• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kenyataan populasi merak hijau jawa melimpah pada tipe habitat tertentu. Di TNB populasi merak hijau jawa lebih melimpah di tipe habitat savana di resort Bekol TNB. Tipe habitat savanna di Bekol memiliki kecukupan pakan, sumber air minum, pohon untuk tengger dan tempat berbiak sepanjang tahun. (Pattaratuma 1977, Mulyana 1988, Winarto 1993, Hernowo 1995, Hernowo 1999). Sementara itu kelimpahan populasi merak hijau jawa di resort Rowobendo TNAP lebih terpusat di padang rumput Sadengan dan areal tumpangsari hutan tanaman jati Gunting. Hal ini berkaitan dengan adanya areal terbuka (open area) tumangsari di hutan jati yang merupakan tempat sumber pakan merak hijau jawa dekat dengan tempat berteduh, tempat berlindung serta tempat tengger (hutan dataran rendah dan hutan Jati).

Secara umum dapat dikatakan bahwa sebaran lokal merak hijau jawa adalah acak berkelompok. Populasi merak hijau jawa lebih tersebar pada kawasan berhutan yang terdapat areal terbuka secara sporadik, terdapat tempat bertengger, dan tersedia air minum. Ukuran populasi yang kecil dengan sebaran lokal acak berkelompok merupakan keadaan yang umum populasi merak hijau di P Jawa (Balen dkk 1991, Hernowo, 1995) . Secara umum sebaran lokal merak hijau jawa tersebut sangat terkait dengan adanya sumberdaya yang sangat dibutuhkan oleh merak hijau jawa.

Karakteristik tempat makan merak hijau jawa adalah tempat terbuka yang ditumbuhi oleh rerumputan dan semak serta dikelilingi oleh pepohonan. Merak hijau jawa menyukai mencari pakan di areal terbuka (Pattaratuma 1977, Mulyana 1988, Ponsena 1988, Winarto 1993, Hernowo 1995, Supratman 1998, Palita 2002, Hernawan 2003, Rini 2005, Wasono 2005, Sumbara 2006, Yuniar 2007). Bentuk dari areal terbuka adalah padang rerumputan yang dikelilingi hutan, areal tumpang sari, savanna dan hutan yang memiliki rumpang paling sedikit 1 ha.

Merak hijau jawa sebagai jenis burung yang tergolong herbivora dengan banyak memakan dedaunan, buah serta biji rerumputan serta semak. Berbagai jenis rumput (19 jenis) dan 16 jenis semak serta 16 jenis tanaman hortikultura serta 5 jenis buah dari pohon tercatat dimakan oleh merak hijau jawa di TNAP dan TNB. Merak hijau jawa merupakan

polyphag species, yang berarti merak hijau jawa memakan memiliki kisaran pakan yang beranekaragam Septania (2009). Merak hijau jawa memerlukan asupan pakan yang cukup banyak, karena ukuran tubuhnya cukup besar. Tempat minum merak hijau jawa tidak memimiliki kekhasan, yang penting terdapat air secara berkelanjutan, tidak asin dan bersih. Merak hijau jawa di TNAP dan TNB minum di sungai, cekungan air dan bak minum buatan. Pada musim kemarau, air tersedia terbatas di tempat-tempat tertentu saja. Merak hijau jawa terlihat mendatangi tempat minum setiap hari untuk minum meskipun jaraknya cukup jauh.

Merak hijau jawa akan berteduh setelah hari mulai panas. Merak akan berteduh di pohon atau dibawah pohon yang teduh. Merak memilih pohon yang rimbun tajuknya, sebagai kharakteristik pohon teduh. Pohon teduh atau tempat berteduh yang dipilih adalah yang tidak jauh dari tempat makan. Merak hijau jawa di TNB memilih pohon widoro bukol, pilang, asem, kesambi dan mamba sebagai pohon peneduh (Risnawati 2008, Yuniar 2007, Hernowo 1995, Mulyana 1988). Sementara itu di TNAP merak hijau memilih tempat berteduh pohon walikukun, laban, sonokeling, apak serta jati (Supratman 1998, Wasono 2005, Yuniar 2007, Risnawati 2008).

