumpulan pengetahuan tentang AMPL (misal-nya informasi per tema, ta(misal-nya jawab, diskusi dan newsgroup, majalah online, kepustakaan isik, layanan referensi dan newsletter); (b) dukungan dan petunjuk (panduan proyek, metode dan teknik, laporan akhir proyek, hasil riset, kampanye dan toolkit un-tuk pendidikan); (c) Layanan dalam bentuk kegiatan (berupa kunjungan lapangan, lokakarya pendalaman, pasar pengetahuan, hari berbagi infor-masi, konferensi, forum dunia maya (virtual).
Abdul A. Rosyid, praktisi komu-nikasi dari World Bank dan mantan jurnalis Metro TV mengaitkan PIN dengan pendekatan media audit
(pe-Ciri-ciri dari PIN
yang sukses antara
lain ditentukan
oleh pemilihan dan
penempatan posisinya
serta model bisnisnya
jelas, kemampuan
mengorganisir.
Pembahas dari IHE Delft Belanda, Carel Keuls, dan tim komunikasi World Bank, Abdul A. Rasyid dan Randy Salim, memberikan masukan terhadap konsep PIN AMPL dengan dimoderatori oleh Wiwit Heris (WASPOLA Facility).
Juni 2010
Juni 2010
mantauan media) untuk memahami isu penting, entitas dan persepsi publik yang sedang terjadi di bidang AMPL. Langkah penting adalah me-netapkan prioritas informasi yang akan dikelola dan didistribusikan oleh PIN. Seperti yang pernah dilakukan oleh World Bank mengenai isu ban-jir. Dari persepsi 32 media massa na-sional dan lokal Jakarta, terlihat topik yang negatif dari media massa menge-nai banjir lebih besar daripada topik positif. Narasumber juga melakukan simulasi mengenai media audit un-tuk AMPL, yang 61% lebih bernada negatif, sedangkan isu yang banyak diangkat adalah sektor limbah dan pengolahannya, dan persepsi publik menunjukkan bahwa itu terkait de-ngan kinerja pemerintah daerah dan pengusaha. Untuk itu, dalam mena-ngani PIN terutama sisi komunikasi-nya, perlu upaya dalam pengembang-an materi publikasinya, pendekatpengembang-an kepada stakeholder dan distribusi me-dia informasi yang tepat.
Randy Salim menambahkan da-lam pengada-laman World Bank,
men-jalin kemitraan dengan pengambil keputusan menjadi suatu kunci berhasilan untuk membangun ke-percayaan terhadap positioning PIN. Kemudian bagaimana suatu pusat informasi bukan seperti sesuatu yang angkuh, tetapi rendah hati dan mau berinteraksi dengan pengguna dan para pemangku kepentingannya. Per-lu diupayakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya komunikasi dua arah.
Menambahkan presentasinya, Keuls menyatakan bahwa mencocok-kan kebutuhan amencocok-kan informasi dan pasokan informasi yang ada bukan hal yang mudah, bahkan relatif sulit tetapi bisa dilakukan. Dalam PIN, idealnya harus jelas siapa yang akan memegang peran sebagai penengah antara orang yang membutuhkan dan orang yang memiliki informasi, termasuk dapat memainkan peran se-bagai penengah yang akan membantu menemukan informasi yang tepat dan dibutuhkan. Peran PIN seharusnya juga disesuaikan dengan kebutuhan informasi dari pemakai yang berbeda. PIN juga harus punya gambaran yang
tepat mengenai konteks in-formasi yang dibutuhkan
para pengguna itu, dimana informasi itu dapat ditemukan, dan PIN harus melakukan koordinasi antar keduan-ya. Sifat dan fungsi PIN yang utama adalah sebagai penengah (broker) in-formasi. Tidak ada jawaban yang pal-ing benar, karena menciptakan suatu sistem baru adalah suatu proses, yang kemudian dengan sendirinya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sendiri.
Menurut Randy Salim, tim ko-munikasi World Bank menekankan bahwa perubahan kinerja dimana
Menjalin kemitraan
dengan pengambil
keputusan menjadi
suatu kunci
keberhasilan
untuk membangun
kepercayaan terhadap
positioning PIN.
