• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

σ 2 dapat diduga oleh S 2 , dan µ dapat diduga oleh x rerata

4.3 HASIL DAN PEMBAHASAN 1 HASIL

4.3.2.4. Kesehatan Populas

piramida terbalik tersebut seolah-olah seperti struktur populasi yang menurun (regressive population). Di beberapa contoh lokasi penyebaran merak hijau jawa juga menunjukan fakta yang sama yaitu bahwa struktur umur populasi merak hijau jawa membentuk struktur piramida terbalik seperti di TNB (Hernowo, 1995), TNAP (Wasono, 2005), Hutan Jati Ciawitali Buah Dua KPH Sumedang (Hernawan, 2003) serta hutan pinus Gunung Cikuray Garut oleh Sumbara 2006. Secara umum juga diperoleh gambaran bahwa populasi merak hijau jawa di beberapa contoh areal kajian di atas memiliki struktur umur seperti piramida terbalik dimana merak hijau jawa dewasa memiliki porsi sekitar 70 - 90 % dan 10 - 30 % remaja serta anak (Hernowo 1995, Hernowo and Hernawan 2003, Hernowo and Wasono 2006)

Kondisi struktur umur populasi merak hijau jawa seperti piramida terbalik masih perlu pembahasan lebih lanjut, sebab banyak faktor yang berpengaruh pada struktur umur populasi seperti natalitas, mortalitas dan laju survival yang perlu diketahui. Di lapangan agak sulit mengkatagorikan pada merak hijau jawa betina setelah umurnya lebih 1 tahun, sehingga merak hijau jawa yang sebenarnya masih belum dewasa dikategorikan dewasa. Merak hijau betina menginjak dewasa setelah umur dua tahun. Bahkan mungkin kondisi struktur populasi merak hijau jawa seperti piramida terbalik sesuatu yang lazim alami untuk satwaliar di wilayah tropika.

4.3.2.4. Kesehatan Populasi

Analisis terhadap kesehatan populasi merak hijau jawa didasarkan pada parameter demographi populasi merak hijau jawa di TNB maupun di TNAP. Natalitas populasi merak hijau jawa di TNB tahun 2006 dan 2007 masih terjadi, meskipun data pastinya sulit didapatkan (anakan sangat sulit ditemukan secara langsung namun dari hasil telor yang ditemukan dan informasi petugas TNB yang meilihat anakan) merupakan indikasi bahwa populasi merak hijau jawa di TNB masih tumbuh. Namun demikian pencurian telor-telor merak hijau jawa juga masih berlangsung di TN ini. Mortalitas merak hijau jawa bisa terjadi secara alami yaitu dimangsa oleh predator. Predator potensial di TNB adalah Elang Ular (Spilornis cheela), Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus), Musang (Paradoxurus hermaphroditus), Rase (Viverricula malacensis), Nggarangan (Herpestes javanica), Kucing

Hutan (Prionailurus bengalensis) Macan Tutul (Panthera pardus), dan Biawak (Varanus salvator). Mortalitas alami ini diduga tidak menggangu terhadap eksistensi populasi merak hijau jawa di TNB. Mortalitas yang diakibatkan oleh pencurian berpengaruh besar terhadap populasi merak hijau jawa di TNB. Berdasarkah hasil analisis perkembangan populasi merak hijau jawa di TNB menunjukan populasi yang terus menurun dari tahun 1995 hingga 2006, sangat dipengaruhi oleh kegiatan perburuan liar terhadap merak hijau jawa oleh masyarakat disekitar TNB. Namun demikian data sensus merak hijau jawa di TNB tahun 2007 menunjukan kenaikan.

