• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

σ 2 dapat diduga oleh S 2 , dan µ dapat diduga oleh x rerata

4.3 HASIL DAN PEMBAHASAN 1 HASIL

4.3.1.7. Strategi Populas

Berdasarkan hasil penelitian ini ukuran populasi merak hijau jawa diberbagai tipe habitat di TNB maupun di TNAP berkisar antara 3 – 50 ekor (Tabel IV-1 dan Tabel IV-2). Ukuran populasi tersebut dipengaruhi oleh kemampuan habitat dalam mendukung kehidupan merak hijau jawa dan tekanan terhadap populasi. Van Balen dkk (1991), menyatakan bahwa masalah yang serius terhadap populasi merak hijau di berbagai tempat penyebarannya adalah perburuan liar

Apabila diperhatikan mengenai ukuran populasi merak hijau jawa di TNB yang cenderung menurun pada hasil pengamatan tahun 1995 (117.7 ekor) dibandingkan dengan pengamatan tahun 2006 (69.1 ekor), tetapi pada tahun 2007 mengalami sedikit

kenaikan menjadi 70.5 ekor. Sementara itu populasi merak hijau jawa di TNAP mengalami kenaikan hasil pengamatan tahun 1998 (43 ekor), sedangkan pengamatan tahun 2006 (80.7 ekor), akan tetapi pada tahun 2007 mengalami sedikit penurunan populasi hanya 76.5 ekor.

Ukuran populasi merak hijau jawa di taman nasional tersebut (TNB maupun TNAP) adalah kecil, yaitu sekitar 50 ekor di tipe habitat savana Bekol yang disukai oleh merak hijau jawa di TNB dan 25 – 44 ekor di habitat padang rumput Sadengan dan areal tumpang sari hutan tanaman jati di Gunting di TNAP. Ukuran populasi merak hijau jawa diberbagai tempat penyebaran lokalnya dinyatakan oleh para peneliti (van Balen dkk, 1991, Hernowo 1995, Supratman 1998, Palita 2002, Hernawan 2003, Wasono 2005 dan Sumbara, 2006) merak hijau jawa adalah kecil. Hernowo (1995) menghitung populasi merak hijau jawa di resort Bekol TN Baluran 118 ekor, sedangkan Supratman (1998) menginventarisasi populasi merak hijau di TN Alas Purwo 42 ekor. Sementara itu Palita (2002) melaporkan populasi merak hijau di TN Meru Betiri 26 ekor sedangkan Hernawan (2003) menduga populasi merak di hutan jati Ciawitali KPH Sumedang berjumlah 20 ekor dan Sumbara (2006) mencatat populasi merak hijau jawa di hutan pinus gunung Cikuray sekitar 29 ekor. Ukuran populasi yang kecil tersebut merupakan salah satu strategi adaptasi populasi merak hijau jawa terhadap kondisi habitat

4.3.2 PEMBAHASAN

4.3.2.1.

Perkembangan Populasi Merak Hijau Jawa

Hasil perbandingan pengamatan terhadap populasi merak hijau jawa di TNB dari tahun 1995 oleh Hernowo, 1995 (117.77 ekor) dan pada tahun 2007 (70.50 ekor), menunjukan hasil yang nyata terjadinya penurunan populasi sebesar 66.95 % (selama 12 tahun), sehingga perkembangan populasi merak tersebut secara umum adalah menurun. Namun demikian bila perkembangan populasi merak hijau jawa di TNB tersebut dianalisis kelimpahannya antara tahun 2006 dan 2007 (69.10 – 70.50 ekor) menunjukan hasil sedikit kenaikan populasi yaitu sekitar 1.4 ekor (2.03 %). Hal ini memiliki arti penting bagi perkembangan populasi merak hijau jawa di TNB, bahwa hampir 12 tahun populasi memiliki perkembangan yang negatif (menurun) akan tetapi pada tahun 2006-2007 populasi merak hijau tersebut mulai menunjukan arah perkembangan yang positif (kenaikan).