Salah satu kelompok diskusi yang membahas mengenai PIN AMPL.
suatu institusi berusaha tampil lebih rendah diri, dan dalam hal ini World Bank menyadari bahwa dia bukan satu-satunya sumber bantuan. Maka World Bank harus lebih banyak ber-gaul dengan banyak pihak. Kita tidak mau menguasai dan menyetir suatu diskusi atau dialog, kita hanya salah satu pihak yang berperan di dalam proses ini. Maka mengapa dari sistem informasi terpusat kemudian dikem-bangkan menjadi sistem informasi yang terdistribusi ke pihak-pihak mi-tra lain dari World Bank yaitu univer-sitas-universitas.
Keuls menambahkan bahwa ter-dapat perbedaan mengenai apa yang anda baca atau tersedia di media de-ngan data riset. Akses untuk menda-patkan data faktual mengenai apa yang mengakibatkan terjadinya suatu situasi tidak dapat anda dapatkan be-gitu saja dari media. Untuk memecah-kan masalah tersebut, anda perlu tahu darimana anda harus mulai. Mungkin PIN dapat memainkan peran untuk menjadi semacam penyimpan data dan info yang independen. Hal lain yang cukup penting adalah upaya bagaimana kita mendidik para war-tawan untuk menulis dengan tepat mengenai masalah-masalah air bersih dan sanitasi, misalnya.
Peran kunci PIN adalah seba-gai sumber sekaligus saluran, berarti PIN tidak bermaksud membuat se-suatu yang baru, tetapi lebih sebagai semacam portal informasi. Menurut pendapat Nugroho Tri Utomo (Bap-penas), pertemuan ini diselenggara-kan untuk melakudiselenggara-kan positioning un-tuk PIN, karena tidak perlu menjadi formal dan frontal dengan institusi dengan fungsi serupa yang sudah ada. Kalau ada pertanyaan posisi nya dima-na, pusat informasi modern sekarang sudah punya ciri-ciri yang lebih
inde-penden.
PIN adalah komunitas data, tidak ada standar, tidak ada format, tidak ada kualitas data tetapi bisa berkore-lasi dengan lembaga kompeten yang ada untuk sistem validasi. Ada premi um service, misal untuk analisa data. PIN bisa membuat proil real time in formation (informasi proil seketika),
dan hal ini tentu akan menarik pengguna.
Kesimpulan
Pada dasarnya konsep PIN AMPL ini memang
tidak mulai dari nol, tetapi mengem-bangkan sumber daya yang telah ada. Meski demikian, gagasan ini perlu diungkapkan untuk menggalang ke-terlibatan dan partisipasi banyak pihak dalam pengelolaannya. Pelibat-an para pemPelibat-angku kepenting Pelibat-an da-pat dilakukan dengan menyiner gikan sumber daya yang telah me reka miliki. Selain itu, perlu dilakukan pula kajian terhadap kebu tuhan target sasaran, se hingga pengembangan PIN AMPL ini sesuai dengan apa yang dibutuh-kan oleh publik.
Terkait dengan pendanaan, untuk lima tahun ke depan, PIN AMPL ini akan didukung oleh WASPOLA Faci-lity. Untuk itu, perlu dipikirkan secara matang mengenai pengorganisasian dan pengelolaannya, agar PIN AMPL ini bisa bersifat independen.
Seperti yang telah ditekankan sebelumnya, peran PIN AMPL nanti-nya tidak akan menggantikan posisi
pusat-pusat data, tapi lebih ke media-si. Persoalannya, yang harus dilakukan adalah dalam membuat PIN AMPL separtisipatif mungkin. Namun, jika bersentuhan dengan birokrasi pe-merintah, mau tidak mau posisi PIN AMPL juga menjadi bersifat birokra-tis dan tidak lagi independen. Untuk itu, dipikirkan kembali bagaimana posisi PIN yang paling enak.
Selain itu, Keuls juga menekankan bahwa dari sudut pandang knowledge management, PIN harus mengerti dan menyadari siapa dan informasi apa yang dibutuhkan. PIN bisa mem-fasilitasi kegiatan pertemuan untuk sosialisasi dan pengumpulan penge-tahuan. Tentunya hal tersebut tidak mudah dilakukan, oleh karena itu, pertukaran informasi dengan sumber-sumber perlu dilakukan secara rutin dan berkelanjutan.