Natalitas populasi merak hijau jawa di TNAP 2006 dan 2007 masih berlangsung, namun demikian data langsung di lapangan sangat sukit didapatkan. Informasi dari petugas TN ini memberitakan bahwa masih melihat anakan merak hijau jawa di bulan januari akhir tahun 2007 di areal hutan jati Rowobendo. Namun demikian sangat sulit menemukan mortalitas populasi merak hijau di lapangan. Hasil analisis perkembangan populasi merak hijau jawa di TNAP menunjukan kenaikan populasi yang cukup nyata dari tahun 1998 hingga 2006. Kenaikan populasi tersebut mengindikasikan bahwa natalitas yang terjadi jauh lebih tinggi dari pada mortalitasnya. Namun hasil sensus merak hijau jawa di TNAP tahun 2007 menunjukan penurunan. Penurunan tersebut diduga akibat kematian alami. Potensial predator alami di TNAP diantaranya Elang Laut (Haliaeetus leucogaster) Elang Ular (Spilornis cheela), Musang (Paradoxurus hermaphroditus), Nggarangan (Herpestes javanica), Kucing Hutan (Prionailurus bengalensis) Macan Tutul (Panthera pardus), dan Biawak (Varanus salvator) serta Babi Hutan (Sus scrofa). Pencurian terhadap telur maupun burung meraknya oleh masyarakat sekitar TNAP tidak ditemukan selama pengamatan di lapangan.

Laju perkembangan populasi merak hijau jawa rata-rata di TNB dari tahun 1995 sampai tahun 2006, adalah menurun sekitar 4.19 % per tahun atau 47.50 % selama 11 tahun. Tetapi pada tahun 2007 terjadi perkembangan populasi menaik sebesar 2.07 %. Sementara itu laju perkembangan populasi merak hijau jawa rata-rata di TNAP dari tahun 1998 sampai tahun 2006, adalah naik sekitar 86.05 % selama 8 tahun atau 10.75 % per tahun. Struktur populasi merak hijau jawa di TNB maupun di TNAP telah didominasi oleh merak dewasa, sehingga membentuk struktur umur populasi seperti piramida terbalik. Ternyata struktur umur pada populasi merak hijau jawa di kedua taman nasional tersebut juga terjadi umum di berbagai sebaran lokal merak hijau seperti di contohkan oleh

beberapa pengamat merak hijau. Barangkali strukrur umur pada populasi merak hijau jawa membentuk seperti piramidal terbalik merupakan struktur umur alami.

Nisbah kelamin merak hijau jawa di TNB maupun di TNAP memiliki nisbah (ratio) sekitar 1 jantan : 4 betina. Berdasarkan hasil pengamatan beberapa peneliti merak hijau jawa seperti Hernowo 1995, Hernowo and Hernawan 2003, Wasono 2005, Yuniar 2007, Risnawati 2008, menyebutkan terhadap bahwa nisbah kelamin merak hijau jawa menunjukan phenomena yang sama yaitu nisbah kelaminnya sekitar 1 jantan : 4 betina. Kemungkinan nisbah kelamin yang alami dan baik adalah 1 jantan : 4 betina.

Berdasarkan hasil analisis terhadap parameter demographi populasi merak hijau jawa di TNAP maupun di TNB, menunjukan indikasi bahwa parameter natalitas dan mortalitas masih terjadi, perkembangan (vigoritas) populasi terus berlangsung meskipun tekanan untuk populasi merak hijau jawa TNB cukup tinggi pada tahun 1995 – 2006. Daya tahan hidup (survival) merak hijau jawa di TNB dan TNAP cukup baik, meskipun laju perkembangan populasi merak hijau jawa rata-rata di TNB menurun (negatif) dari tahun 1995 hingga tahun 2006, namun pada tahun 2007 terjadi kenaikan (positif) populasi serta laju pertumbuhan populasi merak hijau jawa di TNAP menaik (positif) dari tahun 1998 hingga 2006, tetapi menurun pada 2007. Nisbah kelamin merak hijau jawa di TNB maupun di TNAP adalah 1 jantan : 4 betina. Kondisi nisbah kelamin tersebut cukup baik. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa populasi merak hijau jawa di TNB maupun di TNAP memiliki kesehatan populasi (population health) yang baik, karena hampir seluruh parameter demographi populasi menunjukan indikasi yang baik.