Merak hijau jawa memilih pohon sebagai tempat tidur (Pattaratuma 1977, Mulyana 1988, Ponsena 1988, Hernowo 1995). Menurut Hernowo (1999), merak hijau jawa memilih pohon tertentu untuk bertengger tidur. Adapun kharakteristik pohon tidur adalah poho yang tinggi (pohon mencuat), tidak rimbun tajuknya bahkan meranggas, percabanagan relative tegak lurus batang, tidak jauh dari pohon tidur terdapat tempat terbuka. Pohon yang disukai oleh merak untuk tidur di TNB adalah pohon pilang dan gebang yang telah meranggas (Risnawati 2008, Yuniar 2006, Hernowo 1995, Mulyana 1988, Pattaratuma 1977), sementara itu di APNP TNAP yang disukai unutk bertengger tidur adalah pohon apak (Supratman 1998, Wasono 2005, Yuniar 2007, Risnawati 2008).

Merak hijau jawa jantan memilih untuk menari di tempat-tempat, berupa padang rumput, areal tumpang sari, savana dan rumpang (Mulyana 1988, Winarto 1993, Hernowo 1995, Hernawan 2003, Yuniar 2007, Risnawati 2008). Tempat yang disukai untuk tempat menari adalah areal terbuka dimana merak betina mudah menemukan merak jantan yang menari atau tempat dimana jantan mudah melakukan tariannya.

Tempat bersarang merak hijau adalah tempat terbuka yang ditumbuhi oleh sesemakan (Mulyana 1988, Winarto 1993, Hernowo 1995, Hernawan 2003). Sering sarang

dan telor terkena sinar matahari langsung bila sedang tidak dierami oleh merak betina (Winarto 1993, Hernowo 1995, Hernawan 2003). Bentuk dari sarang sangat sederhana dan kontak langsung dengan tanah. Terkena langsung sinar matahari dan kontak langsung dengan tanah adalah untuk membantu penetasan telornya.

Dalam hubungannya dengan tipe habitat kesukaan, merak hijau jawa lebih menyukai habitat savanna atau areal tumpangsari di hutan tanaman jati maupun di padang rerumputan, sebab di habitat tersebut banyak terdapat areal terbuka yang ditumbuhi oleh rerumputan dan semak yang merupakan pakan utama merak hijau.Terdapat kaitan antara kepadatan merak hijau dengan kelimpahan pakan. Pada habitat hutan yang terdapat areal terbuka, kelimpahan merak hijau jawa akan meningkat.

Strategi merak hijau jawa dalam menghadapi tekanan terutama berkaitan dengan kondisi habitat adalah memilih habitat yang sederhana. Secara ekologi habitat yang dipilih oleh merak hijau jawa tersebut adalah areal terbuka tidak terlalu luas yang dikelilingi oleh hutan. Hal ini mengindikasikan bahwa merak hijau jawa memilih habitat tepi/perbatasan (edge habitat) Pilihan terhadap jenis pakannya, merak hijau jawa sebagai herbivora lebih banyak mengkonsumsi duan, bunga, biji berbagai jenis rerumputan atau semak. Berdasarkan strategi pilihan terhadap pakan, merak hijau jawa dapat dikatakan sangat adaptif dengan jenis pakannya yang cukup tersedia. Merak hijau jawa di TNB mengkonsusi jarong (Stachyrtapeta jamaicensis) pada musim kemarau, sedangkan satwa lain tidak mengkonsumsi jenis tersebut dan jarong merupakan tumbuhan bawah yang cukup melimpah di TNB. Merak hijau jawa di TNAP juga mengkonsumsi kirinyuh (Eupatorium odoratum) dan orok-orok (Cassia tora), merupakan tumbuhan bawah yang banyak tumbuh di musim penghujan dan satwa lain tidak menyukainya. Merak hijau jawa juga mengkonsumsi serangga (belalang, jengkerik, laron, rayap) pada saat jenis serangga tersedia meskipun demikian tidak sebanyak mengkonsumsi rumput dan semak. Hal tersebut mengindikasikan merak hijau jawa sebagai satwa opportunist artinya menggunakan kesempatan terhadap pilihan jenis pakan yang baik pada saat jenis pakannya tersedia cukup banyak. Memilih sarang adalah di tanah pada areal terbuka yang ditumbuhi semak dengan sarang yang sederhana merupakan salah satu strategi merak hijau jawa dalam memilih komponen habitat sarangnya.