Untuk dapat segera menjalankan fungsi-fungsinya, terdapat dua hal yang perlu segera ditindaklanjuti, yak-ni membentuk tim kecil dan segera melakukan kajian terhadap kebutuh-an target sasarkebutuh-an. Forum kemudikebutuh-an menyepakati beberapa hal:
Membentuk tim kecil untuk me-1.
ru muskan konsep PIN yang ber-anggotakan dari perwakilan pe-serta diskusi dari masing-masing kelompok, yaitu dari Rositayanti Hadisoebroto (Universitas Tri-sakti), Erita Christiani (CKNET-Ina), Edward (Puskom PU), Naldi (Litbang Depdagri), Alwis Rustam (USDP), dan Dini Haryati (Sekre-tariat Pokja AMPL);
Untuk ke depannya, yang perlu di-2.
lakukan adalah penjajakan dengan target sasaran PIN untuk melihat kebutuhan (knowing demand), misal melalui kuesioner ke daerah-daerah. Dengan demikian nantinya akan terlihat kebutuhan yang belum ter-layani oleh layanan informasi AMPL yang telah ada saat ini.
Pada dasarnya konsep
PIN AMPL ini memang
tidak mulai dari nol,
tetapi mengembangkan
Juni 2010
Juni 2010
J
ika kita mengunjungi situs International Reference Cen-ter (IRC) InCen-ternational WaCen-ter and Sanitation Centre, segera terbaca motto mereka yaitu menjembatani kesenjangan pe-ngetahuan dan belajar bersama mitra tentang air, sanitasi dan higinitas ber-biaya rendah di negara berkembang. Sangat kental nuansa pengelolaan pengetahuan (knowledge manage ment). Upaya ini dimulai sejak 1968 ketika IRC terbentuk, dan tetap kon-sisten sampai saat ini.IRC dibentuk oleh World Health Organization (WHO) dan pemerin-tah Belanda sebagai salah satu pusat kerjasama WHO. Sejak terbentuknya, IRC International Water and Sanita tion Centre telah banyak memfasilitasi kegiatan pembelajaran, promosi, dan pemanfaatan pengetahuan sehingga pemerintah, professional, dan organ-isasi dapat mendukung secara lebih
baik penduduk miskin, di negara berkembang untuk mendapatkan air, dan sanitasi.
Saat ini IRC dikelola oleh 61 pe-gawai yang berasal dari beragam ke-bangsaan, bidang keilmuan terkait air dan sanitasi, termasuk sains, teknolo-gi informasi, sosioloteknolo-gi, anthropoloteknolo-gi, ekonomi, dan publisistik. Sebagian besar pegawai bekerja sebagai fasili-tator, IRC telah menjalin kemitraan dengan beragam jaringan interna-sional.
IRC telah menjadi yayasan oto-nom sejak tahun 2006, mengakhiri keterikatan dengan pemerintah Be-landa. Untuk itu, badan pengawas dibentuk sebagai badan pengelola tertinggi, dengan dewan direktur ber-tugas sebagai pengelola operasional.
Lingkup kerja IRC mencakup ber-bagi pengetahuan, diseminasi berbiaya rendah, dan fasilitasi pusat informasi di negara berkembang.
Sejarah Panjang Empat Dekade
Perjalanan panjang IRC secara umum dapat dibagi dalam empat dekade dengan fokusnya masing-masing yaitu (i) 1968-1979 terutama pada pengembangan teknologi; (ii) 1980-1990 berubah orientasi men-jadi partisipasi masyarakat; (iii) 1990-2000 berubah menjadi pengelolaan air minum perdesaan oleh komunitas, dan perhatian terhadap sanitasi mulai muncul; (iv) 2000-2008 berkembang menjadi pendekatan terpadu air, sani-tasi dan higinitas dengan fokus lebih pada keberlanjutan dan pengurangan kemiskinan.
Pada dekade pertama (1968-1979), pekerjaan masih berupa pen-dokumentasian dan baru pada akhir dekade pertama lah dimulainya kemi-traan dengan lembaga lain. Jum-lah pegawai berkembang dari hanya dua menjadi 17 p e g a w a i .
Sejarah Panjang IRC:
Belajar Dari
Portal Kelas Dunia
Walaupun demikian beberapa tong-gak penting telah berhasil dicanang-kan diantaranya IRC newsletter di-luncurkan (1970). Pada dekade beri-kutnya (1980-1990), pekerjaan tidak lagi sekedar pendokumentasian tetapi juga telah merambah publikasi dan pelatihan. Salah satu publikasi yang laris adalah buku Small
Communities Water Supply (1981). Selain itu, berhasil diter-bitkan Intermediate hesaurus on Commu nity Water Supply and Sanitation for Develop ing Countries (1983), yang diikuti INTER
WATER hesaurus for Community Water Supply and Sanitation, (1987) dalam beberapa bahasa. Pelatihan juga telah dimulai pertama kali pada tahun 1986.
