• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kit Kesehatan Reproduksi (RH Kit )

BAB IV LOGISTIK KESEHATAN REPRODUKSI PADA TANGGAP DARURAT KRISIS

4.3. Kit Kesehatan Reproduksi (RH Kit )

Untuk melaksanakan PPAM kesehatan reproduksi yaitu dalam memberikan pela-yanan klinis bagi penyintas perkosaan, me-ngurangi penularan HIV serta mencegah meningkatnya kesakitan dan kematian ibu dan neonatal, telah dirancang paket-paket yang berisi obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan yang disebut Kit Kesehatan Reproduksi (Kit RH).

Kit kesehatan reproduksi dikemas dan di-beri nomor sesuai dengan jenis tindakan yang akan dilakukan. Alat, obat dan bahan habis pakai tersedia lengkap di tiap ke-masan. Sebagai contoh: Kit nomor 2 untuk pertolongan persalinan bersih, termasuk apabila persalinan terjadi pada situasi ti-dak dapat ditolong oleh tenaga kesehatan.

Kit nomor 12 untuk transfusi darah. Kit nomor 4 untuk kontrasepsi oral dan in-jeksi dan lain sebagainya. Penomoran ini bertujuan untuk memudahkan pengelola-an dpengelola-an penggunapengelola-annya pada situasi krisis kesehatan.

Kit kesehatan reproduksi dirancang un-tuk digunakan dalam jangka waktu tiga bulan untuk jumlah penduduk tertentu.

Kebutuhan kit tergantung pada jumlah pengungsi, dan jenis pelayanan yang akan diberikan dan perkiraan lamanya waktu mengungsi. Pendistribusian kit kesehatan reproduksi harus diikuti dengan penjelas-an kepada penerima tentpenjelas-ang isi kit, cara menyimpan dan penggunaannya. Harus diingat bahwa kit kesehatan reproduksi terdiri dari alat dan obat yang sama de-ngan yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Perbedaannya adalah alat dan obat tersebut sudah dikemas sehingga me-mudahkan petugas kesehatan dalam mem-berikan pelayanan pada situasi bencana.

Apabila terjadi bencana berskala besar di-mana dibutuhkan peralatan dan obat un-tuk pelayanan kesehatan reproduksi yang mendesak dan kit belum tersedia, Dinas Kesehatan setempat dapat mengajukan permohonan bantuan penyediaan kit ke-sehatan reproduksi kepada Kementerian

Kesehatan yang akan didatangkan dari Copenhagen, Denmark yang merupakan gudang logistik untuk bantuan kemanusia-an internasional. Pada saat memeskemanusia-an, ren-canakan pendistribusiannya, yang meliputi kemana akan dikirimkan, kondisi medan, alat transportasi yang akan digunakan dan gudang penyimpanan sementara.

Kit kesehatan reproduksi hanya dapat di-pesan pada bencana yang berskala besar, dimana sebagian besar fasilitas pelayan-an kesehatpelayan-an tidak dapat berfungsi. Perlu dipertimbangkan bahwa pengajuan kebu-tuhan kit kesehatan reproduksi dilakukan apabila memang benar-benar dibutuhkan.

Bila masih ada fasilitas pelayanan kesehat-an ykesehat-ang masih berfungsi, disarkesehat-ankkesehat-an untuk dimanfaatkan secara optimal. Pemerintah/

Dinas Kesehatan setempat dapat menye-diakan kit kesehatan reproduksi dan bahan habis pakai secara lokal sesuai pedoman.

Koordinator kesehatan reproduksi harus memastikan bahwa obat dan alat kesehat-an tersedia dkesehat-an terintegrasi ke dalam sis-tem pelayanan yang sudah ada. Selain itu, Koordinator kesehatan reproduksi harus melakukan pengenalan singkat tentang isi dan cara penggunaan kit kesehatan re-produksi serta memastikan kit tersebut digunakan.

KIT KESEHATAN REPRODUKSI/KIT RH

Kit kesehatan reproduksi terdiri dari tiga blok, masing-masing blok ditujukan bagi ting-kat pelayanan kesehatan yang berbeda:

• Blok 1: Tingkat masyarakat dan pelayanan kesehatan dasar untuk 10.000 orang/

3 bulan

• Blok 2: Tingkat pelayanan kesehatan dasar dan rumah sakit rujukan untuk 30.000 orang/3 bulan