Diduga terdapat beberapa alasan terjadinya penurunan populasi merak hijau jawa di TNB tersebut yaitu terjadinya perburuan liar terhadap merak hijau jawa (pengambilan telor, maupun burungnya), adanya invasi Acacia nilotica pada tipe habitat savana yang mengurangi ketersedian habitat merak hijau jawa. Tekanan terhadap populasi merak hijau jawa akibat oleh kegiatan perburuan liar merupakan faktor utama terjadi penurunan populasi di TNB. Masyarakat sekitar taman nasional Baluran memiliki akses yang cukup mudah menjangkau seluruh kawasan termasuk resort Bekol yang menjadi pusat penyebaran lokal merak hijau jawa di TNB. Meskipun menjumpai langsung terhadap perburuan merak hijau jawa di TN ini sangat sulit, namun demikian masih ditemukan perburuan terhadap telor merak hijau jawa di tahun 2006 dan 2007 oleh masyarakat Karangtekok. Tidak tertutup kemungkinan juga perburuan terhadap burung meraknya juga dilakukan. Apabila perburuan telor merak hijau jawa dilakukan, maka hasil perburuan telor- telor tersebut ditetaskan/dierami oleh ayam kampung. Hasil tetasan (anakan merak hijau) tersebut yang dijual. Namun demikian bila hal tersebut diketahui oleh petugas taman nasional, maka anakan merak tersebut disita oleh petugas. Contoh anakan merak hijau jawa yang disita oleh petugas TN Baluran (Gambar IV-11). Selain itu, masyarakat juga mengambil bulu-bulu hias merak jantan yang telah rontok setelah akhir musim kawin sekitar awal Januari.

Kegiatan perburuan merak hijau jawa di TNB yang paling menonjol adalah perburuan terhadap telor dan rontokan bulu hias merak hijau jawa jantan dibandingkan dengan perburuan terhadap burung meraknya. Perburuan tersebut lebih mudah dibandingkan menangkap burung meraknya.

Pengaruh perburuan liar terhadap merak hijau jawa dapat menekan secara langsung menurunkan populasi merak hijau tersebut. Besarnya pengaruh perburuan terhadap populasi merak hijau jawa berkaitan dengan besarnya tingkat perburuan terhadap merak tersebut. Pengaruh perburuan terhadap merak hijau jawa di TNB secara nyata dan langsung telah menurun populasi di tempat tersebut.

Gambar IV- 11. Anakan merak hijau jawa yang dicuri oleh masyarakat sekitar TNB 2007

Savana yang telah diinvasi oleh Acacia nilotica, areal terbukanya yang biasanya ditumbuhi oleh rumput telah digantikan oleh A. nilotica yang rapat (Gambar IV-12), sehingga tidak memberi ruang tumbuh bagi rumput yang merupakan pakan utama merak hijau jawa. Rumput memerlukan penyinaran matahari penuh, tetapi setelah ditutupi Acacia, rumput kalah bersaing dalam mendapatkan sinar matahari sehingga rumput mati. Fungsi keterediaan pakan bagi merak hijau jawa pada areal yang telah diinvasi oleh Acacia, akan menurun dengan semakin besarnya tegakan Acacia tersebut.

Setelah dilakukan tindakan pengelolaan habitat yaitu pembersihan atau pembasmian A. nilotica dari sebagian savana Bekol, maka di lokasi tersebut telah banyak ditumbuhi berbagai jenis rumput dan semak. Hal ini merupakan perbaikan fungsi pakan bagi merak hijau jawa di savana Bekol (Gambar IV-13).