Kemitraan lokal dan internasional dimulai pada dekade ketiga (1990-2000). Sepanjang tahun 1991-1997, IRC mengelola kelompok kerja In formation Management, sebagaimana kelompok kerja internasional Informa tion, Education and Communication (IEC) dari WSSCC, yang mengem-bangkan beragam perangkat komu-nikasi dan advokasi. Sementara sejak 1998, berita elektronik Source Water and Sanitation News diterbitkan.
Pada dekade terakhir (2000-2008) pengelolaan sumber daya air telah bergeser dari tingkat masyarakat men-jadi tingkat pemerintah daerah. Selain itu, sejak 2007, IRC menjadi institusi otonom dan beralih ke pasar untuk memperoleh dana. Pencapaian utama adalah pada periode 2001-2007 ber-hasil mendapatkan kontrak pengelo-laan WELL Resource Centre Network on water, sanitation and environmen tal bekerja sama dengan 8 negara
berkembang.
Terkait dengan Indonesia, pada saat ini IRC sedang menjalin kemi-traan dengan SIMAVI dalam mem-bantu pemantauan dan pendoku-mentasian kemajuan program higini-tas, air dan sanitasi di 9 kabupaten di Indonesia Timur.
Produk
IRC menyedia-kan berita pemba-ngunan dan kegiatan di bidang air dan sanitasi. Selain itu, juga menawarkan akses bagi masyarakat umum terhadap in-formasi dan perang-kat interaktif, termasuk layanan tanya jawab.
Sejumlah produk IRC sebagai sebuah pusat informasi diantaranya:
Publikasi
Selama bertahun-tahun IRC menerbitkan lebih dari 100 buku, pamlet dan makalah. Keseluruhannya tersedia secara on line.
Digilib
Para pengelola IRC menyadari dalam proses transformasi dimasa de-pan, perpustakaan akan menjadi per-pustakaan digital sepenuhnya. Dalam kasus tidak tersedia ile elektronik, disediakan alamat email yang dapat dihubungi.
Transformasi ke dalam perpusta-kaan digital telah dimulai tahun lalu. Berbagai promosi dan pemanfaatan pengetahuan dan informasi telah di-fasilitasi oleh IRC sejak berdirinya pada tahun 1968. Pada tahun 1984 mulai dibuat untuk katalog perpusta-kaan digital, dan pada 2001 katalog ini dapat diakses di Internet.
Perpustakaan digital IRCDOC (perpustakaan digital IRC) merupa-kan ujung tombak layanan IRC, yang
memiliki 16.000 dokumen teks leng-kap siap pakai. Keberadaan IRCDOC bermanfaat untuk meningkatkan pe-luang berhubungan dengan organisasi lain, meningkatkan aksesibilitas mela-lui mesin pencari Google, meningkat-kan nilai tambah dari informasi IRC. Untuk informasi lebih lanjut tentang layanan perpustakaan digital atau in-formasi lainnya, silakan hubungi [email protected]
IRCDOC diperbarui setiap hari dan menyediakan sekitar 16.000 ref-erensi dokumen termasuk 2.100 buku, 5.500 laporan, 2.900 jurnal artikel dan makalah konferensi, 660 manual pelatihan.
InterWATER hesaurus
he Tesaurus InterWATER da-pat digunakan untuk informasi pengindeksan; untuk mencari atau mengambil informasi; dan sebagai penterjemah
InterWATER organisasi
InterWATER menawarkan in-formasi tentang lebih dari 650 orga-nisasi dan jaringan dalam penyediaan air dan sanitasi yang berhubungan dengan negara-negara berkembang. Setiap organisasi memiliki gambaran singkat, rincian kontak, e-mail dan alamat situs Web, dan situs terkait yang berlaku.
Jasa konsultasi dan pelatihan
Bentuk layanan berupa dukungan teknis IRC dalam pengembangan, perumusan, penilaian dan evaluasi program, berpotensi dikombinasikan dengan berbagai kegiatan pengem-bangan kapasitas.