• Blok 3: Tingkat rumah sakit rujukan untuk150.000 orang/3 bulan Blok 1

Blok 1 terdiri dari 6 kit (kit 0 sampai 5). Perlengkapan ini ditujukan untuk memberi-kan pelayanan kesehatan reproduksi di tingkat masyarakat dan perawatan kesehatan dasar. Kit ini berisi obat-obatan dan bahan habis pakai. Kit 1, 2 dan 3 terdiri dari dua bagian, A dan B, yang dapat dipesan secara terpisah

Blok 2

Blok 2 terdiri dari 5 kit (kit 6 sampai 10) yang berisi bahan habis pakai dan bahan yang dapat digunakan kembali. Perlengkapan ini ditujukan untuk memberikan pelayanan kesehatan reproduksi pada tingkat puskesmas atau rumah sakit

Blok 3

Blok 3 terdiri dari 2 kit (kit 11 dan 12) yang berisi bahan habis pakai dan perlengkapan yang dapat digunakan kembali untuk memberikan pelayanan PONEK pada tingkat rujukan (bedah caesar). Kit 11 terdiri dari dua bagian, A dan B, yang dapat dipesan

secara terpisah

Kit Kesehatan Reproduksi BLOK 1

No Kit Nama Kit Kode Warna

Kit 0 Administrasi Oranye

Kit 1

Kondom

• Bagian A: kondom laki-laki

• Bagian B: kondom perempuan

Merah

Kit2

Persalinan Bersih (Perorangan)

• Bagian A: kit persalinan bersih

• Bagian B: untuk non kesehatan

Biru tua

Kit3

Pasca Perkosaan

• Bagian A: Pil Kontrasepsi darurat dan pengobatan IMS

• Bagian B: PPP (Pencegahan Pasca Pajanan)

Merah muda

Kit4 Kontrasepsi oral dan injeksi Putih

Kit5 Pengobatan IMS (Infeksi Menular Seksual) Biru muda/

Turkis BLOK 2

Kit6 Kit persalinan (Fasilitas Kesehatan) Coklat

Kit 7 AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) Hitam

Kit8 Penanggulangan Komplikasi Keguguran dan Aborsi Kuning

Kit Kesehatan Reproduksi

Kit 9 Menjahit Sobekan (leher rahim dan vagina) dan

Pemeriksaan vagina Ungu

Kit 10 Persalinan dengan Vakum (Manual) Abu-abu

BLOK 3

Kit 11

Tingkat rujukan

• Bagian A: peralatan

• Bagian B: obat-obatan dan bahan habis pakai

Hijau fluoresensi

Kit 12 Transfusi Darah Hijau Tua

Contoh kemasan kit kesehatan reproduksi

CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN KIT KESEHATAN REPRODUKSI

Kit kesehatan reproduksi sudah dirancang untuk sejumlah penduduk tertentu.

Saat memesan Kit Kesehatan Reproduksi tidak perlu menghitung jumlah masing-masing alat dan obat, tapi hanya diperlukan data jumlah pengungsi dan perkiraan lama waktu mengungsi.

Contoh:

• Blok 1 untuk 10.000 penduduk selama 3 bulan

Jika pengungsi sebanyak 50.000 orang, maka kit yang akan dipe-san sebanyak : 50.000 : 10.000 = 5 kit

• Blok 2 untuk 30.000 penduduk selama 3 bulan

Jumlah pengungsi: 50.000 maka kit yang akan dipesan adalah:

50.000 : 30.000 = 1,6  pesan 2 kit

Kit tidak bisa dipesan sebanyak 1,6 melainkan harus dibulatkan dan sisa obat dan bahan habis pakai bisa digunakan untuk waktu lebih dari 3 bulan

Apabila masa tanggap darurat krisis kesehatan telah lewat dan masih terdapat sisa alat, obat dan bahan habis pakai dari kit kesehatan reproduksi maka harus dise-rahkan kepada Dinas Kesehatan setempat untuk diatur pemanfaatannya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Alat dan sarana penunjang lainnya:

a. Tenda kesehatan reproduksi yang dirancang khusus dengan sekat untuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan KB, pertolongan persalinan dan pelayanan lain yang memerlukan privasi bagi pasiennya

b. Buku KIA c. Generator

Contoh beberapa alat yang ada di dalam kit kesehatan reproduksi termasuk kit administrasi

BAB V PENILAIAN KESEHATAN

REPRODUKSI PADA TANGGAP DARURAT

KRISIS KESEHATAN

Pada tanggap darurat krisis kesehatan per-lu dilakukan penilaian untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi pasca bencana dan kebutuhan bagi penduduk yang ter-kena dampak atau pengungsi. Khusus un-tuk kesehatan reproduksi, penilaian tidak difokuskan pada ada tidaknya kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi, karena berdasarkan pengalaman, kebutuhan ke-sehatan reproduksi tetap ada dan justru meningkat pada situasi bencana.