Gambar IV-12. Acacia nilotica yang menginvasi savana Bekol, tidak memberi ruang tumbuh rumput pakan merak hijau jawa

Kenaikan populasi merak hijau jawa di TNB tahun 2007, bukan berarti perburuan liar terhadap merak hijau jawa di TNB tidak terjadi, namun lebih pada intensitas perburuannya yang menurun. Ada kemungkinan kenaikan populasi merak hijau jawa di TNB tersebut karena upaya pembasmian Acacia nilotica yang telah menginvasi savanna di TNB telah mulai menunjukan hasil dengan indikasi membaiknya fungsi pakan di tipe habitat savanna bekol tersebut. Sebelum Acacia dibersihkan dari savanna, Acacia telah mendominasi penuh pada areal terbuka, namun setelah Acacia dibasmi, rumput yang menggantikan mendominasi. Pengaruh membaiknya fungsi pakan pada habitat savanna bagi populasi merak hijau jawa tidak serta merta langsung meningkatkan populasi secara drastis. Biasanya kenaikan fungsi habitat akan diikuti oleh kenaikan populasi secara pelan-pelan.

Tindakan perbaikan habitat untuk populasi merak hijau jawa di TNB dengan membasmi A. nilotica akan mendukung peningkatan populasi dari segi habitat. Dengan meningkatnya fungsi pakan, jaminan kebutuhan pakan populasi merak hijau jawa akan lebih terpenuhi.

Gambar IV-13 Tipe habitat savana Bekol setelah dibersihkan dari invasi Acacia nilotica, didominasi oleh rumput.

Hasil analisis terhadap perkembangan populasi merak hijau jawa di TNAP pengamatan oleh Supratman (1998), Wasono (2005) dan studi ini, menunjukkan bahwa kelimpahan populasi merak hijau jawa di TNAP mengalami kenaikan sebesar 86.05 % selama 8 tahun dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2006. Secara umum dapat dikatakan bahwa populasi merak hijau jawa di TNAP mengalami perkembangan populasi arah positif (naik). Namun demikian berbeda halnya, berdasarkan hasil pengamatan tahun 2006 dan 2007 terhadap populasi merak hijau jawa tersebut, telah terjadi penurunan sebesar 4.2 ekor atau 5.49 % (tahun 2006 populasi sebesar 80.7 ekor pada tahun 2007 populasi adalah 76.5 ekor). Perkembangan populasi merak hijau jawa di TNAP menurun pada tahun 2007 memiliki arti penting bagi perkembangan populasi tersebut.

Perkembangan kenaikan populasi merak hijau jawa di TNAP dari tahun 1998 sampai 2006 diduga terdapat kaitan dengan perkembangan areal-areal terbuka pada tipe habitat hutan jati dan tanaman campuran yaitu adanya kegiatan tumpangsari pada hutan tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan Supratman (1998), areal tumpangsai hanya ada di areal ketangi Rowobendo dengan jumlah individu merak hijau di tempat tersebut tercatat 12 ekor. Hasil pengamatan Wasono (2005), menunjukan bahwa telah terdapat areal tumpangsari di Gunting dengan jumlah individu merak tercatat 11 ekor. Hasil pengamatan

di areal tumpangsari Gunting 2006 dijumpai sekitar 44 ekor merak hijau jawa. Adanya areal terbuka berupa areal tumpangsari membuat fungsi habitat terutama pakan merak hijau jawa menjadi meningkat pesat (Gambar IV-14) .

Masyarakat sekitar taman nasional Alas Purwo masih memiliki kepercayaan bahwa mengganggu populasi merak hijau jawa akan membawa bencana bagi keluarga yang melakukan, sehingga perburuan liar terhadap merak hijau jawa relatif tidak terdeteksi.

Gambar IV-14. Sekelompok merak hijau jawa betina makan di areal tumpangsari Gunting.

Penurunan populasi merak hijau jawa pada tahun 2007, sebesar 4.2 ekor atau 5.49 % diduga akibat kematian alami. Fluktuasi jumlah individu merak jawa yang tercatat di areal tumpangsari Gunting cukup nyata (significant) yaitu sekitar 14 ekor merak atau 31.% tidak tercatat di areal tersebut. Pada tahun 2006 terhitung 44 ekor ditemukan di areal tumpangsari Gunting tetapi tahun 2007 hanya 30 ekor. Perubahan jumlah individu merak hijau jawa tersebut diduga terkait dengan penebangan pohon mahoni (Swietenia macrophylla) sebagai pohon tidur (roost site) di areal tumpangsari Gunting pada awal tahun 2007 (Gambar IV-15). Oleh karena pohon tempat tidur jumlahnya menjadi relatif menjadi terbatas, maka dimungkinkan beberapa individu merak hijau jawa tersebut pindah.