Layanan Perpustakaan
IRC menyediakan berbagai layan-an informasi dlayan-an dokumentasi ylayan-ang berkaitan dengan air dan sanitasi di negara-negara berkembang.
Juni 2010
Juni 2010
1. Situs atau Portal AMPL. Situs AMPL yang
berala-mat di htp://www.ampl.or.id ini berisikan berba -gai macam informasi terbaru yang terkait dengan
masalah air minum dan penyehatan lingkungan yang akan
diperbaha-rui seiap hari layaknya
situs kantor berita atau harian. Situs ini berfungsi sebagai situs induk bagi situs lainnya yang dikelola oleh Pokja AMPL yaitu:
a. Digital Library (htp://www.digilib-ampl.net). Merupakan portal bahan pustaka yang ber-fungsi sebagai sumber data dan informasi yang
handal bagi pemangku kepeningan AMPL.
Tersedia beragam bentuk informasi mulai dari kliping, makalah, buku, disertasi, karya ilmiah dan lainnya yang terkemas secara elektronik. Kelebihan dari situs ini adalah bahwa informasi yang tersaji merupakan gabungan lebih dari 20 perpustakaan di Indonesia yang
membentuk jejaring pustaka AMPL.
b. Situs jejaring AMPL. Situs jeja-ring AMPL merupakan sebuah situs yang dibuat guna memfa-silitasi sejumlah arus informasi yang diperuntukkan bagi sejumlah stakeholders atau pemangku
kepen-ingan dalam bidang
AMPL. Situs jejaring AMPL ini beralamat di
htp://www.jejaring-ampl.org
c. Situs WES UNICEF. Situs Water Environ
-ment and Sanitaion UNICEF merupakan
situs yang dibuat atas prakarsa Pokja AMPL bekerjasama dengan WES-UNICEF untuk memberikan informasi secara luas kepada
masyarakat mengenai program WES UNICEF yang mencakup 31 kabupaten/kota di
Indone-sia Timur. Situs ini beralamat di htp://www.
wes-riunicef.org
d. Situs STBM. Salah satu program andalan pemerintah dalam rangka mencapai target MDGs dan RPJMN adalah Sanitasi Total Berba-sis Masyarakat (STBM). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kondisi sanitasi dengan menjadikan masyarakat sebagai subyek. Situs STBM dimaksudkan sebagai sumber informasi
terkini tentang STBM. Alamat situs di htp://
www.stbm-indonesia.org
e. Situs AMPL Yunior. Disadari sepenuhnya bahwa
pembangunan AMPL idak hanya menyangkut aspek isik tetapi juga aspek perubahan peri -laku. Perubahan perilaku itu sendiri sebaiknya
dimulai sejak dini. Situs ini dimaksudkan seba-gai sumber informasi bagi anak-anak maupun
pemangku
kepening-an ykepening-ang berhubungkepening-an dengan program AMPL.
htp://yunior.ampl.or.id
e. Situs Pokja AMPL daerah. Saat ini telah terbentuk sekitar ham-pir 200 Pokja AMPL kabupaten/ kota maupun propinsi. Pokja AMPL nasional memandang perlu untuk mewadahi data dan informasi terkait seluruh kegi-atan Pokja AMPL daerah. De-ngan demikian, terjadi proses
pertukaran pengalam an diantara Pokja AMPL daerah maupun dengan
pemangku kepeningan lainnya.
htp://dae-rah.ampl.or.id
2. Majalah. Pada saat ini Pokja AMPL telah mener-bitkan dua majalah yaitu Percik dan Percik Yunior. - Majalah Percik merupakan majalah yang
diter-bitkan oleh Pokja AMPL seiap iga bulan sekali
secara teratur. Majalah yang telah hadir sejak tahun 2003 ini merupakan media yang sangat
efekif yang dapat dipergunakan oleh Pokja
AMPL dalam bertukar informasi, pengalaman
antarpemangku kepening an di bidang AMPL.
Majalah ini dicetak dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, dengan oplah mencapai 7.500 eksemplar. Selain itu, juga diterbitkan edisi khusus dengan tema ter-tentu yang merupakan hasil kerjasama dengan
pemangku kepening an. Sampai saat ini telah
diterbitkan 3 edisi khusus, dan dalam waktu dekat akan terbit 4 edisi khusus lainnya. - Majalah Percik Yunior, merupakan hasil
ker-jasama dengan Plan Internaional Indonesia
dan diterbitkan 4 kali setahun. Sampai saat ini telah mencapai 15 edisi, dengan oplah 17.500 eksemplar.