Pengelolaan terhadap habitat merak hijau jawa didasarkan pada kebutuhan merak hijau jawa terhadap komponen-komponen habitat yang penting, tersedia secara cukup

baik kuantitas maupun kualitas seperti pakan, tempat berteduh, tempat berlindung, air minum, tempat bertengger, tempat menari, tempat mandi debu dan tempat bersarang serta keamanan merak hijau jawa. Kebutuhan terhadap habitat merak hijau jawa didasarkan kondisi habitat ideal merak hijau jawa.

Pengelolaan terhadap habitat merak hijau jawa di TNB, yang utama adalah tetap menjamin ketersediaan air minum terutama di musim kemarau. Hernowo 1995 menyebutkan bahwa air merupakan faktor kunci dan prioritas utama untuk pengelolaan komponen habitat adalah pengelolaan air di TNB. Sistem pengaliran air dari penampungan air dari Kacip harus diperbaiki kembali dan sistem tersebut tetap dipertahankan. Savana yang telah diperbaiki dari invasi Acacia nilotica menjadi sangat terbuka dan panas di siang hari, perlu penanaman pohon peneduh yang juga bisa berfungsi sebagai tempat bertengger/tidur merak hijau jawa. Apabila pohon yang ditanam tersebut telah berfungsi, maka jarak antar tanaman tersebut sekitar 250 m. Jenis pohon yang ditanam adalah Pilang (Acacia leucophloea), Krasak (Ficus superba), Asam (Tamarindus indica), Kesambi (Schleichera oleosa) dan Mimba (Azadirachta indica). Pembakaran terkendali perlu dilakukan pada tipe habitat savana untuk mendapatkan pakan hijauan yang bergizi bagi merak hijau jawa. Pembakaran terkendali dilakukan 4-5 tahun sekali di areal yang bersih dari Acacia nilotica. Waktu pembakaran menhindari musim berbiak dari merak hijau jawa di TNB, sehingga pembakaran dapat dilakukan pada awal musim kemarau sekitar Juli hingga September dengan pertimbangan yang matang karena pada Oktober hingga Desember merak hijau jawa betina sedang bertelor dan mengeraminya.

Pengelolaan terhadap habitat merak hijau jawa di TNAP adalah menciptakan tipe habitat baru yaitu habitat ideal bagi merak hijau jawa seperti bentuk padang rumput sadengan yang dikelilingi hutan, di hutan hujan tropis dataran rendah wilayah TNAP. Seperti telah disebutkan di atas bahwa lebih dari 50 % populasi merak hijau jawa telah berkembang di luar areal taman nasional ini, sehingga menciptaan habitat baru harus berada di dalam areal taman nasional Pembuatan habitat ideal baru bagi populasi merak hijau jawa di TNAP sangat diperlukan, diprakirakaan pada tahun 2006 telah tercapai kondisi jumlah individu populasi yang maksimum dengan daya dukung habitat yang ada. Akibat penebangan pohon mahoni (Sweitenia macrophylla) yang digunakan sebagai tempat tidur merak hijau jawa di areal tumpangsari Gunting tahun 2006, populasi merak

hijau jawa di tempat tersebut langsung menurun dari 44 ekor menjadi sekitar 30 individu pada tahun 2007.

Penciptaan habitat baru bagi merak hijau jawa di dalam areal TNAP adalah dengan membuka hutan membuat rumpang-rumpang di tipe habitat hutan hujan tropik dataran rendah. Tipe habitat baru berupa rumpang di dalam hutan hujan tropis dataran rendah dengan luasan berkisar 10 ha -20 ha. Bentuk rumpang-rumpang tersebut sebaiknya membulat, dan topografi rumpang adalah datar. Pada calon rumpang tersedia sumber air, terdapat pohon-pohon peneduh yang cukup rindang yang natinya terletak di tengah rumpang. Pohon–pohon untuk merak hijau jawa tidur berupa pohon tinggi yang tajuk percabangannya tegak lurus batang dan tajuknya tidak rapat bisa terdapat di pinggir rumpang. Areal terbuka pada rumpang harus berisi rerumputan dan semak mengelilingi pinggiran rumpang. Sketsa rumpang bisa dilihat seperti pada gambar V-12. Pengelolaan terhadap ketersediaan air, jenis pakan dan nilai gizi pakan merak selalu dilakukan agar populasi merak hijau jawa baru dapat berkembang dengan baik pada tipe habitat tersebut.