• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA

σ 2 dapat diduga oleh S 2 , dan µ dapat diduga oleh x rerata

4.1 PENDAHULUAN 1 Latar Belakang

Populasi merak hijau jawa (Pavo muticus muticus) secara umum berukuran kecil antara (30 – 50 ekor) pada setiap lokal penyebarannya.Penyebaran merak hijau jawa adalah

acak kelompokpada habitat yang terfragmentasi. Van Balen dkk (1991) melaporkan bahwa

penyebaran merak hijau di Jawa secara terpencar acak, terfragmentasi dan beberapa terisolasi pada beberapa tipe habitat. Secara umum, populasi merak hijau jawa memiliki ukuran populasi relatif< 100 ekor pada setiap penyebaran lokalnya. Populasi merak hijau jawa dengan ukuran yang kecil tersebut pada habitat terfragmentasi dan terisolasi disebut “metapopulasi” (Gilpin and Hanski 1991).

Taman Nasional Baluran (TNB) dan Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) merupakan salah satu habitat penyebaran merak hijau jawa pada Ujung Timur P. Jawa. Taman nasional Baluran memiliki kondisi habitat khusus yaitu savana dan hutan musim, tetapi Alas Purwo mempunyai tipe habitat yang lebih beranekaragam seperti hutan hujan tropis dataran rendah, padang rumput buatan, hutan jati, tumpang sari jati dan tumpang sari hutan campuran.

Permasalahan yang sangat mengancam terhadap populasi merak hijau jawa antara lain tingginya perburuan terhadap merak (telor, bulu serta individunya), perusakan habitat, penyempitan dan konversi habitat merak hijau jawa. Akibat dari perburuan dapat menurunkan bahkan memusnahkan populasi lokal merak hijau di beberapa tempat penyebarannya. Sementara pengetahuan yang berkaitan dengan populasi merak hijau jawa sangat terbatas, hanya beberapa kajian yang berkaitan dengan hal tersebut. Dalam banyak kasus data populasi beserta parameter populasi merak hijau jawa tidak tersedia, karena kurangnya perhatian terhadap parameter populasi merak hijau jawa. Pada hal data tersebut merupakan parameter utama, dasar untuk upaya konservasi merak hijau jawa. Meskipun tekanan terhadap populasi merak hijau jawa sangat besar, namun demikian faktanya merak hijau jawa di lapang masih ada /bertahan hidup. Tentunya merak hijau jawa tersebut memiliki strategi ekologi populasi untuk tetap bertahan hidup dari berbagai

gangguan, sehingga menarik untuk dikaji mengenai bagaimana strategi tersebut melalui parameter demografi populasi berkaitan dengan kondisi lingkungannya (tipe habitat).

4.1.2 Tujuan

Penelitian bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi serta mengkaji (menganalisis dan mensintesis) parameter demografi populasi merak hijau jawa

1. Kelimpahan individu merak hijau jawa pada masing-masing tipe habitat di TNB maupun di TNAP

2. Nisbah kelamin merak hijau jawa di TNB dan TNAP dalam kaitannya dengan strategi populasi.

3. Struktur umur merak hijau jawa di TNB dan TNAP, dalam kaitannya dengan strategi populasi.

4. Pola sebaran lokal pada masing-masing tipe habitat di TNB maupun di TNAP 5. Strategi populasi dalam mengadaptasi tekanan

4.2 METODA

Penelitian mengenai populasi merak hijau jawa telah dilakukan di Taman Nasional Baluran dan Alas Purwo waktu efektif sekitar 10 bulan dari Juni sampai Oktober 2006 dan Agustus sampai Desember 2007. Kajian difokuskan pada penyebaran lokal merak hijau jawa di kedua taman nasional tersebut dengan pendekatan tipe habitat. Di Taman Nasional Baluran studi difokuskan di resort Bekol yang mencakup tipe habitat savanna, hutan pantai, hutan musim dan hutan selalu hijau, sedangkan di Taman Nasional Alas Purwo dipusatkan pada resort Rowobendo mencakup hutan tropik dataran rendah dan padang rumput Sadengan, hutan campuran dan tumpangsari Rowobendo, hutan jati dan tumpangsari Gunting dan hutan jati Ngagelan serta Sumber Gedang.