Selain itu tidak perlu dilakukan penilai-an intervensi apa ypenilai-ang dibutuhkpenilai-an, kare-na intervensi kesehatan reproduksi pada tanggap darurat krisis kesehatan adalah melalui penerapan PPAM. Pada tanggap darurat krisis kesehatan pengumpulan data mengenai jumlah sasaran pelayan-an kesehatpelayan-an reproduksi (ibu hamil, ibu melahirkan dan lain-lain) tidak dilakukan karena berdasarkan pengalaman, data ter-sebut sulit didapatkan. Koordinator kese-hatan reproduksi dapat memperoleh data

sasaran pelayanan melalui estimasi sta-tistik dengan menggunakan data jumlah pengungsi.

Data jumlah pengungsi dapat diperoleh dari Tim Rapid Health Assessment (RHA) yang menggunakan form B1 (lampiran 1). Namun, koordinator perlu melakukan

penilaian terhadap kondisi tenaga kesehat-an, fasilitas pelayanan kesehatkesehat-an, keterse-diaan alat dan obat, berfungsinya sistem rujukan, ketersediaan pelayanan maupun kondisi kelompok rentan di pengungsian.

Dengan terkumpulnya data dan informasi tersebut, maka dapat disusun strategi dan rencana PPAM kesehatan reproduksi.

5.1 LANGKAH–LANGKAH DALAM MELAKUKAN PENILAIAN

Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan penilaian kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi

1. Mengumpulkan data sekunder/data dasar prakrisis: data sasaran, indikator

penting terkait kesehatan reproduksi seperti angka kelahiran kasar, persalin-an oleh tenaga kesehatpersalin-an, data fasilitas pelayanan kesehatan (lihat lampiran 2).

Hal ini dilakukan untuk mendapatkan

Penilaian Kesehatan Reproduksi - Gempa Padang 2009

gambaran tentang kondisi kesehatan reproduksi sebelum bencana terjadi 2. Melakukan estimasi jumlah sasaran

ke-sehatan reproduksi untuk respon ben-cana. Estimasi dilakukan dengan meng-gunakan data jumlah pengungsi yang didapat dari tim RHA (lihat lampiran 3) 3. Melakukan penilaian tentang kondisi

fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan ketersediaan alat dan obat untuk memberikan pelayanan ke-sehatan reproduksi (lihat lampiran 4) 4. Jika terjadi bencana berskala besar,

perlu mendata lembaga/organisasi/

LSM yang bekerja di bidang kesehatan reproduksi pada tanggap darurat kri-sis kesehatan. Data ini dapat diperoleh melalui kegiatan koordinasi dengan sektor kesehatan (lihat lampiran 5) Hal

ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan membagi peran lembaga yang be-kerja di bidang kesehatan reproduksi di daerah yang terkena dampak bencana, agar tidak terjadi tumpang tindih dalam memberikan pelayanan

5. Mengumpulkan data kondisi ibu hamil dan melahirkan di pengungsian de-ngan melakukan wawancara dede-ngan 2-3 ibu hamil/melahirkan yang ditemui di kamp/tenda pengungsian (lihat lam-piran 6). Data ini dikumpulkan untuk mengetahui tentang ketersediaan pela-yanan bagi ibu hamil dan pasca bersalin di pengungsian

6. Mendata kondisi pengungsian terma-suk faktor-faktor yang meningkatkan risiko Kekerasan Berbasis Gender (li-hat lampiran 7)

5.2 PIHAK YANG MENILAI

Penilaian kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi dilakukan oleh tim kesehatan repro-duksi atau oleh pengelola program kesehatan reprorepro-duksi di dinas kesehatan sesuai dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan di atas.

5.3 CARA MENGANALISIS, MENGGUNAKAN DAN MENDISEMINASIKAN HASIL

PENILAIAN

Hasil penilaian harus spesifik agar dapat membuat keputusan yang tepat terhadap intervensi yang harus dilakukan. Hasil ini secara jelas memprioritaskan dan mengidentifikasi kebutuh-an di masing-masing unit dalam sistem kesehatkebutuh-an. Hasilnya harus memberikkebutuh-an rekomenda-si mengenai bagaimana memastikan intervenrekomenda-si PPAM dapat berkelanjutan dan membantu dalam merencanakan penambahan komponen- komponen pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif. Lihat contoh format laporan penilaian di lampiran 8.

Hasil rekomendasi diinformasikan kepada semua organisasi yang terlibat dalam respon ben-cana, termasuk masyarakat melalui mekanisme koordinasi kesehatan dan sistem pelaporan yang ada saat bencana.