3. Kliping Bulanan. Kliping bulanan merupakan
kumpulan berita maupun arikel yang berasal dari
media cetak dan internet yang terkait dengan masalah AMPL. Pencarian materi kliping
dilaku-kan seiap hari melalui beberapa situs surat
kabar terkemuka, maupun dengan berlangganan informasi dari kantor berita nasional. Klipingnya
sendiri ditaruh di milis AMPL seiap hari.
4. Paket Informasi dalam CD. Beberapa paket
infor-masi dikemas dalam bentuk CD seperi Percik, data, regulasi, kliping, newsleter, panduan yang
disampaikan secara regular.
5. News Leter. Newsleter diterbitkan dalam dua
versi yaitu cetak (bulanan) dan on line (ming
-guan). Versi cetak berisikan seluruh kegiatan
terkait AMPL baik yang dilakukan oleh Pokja AMPl
maupun pemangku kepeningan lainnya. Semen
-tara versi on line berisikan data dan informasi
yang disajikan melalui situs-situs Pokja AMPL
seiap minggu. News Leter ini dikirimkan melalui
email kepada para anggota milis AMPL secara regular. Disamping dikemas dalam bentuk barang
cetakan news leter AMPL juga di dikemas dalam
bentuk elektronik yang terintegrasi dengan situs
AMPL atau di
htp://www.ampl.or.id/newsleter+-6. Katalog Pustaka AMPL. Pokja AMPL memiliki se-jumlah koleksi pustaka baik dalam bentuk buku,
arikel maupun makalah yang berkaitan dengan masalah AMPL. Melalui katalog pustaka ini iap
orang dapat memperoleh informasi mengenai buku-buku yang dibutuhkan secara lebih mudah. 7. Buku. Beberapa buku telah diterbitkan baik oleh
Pokja AMPL sendiri maupun bekerjasama
de-ngan pemangku kepenide-ngan antara lain; Sampah
Juni 2010
Juni 2010
“Saya harap PIN dapat menjadi portal
dan basis data informasi AMPL”
Wawancara
S
ebagaimana diketahui bahwa pengembangan PIN AMPL diinisiasi oleh Pokja AMPL sejak be-berapa tahun yang lalu. Terkait dengan itu, Percik berkesempatan mewawancarai Budi Hidayat dalam ka-pasitasnya sebagai Ketua Pokja AMPL berkenaan dengan keberadaan PIN AMPL.Pertanyaan:
Apa yang bisa dimaknai dari Pembangunan AMPL dalam kurun waktu lima tahun ini?
Jawaban:
Pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan telah berlangsung cukup lama. Telah banyak pembela-jaran dan pencapaian yang diraih, terutama dalam lima tahun terakhir. Namun demikian, disadari juga bahwa hasil pembangunan ini masih belum optimal dan perlu ditingkatkan. Salah satu kendala utama yang dihadapi dalam pembangunan AMPL selama ini adalah kurangnya ketersediaan data dan informasi terkait sektor
air minum dan penyehatan lingkungan yang lengkap dan handal. Kita semua menyadari bahwa dalam pelaksanaan pembangunan, ketersediaan data dan informasi yang handal, akurat, lengkap serta gampang untuk diakses merupa-kan suatu hal yang mutlak diperlumerupa-kan.
Selain itu, terutama dalam
ku-run lima terakhir, banyak sekali pembelajaran maupun pencapaian pembangunan AMPL yang harusnya terdo-kumentasikan dan terinformasikan dengan baik kepada masyarakat dan pemangku kepentingan, sehingga isu AMPL dapat menjadi salah satu isu utama dalam konteks pembangunan nasional.
Pertanyaan:
Apa tantangan terbesar dalam pembangunan AMPL hingga saat ini?
Jawaban:
Salah satu tantangan terbesar dalam penanganan AMPL di Indonesia terutama terkait sanitasi yaitu mer-ubah pemahaman dan perilaku masyarakat tentang sani-tasi. Penanganan sanitasi antara lain dengan melakukan edukasi dan sosialisasi kepada generasi muda. Kami akan terus melakukan edukasi dan sosialisasi sanitasi kepada anak-anak berumur 15 tahun ke bawah untuk merubah
cara pikir dan perilakunya.