Penghitungan populasi merak hijau jawa di Taman Nasional Baluran dilakukan dengan kombinasi dua metoda yaitu metoda jalur transect call count mengikuti (Hernowo, 1997). Contoh areal pengamatan untuk kajian populasi merak hijau jawa di TNB terpusat di resort Bekol, mencakup areal 4 km x 3 km (1 200 ha) dengan tipe habitat savanna, hutan musim, hutan pantai dan hutan selalu hijau. Panjang masing-masing jalur sekitar 3 km. Sensus dilakukan selama 10 hari setiap kali pengamatan secara simultan (tahun 2006 dan 2007). Para pengamat (4 orang) berjalan mengikuti route yang telah ditetapkan (4 jalur) masing-masing pengamat mengamati dalam jalurnya. Sensus dimulai pagi hari jam 5.00 WIB sampai jam 8.00 WIB. Kecepatan jalan pengamat 1 jam per km pada setiap jalur. Penghitungan jumlah individu merak didasarkan pada suara dan berdasarkan hasil pengamatan langsung terhadap merak hijau jawa yang dijumpai di jalurnya. Setiap tipe suara, jumlah suara, dan arah suara, serta waktunya dicatat. Setelah selesai pengamatan para pengamat bertemu bersepakat untuk mencocokan data dan menghindari penghitungan ulang.

Untuk mendapatkan data dan informasi mengenai nisbah kelamin dan struktur umur pengamatan terhadap jumlah individu, jenis kelamin, jumlah kelompok dilakukan pengamatan dengan metoda terkonsentrasi (concentration count) terhadap merak hijau jawa di tempat minum, tempat makan ataupun tempat tengger. Tempat minum merak hijau jawa di TNB pada musim kemarau di bak minum buatan Bekol, sumber air minum di Bama dan Manting. Tempat konsentarsi makan merak hijau jawa di TNAP di padang rumput Sadengan, areal tumpangsari Rowobendo, areal tumpangsari Gunting, hutan jati

Ngagelan dan Sumber Gedang. Banyaknya pengamatan di tempat minum atau tempat konsentrasi makan pada masing-masing tahun yaitu tahun 2006 dan 2007 adalah n = 30 baik di TNB dan TNAP.

Penghitungan populasi merak hijau jawa di Taman Nasional Alas Purwo dilakukan dengan metoda terkonsentari mengikuti Wasono (2005). Areal contoh pengamatan untuk kajian populasi merak hijau jawa di TNAP terpusat di resort Rowobendo, mencakup areal sekitar 4 km x 3 km dengan tipe habitat padang rumput sadengan, hutan alam dataran rendah, hutan tanaman campuran tumpangsari Rowobendo, hutan tanaman jati tumpangsari Gunting dan hutan tanaman jati Ngagelan dan Sumber Gedang. Lima pengamat mencatat populasi merak di areal konsentrasi setiap kali pengamatan. Sensus dilakukan selama 10 hari di setiap kali pengamatan (tahun 2006 dan 2007), secara simultan. Sensus dimulai pagi hari jam 5.00 WIB hingga jam 8.00 WIB.

Analisis data dilakukan pada penghitungan kelimpahan (jumlah individu) populasi merak hijau jawa dengan statistik rerata dan selang kepercayaan 95 % pada setiap tipe habitat pada metoda jalur maupun terkonsentrasi. Analisis terhadap demografi populasi didasarkan pada parameter jumlah individu, nisbah kelamin, struktur umur selama pengamatan 2006 dan 2007. Analisis data untuk nisbah kelamin digunakan pendekatan proporsi perbandingan dengan prosentase. Analisis struktur umur digunakan pendekatan struktur piramida umur. Analisis mengenai strategi populasi didekati dengan analisis kelimpahan, perkembangan populasi, analisis nisbah kelamin dan analisis struktur umur. Pola penyebaran lokal merak hijau jawa pada masing-masing tipe habitat dianalisis dengan pendekatan rumus (Ludwig and Reynolds, 1988) sebagai berikut :

σ

2 =

µ

Pola sebaran acak,

σ

2 >

µ

Pola sebaran berkelompok

σ2 < µ Pola sebaran sistematik, σ 2 diduga oleh S2, dan µ diduga oleh x = rerata

Kajian perkembangan populasi merak hijau jawa di TNB maupun di TNAP dilakukan terhadap hasil penelitian Hernowo 1995, Supratman 1998, Wasono 2005 dengan metoda yang sama untuk mendapatkan gambaran mengenai arah perkembangan populasinya. Untuk menguji perbedaan kepadatan individu merak hijau jawa di berbagai tipe habitat baikdi TNB maupun di TNAP digunakan uji Chi-Kuadrat χ2

Untuk menentukan penggolongan klas umur (dewasa, remaja dan anak) merak hijau jawa mengikuti kriteria Delacour (1977) dan Johnsgard (1986) melalui ciri-ciri morfologi merak hijau.

4.3 HASIL DAN PEMBAHASAN