BAB VI MONITORING DAN

EVALUASI

Monitoring dan evaluasi dilakukan pada setiap tahapan krisis kesehatan. Untuk pelaksanaan PPAM kesehatan reproduksi, monitoring dan evaluasi digunakan seba-gai dasar penyusunan program kegiatan untuk memantau hal sebagai berikut:

a. memastikan keberhasilan atau ke-gagalan pelaksanaan kegiatan paket pelayanan awal minimum termasuk mengidentifikasikan adanya permasa-lahan atau kendala selama pelaksanaan PPAM

b. memberikan akuntabilitas dan transpa-ransi bagi lembaga yang membutuhkan

c. memastikan penggunaan kit kesehat-an reproduksi pada tingkat puskesmas dan rumah sakit

d. memastikan kesiapan pelayanan kese-hatan reproduksi komprehensif

Dalam melaksanakan monitoring dan eva-luasi, terdapat tantangan yang mungkin ditemui oleh koordinator kesehatan repro-duksi di lapangan, yaitu:

a. menentukan kapan waktu yang tepat untuk transisi ke pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif

b. menentukan waktu yang tepat untuk menyampaikan hasil monitoring dan evaluasi. Hasil ini akan menjadi da-sar pertanggung jawaban dan dada-sar

pembuatan keputusan untuk menen-tukan langkah pada saat transisi serta pelaksanaan pelayanan kesehatan re-produksi komprehensif. Penggunaan

hasil secara tepat juga akan memasti-kan bahwa kegiatan dilaksanamemasti-kan se-cara berkelanjutan, sesuai konteks dan kebutuhan masyarakat.

6.1 CARA MELAKUKAN MONITORING PPAM

Monitoring PPAM dapat dilakukan pada 2 (dua) tahap krisis kesehatan yaitu:

a. Pada tahap tanggap darurat krisis ke-sehatan, monitoring dilakukan secara berkala setelah satu atau dua minggu pelaksanaan PPAM kesehatan repro-duksi bergantung pada perkembangan respon bencana dan kebutuhan ma-sing-masing organisasi. Minimal, data bulanan harus tersedia untuk diinfor-masikan sebagai bahan untuk penyu-sunan program. Monitoring dilakukan untuk setiap komponen PPAM dengan menggunakan indikator kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan tabel berikut ini. Lihat lampiran 9

b. Pada tahap pascakrisis atau ketika kondisi telah stabil monitoring dilaku-kan dengan menggunadilaku-kan medilaku-kanisme yang sudah ada dan digunakan pada situasi normal. Monitoring rutin dila-kukan dengan menggunakan meka-nisme Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) yang dilakukan rutin setiap bulan

6.2 EVALUASI

Tujuan evaluasi adalah untuk menganalisa efisiensi dan efektivitas program. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan kegi-atan program dan pelayanan (keluaran/

output) dengan manfaat (hasil/outcome)

dan dampak kesehatan masyarakat serta membantu para petugas kesehatan repro-duksi untuk menentukan hal-hal tersebut memenuhi tujuan yang telah ditetapkan.

6.2.1 Waktu Evaluasi

Evaluasi dilakukan diakhir pelaksanaan kegiatan.

6.2.2 Instrumen Evaluasi

Evaluasi menggunakan metode-metode assessment sistematik untuk mengukur aspek kua-litatif maupun kuantitatif dari penyelenggaraan pelayanan. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah wawancara dengan informan kunci, misalnya ketua atau anggota masya-rakat yang terkena dampak untuk mendapatkan informasi terkait kualitas kegiatan dan pe-nerimaan/penilaian masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

Evaluasi terhadap kualitas atau akses pelayanan mencakup kajian terhadap dokumen-doku-men operasional (seperti laporan lokasi, laporan perjalanan, laporan supervisi, catatan pela-tihan) serta daftar tilik untuk pelayanan kesehatan reproduksi secara kualitatif. Pengkajian data yang dikumpulkan dari sistem monitoring juga harus dilihat sebagai bagian dari proses evaluasi.

6.2.3 Data yang Dibutuhkan untuk Evaluasi

Beberapa komponen yang penting untuk dinilai dalam melakukan evaluasi pelaksanaan PPAM, adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas dari kegiatan: apakah kegiatan sudah mencapai tujuan yang ditentukan?

2. Efisiensi dari kegiatan: apakah sumber daya yang ada telah dimanfaatkan secara efisien termasuk sumber daya manusia, peralatan dan pemanfaatan dana dll?

3. Relevansi dari kegiatan: apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan kebu-tuhan dari masyarakat yang terkena bencana?