Selain generasi muda, sasaran edukasi sanitasi lainnya ialah kaum perempuan terutama para ibu, hal tersebut terkait perilaku para ibu yang senang
bercerita kepada keluarga, sehingga bila sang ibu telah mendapatkan pengetahuan yang baik ten-tang sanitasi maka akan ditularkan kepada anak dan suaminya.
Pentingnya perubahan pemahaman dan pe-rilaku masyarakat ini sangat penting.
Dicontohkan program pemerin-tah Sanitasi oleh Masyarakat
Budi Hidayat,
Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas
(Sanimas) di pedesaan. Program tersebut dinilai berhasil meningkatkan penggunaan sarana sanitasi dasar seperti jamban oleh masyarakat desa. Demikian juga dengan program Strategi Sanitasi Kota (SSK) yang dikembangkan di 330 Kabupaten atau Kota.
Dengan pendekatan yang intensif kepada masyarakat maka terbukti terjadi perubahan pemikiran dan tingkah laku. Seperti kejadian satu desa dimana awalnya peng-gunaan jamban hanya 30 persen dengan edukasi secara menerus jumlah tersebut menjadi 100 persen dalam ku-run waktu 29 – 90 hari.
Pertanyaan:
Terkait dengan rencana pembentukan PIN AMPL, apa yang menjadi dasar ?
Jawaban:
Berangkat dari kebutuhan akan terse-dianya data dan informasi yang dapat di-diseminasikan dengan baik tersebut, Pokja AMPL Nasional tengah mengembangkan sebuah Pusat Informasi berskala nasional di bidang AMPL. Pusat Informasi Nasional (PIN) AMPL ini nantinya saya harapkan merupakan suatu resource center yang
me-ngumpulkan, mengelola, dan mendiseminasikan data dan informasi yang terkait dengan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia. Diharapkan keberadaan PIN AMPL ini akan membantu para pemangku kepentingan dalam mendapatkan data dan informasi terkait.
Satu hal yang harus ditegaskan, keberadaan PIN tidak akan berarti tanpa adanya dukungan dari para pemangku kepentingan. Hampir tidak mungkin bila PIN AMPL sendirian melakukan pengumpulan dan pengelolaan data dan informasi yang sedemikian banyak dan masif. Un-tuk itulah, guna mewujudkan PIN AMPL sebagai pusat informasi berskala nasional di bidang AMPL, dukungan para pemangku kepentingan sangat diharapkan. Koordi-nasi dan kerjasama antara pusat data, informasi, dan ko-munikasi dari berbagai lembaga terkait sangat diperlukan untuk mencapai tujuan bersama yaitu menyediakan data dan informasi AMPL yang lengkap, handal, serta mudah diakses oleh semua pihak.
Pertanyaan:
Bagaimana keterlibatan para pemangku kepentingan lain di PIN AMPL nantinya?
Jawaban:
Saya harapkan setelah lokakarya yang lalu terben-tuk konsep PIN AMPL yang telah disepakati oleh para
pemangku kepentingan AMPL dan ka-langan luas, sekaligus untuk
mendapatkan masukan dari para pemangku kepentingan tentang pengembangan PIN sebagai suatu knowledge management dan resource center, khususnya dalam aspek komunikasi, pendataan, teknologi informasi dan perpus-takaan.
Pertanyaan:
Bagaimana peran pemerintah dalam PIN AMPL nantinya?
Jawaban:
Tentu saja pemerintah hanya memberi ruang dan juga akan terus berupaya menjadi katalisator serta berposisi mendorong masyarakat dan pemangku kepentingan agar program pembangunan AMPL menjadi lebih baik.
Karena itu, untuk mewujudkan PIN AMPL ini perlu pendiseminasian informasi secara mas-sif dan berkelanjutan dalam rangka pengarusutamaan pembangunan AMPL. Dengan visi yang jelas yaitu menjadikan PIN AMPL sebagai sum-ber referensi yang akurat, lengkap, terkini dan terpercaya bagi khalayak luas dalam mencari berbagai macam informasi mengenai sektor AMPL. Visi ini diharapkan menjadi komitmen bersama seluruh pemangku kepentingan AMPL agar tujuan pengarusutamaan pembangun-an AMPL tercapai.