Namun demikian di padang rumput Sadengan pada waktu yang sama (tahun 2007) juga terjadi pergeseran jumlah populasi merak hijau jawa. Hasil sensus terhadap merak hijau jawa di Sadengan pada tahun 2006 mencatat 25 ekor, tetapi pada tahun 2007 terhitung 31 ekor, terjadi kenaikan populasi sebesar 6 ekor. Fluktuasi populasi di padang rumput Sadengan diduga terjadi karena pergerakan populasi sebagian individu merak hijau jawa di areal tumpangsari Gunting pindah/bergerak ke padang rumput Sadengan, sehingga jumlah individu merak hijau jawa meningkat di Sadengan.

Gambar IV- 15. Merak hijau jawa jantan bertengger di pohon mahoni areal tumpangsari

Gunting 4.3.2.2. Kelimpahan populasi

Kelimpahan populasi merak hijau jawa baik di taman nasional Baluran maupun Alas Purwo mempunyai keterkaitan dengan tipe habitat di taman nasional tersebut. Populasi merak hijau jawa di TNB lebih melimpah pada tipe habitat savana dibandingakan tipe habitat lainnya di resort Bekol TNB hal ini sesuai dengan hasil pengamatan Pattaratuma 1977, Mulyana 1988, Winarto 1993, Hernowo 1995, dan Hernowo, 1999. Tipe habitat savana di Bekol memiliki kecukupan tempat tebuka (open area) yang ditumbuhi oleh

rerumputan dan semak sebagai sumber pakan merak hijau jawa sesuai dengan hasil pengamatan Yuniar 2007, Risnawati 2008 dan Septania 2009. Selain sumberdaya pakan, savanna memiliki tempat untuk berbiak yang cukup luas, pohon untuk tengger sepanjang tahun serta sumber air minum yang cukup di musim kemarau. Pada tipe habitat lainnya seperti tipe habitat hutan pantai, hutan musim serta hutan selalu hijau, tempat terbuka yang ditumbuhi oleh rerumputan sebagai tempat untuk mencari pakan dan berbiak relatif terbatas. Sehingga merak hijau jawa di TNB lebih menyukai tipe habitat savana ketimbang tipe habitat lainnya.

Kelimpahan populasi merak hijau jawa di resort Rowobendo TNAP, lebih terkonsentrasi di padang rumput Sadengan dan areal tumpang sari hutan tanaman jati Gunting Sesuai pengamatan Supratman 1998, Wasono 2005, Yuniar 2007 dan Risnawati 2008. Hal ini berkaitan dengan adanya areal- areal terbuka (open area) yang tidak terlalu luas kurang dari 10 ha, yang ditumbuhi oleh rumput dan semak yang merupakan sumber pakan utama merak hijau jawa sesuai dengan pengamatan Rini 2005. Selain itu, kedua tipe habitat tersebut dekat dengan tempat berteduh, tempat berlindung serta tempat tengger (hutan dataran rendah dan hutan Jati). Hasil pengamatan Brickle 2002, menunjukan bahwa kelimpahan populasi merak hijau di propinsi Dak Lak, Vietnam semakin meningkat jika jauh dari pemukiman penduduk, dekat dengan sumber air dan pada tipe hutan gugur daun (deciduous forest). Pinthong dan Meckvichai 2008. menyatakan bahwa kelimpahan merak hijau berbeda kelimpahannya diantara berbagai habitat di Cagar Alam Huai Kha Khaeng. Kelimpahan merak hijau tertinggi di Huai Song Thang 1 dan Huai Tab Slao1 serta kelimpahan merak hijau terendah di Huai Kha Khaeng Road karena banyak gangguan dari aktivitas penduduk.