Sedangkan misi dibentuknya PIN AMPL adalah melakukan pengumpulan dan pengelolaan bahan pustaka, melakukan pengumpulan, pengelolaan dan penyajian data AMPL, melakukan pendiseminasian informasi melalui kegiatan-kegiatan komunikasi maupun dengan mengguna-kan media komunikasi dalam bented maupun digital.
Sedangkan tujuannya adalah terbangunnya sistem informasi yang dapat diolah lebih lanjut untuk menjadi pembelajaran dan pengetahuan (knowledge management) sehingga pengarusutamaan pembangunan AMPL terca-pai. Selain itu, dengan PIN AMPL ini akan semakin ter-jawabnya kebutuhan para pemangku kepentingan, para ahli, aktivis, akademisi, pelaku bisnis dan industri atau swasta serta masyarakat luas tentang apa dan bagaimana mengelola AMPL yang tepat.
Peran dan fungsi PIN nantinya antara lain melakukan pengumpulan dan pengelolaan data dan informasi yang terkait dengan AMPL, menyediakan kebutuhan data dan informasi yang terkait dengan AMPL, menyebarluaskan informasi, temuan dan pesan penting yang terkait dengan AMPL melalui kegiatan komunikasi, advokasi dan relasi media massa lebih intensif.
Mewujudkan PIN
AMPL ini perlu
pendiseminasian
Juni 2010
Juni 2010
N
EGERI ini baru saja memi-liki UU yang menjamin hak atas informasi. Artinya, ha-rapan akan terwujudnya pemerintahan yang transparan dan akuntabel sudah terlembagakan. Masyarakat sudah memiliki jaminan hukum yang meng-atur haknya untuk mengakses infor-masi dari badan publik. Mereka da-pat meminta informasi yangdibutuhkan dalam rangka ikut mengawasi jalannya pe-merintahan. Pengesahan UU KIP ini pada tanggal 30 April 2008 juga menjadi akhir dari proses panjang pembahasan-nya. UU ini memerlukan waktu tujuh tahun artinya, baru disahkan se telah DPR dua periode, 1999-2004 dan 2004-2009 untuk menyele-saikannya. UU ini sendiri terdiri dari 14 bab dan 64 pasal, dan baru dinyatakan efektif dua tahun setelah disahkan, yaitu per 1 Mei 2010.
RUU KIP menjadi usul inisi-atif DPR untuk kali pertama pada 2001. Meskipun ada kekurangan, ke-beradaan UU KIP tentu menggembi-rakan. UU KIP memberikan garansi bahwa rakyat sebagai pembayar pajak mendapatkan haknya untuk menda-patkan informasi dari lembaga yang dibiayai dari pajak. UU KIP sebagai salah satu wujud konkrit dari proses demokratisasi di Indonesia.
Keberadaan UU ini juga patut
di-syukuri karena belum banyak negara di dunia yang mempunyai UU sejenis ini. Walaupun era keterbukaan infor-masi telah mulai menjadi arus utama di seluruh dunia namun baru sekitar 50 negara yang mempunyai UU se-jenis ini. Di Asia baru Jepang, Korea Selatan, Pakistan, Pilipina, India dan hailand yang memilikinya.
Transparansi atas setiap informasi publik membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalam mengendali-kan setiap langkah dan kebijamengendali-kan yang diambil pemerintah sehingga penye-lenggaraan kekuasaan dalam negara demokrasi dapat dipertanggungjawab-kan kembali kepada rakyat.
Dampak positif UU KIP adalah transparansi dan akuntabilitas ba-dan publik meningkat, akselerasi pem berantasan KKN, optimalisasi perlindung an hak-hak masyarakat terhadap pelayanan publik,
tercipta-nya pemerintahan yang baik dan tata kelola badan publik, serta akselerasi demokratisasi.
Kebijakan Dasar
Merujuk pada pasal 28F UUD 1945 bahwa setiap orang berhak un-tuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan so-sialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memi-liki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Arah
Setidaknya terdapat tiga hal yang ingin dicapai yaitu pengelolaan informasi yang berkualitas, pelayanan infor-masi secara mudah, cepat dan biaya ringan; kinerja badan publik yang transparan, efektif, eisien dan akuntabel.
Asas dan Tujuan
Setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses; harus da-pat diperoleh setiap pemohon dengan cepat, tepat waktu, biaya ringan dan cara sederhana. Walaupun demikian informasi publik dapat dikecualikan sehingga bersifat rahasia.