4. Dampak dan kesinambungan kegiatan: apakah kegiatan memberikan dampak yang baik kepada masyarakat dan dapat dilanjutkan setelah bencana selesai?

5. Permasalahan: apakah ada masalah yang dialami dalam mengimplementasikan kegiatan dan bagaimana solusi untuk mengatasi masalah tersebut

6. Proses pembelajaran: pelajaran apakah yang didapatkan selama pelaksanaan kegiatan yang penting untuk perbaikan ke depan yang didapat selama pelaksanaan kegiatan 7. Rekomendasi apa yang harus disampaikan untuk peningkatan kualitas pelayanan Lihat lampiran 10 untuk melihat detail lembar evaluasi.

6.2.4 Penanggungjawab Evaluasi

Kegiatan evaluasi harus dilakukan seobyektif mungkin dan tidak bias. Jika evaluator/orang yang melakukan evaluasi juga terlibat dalam koordinasi atau pengelolaan kegiatan, terka-dang sulit bagi evaluator untuk tetap netral dan melihat kegiatan dengan tidak memihak atau berat sebelah.

6.2.5 Analisis dan Diseminasi Hasil Evaluasi

Evaluasi harus mencerminkan apa yang berjalan dengan baik maupun apa yang tidak, agar hasilnya dapat membawa pada peningkatan/perbaikan dalam perencanaan dan rancangan kegiatan. Umpan balik di awal harus diberikan kepada penanggungjawab/pengelola kegiatan dan para penyedia pelayanan untuk memastikan bahwa masalah-masalah yang teridentifi-kasi ditangani dengan segera sebelum menjadi persoalan atau risiko.

Lampiran 1

FORMULIR B-1 (DIGUNAKAN SATU HARI SETELAH BENCANA)*

A. NAMA DINKES/PPK SUB REGIONAL/ PPK REGIONAL B. JENIS BENCANA ………

C. WAKTU KEJADIAN BENCANA

Tanggal …….. Bulan …….. Tahun ……… Pukul ……..

D. DESKRIPSI BENCANA

………

E. LOKASI BENCANA Provinsi ………

No Kabupaten

/ Kota Kecamatan Desa / Dusun

Jumlah Penduduk

Terancam Topografi

(1) (2) (2) (3) (4) (5)

F. Jumlah Korban 1. Korban Meninggal

No. Nama Jenis

Kelamin Usia Kewarganegaraan (No. Passport)

Alamat korban

Tempat meninggal

Penyebab Kematian

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

2. Korban Hilang

No Nama Jenis

Kelamin Usia Kewarganegaraan

(No. Passport) Alamat

korban Lokasi hilang

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

3. Korban Luka Berat/Rawat Inap & Luka Ringan/Rawat Jalan

No

Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Lokasinya

(Kab./Kota)

Rawat Inap Rawat Jalan

L P Jml L P Jml

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

JUMLAH

4. Pengungsi

No Lokasi KK Laki-Laki Perempuan Jumlah Jiwa

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

JUMLAH

G. FASILITAS UMUM

1. Akses ke lokasi kejadian bencana :

‰ Mudah dijangkau, menggunakan alat transportasi…………..

‰ Sukar, karena………

2. Jalur komunikasi yang masih dapat digunakan:….

3. Keadaan jaringan listrik :

‰ Baik

‰ Terputus

‰ Belum tersedia/belum ada

4. Sumber air bersih yang bisa digunakan:

‰ Tercemar

‰ Tidak Tercemar

H. Kondisi Fasilitas Kesehatan

No.

Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan (RS, Puskesmas, Pustu, Gudang Farmasi, Polindes, Dinkes, Rumah Dinas, dsb)

Kondisi Fungsi Pelayanan

Tidak

Rusak Rusak Berfungsi Tidak Berfungsi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

a. ...

b. ...

c. dst

I. UPAYA PENANGGULANGAN YANG TELAH DILAKUKAN

1. ………...……

2. ………...……

J. HAMBATAN PELAYANAN KESEHATAN 1. ………...……

2. ………...……

K. BANTUAN YANG DIPERLUKAN SEGERA 1. ………...……

2. ………...……

L. RENCANA TINDAK LANJUT

1. ………...……

2. ………...……

*Catatan:

Formulir B1 ini hanya merupakan referensi, data-data di form B1 ini akan dikumpulkan oleh tim Rapid Health Assessment (RHA) dari Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan.

Lampiran 2

DATA DASAR KESEHATAN REPRODUKSI PRAKRISIS KESEHATAN Nama Kabupaten/Kota:

Nama Propinsi:

Periode data:

No Indikator Capaian Target Keterangan

1 K1

2 K4

3 Persalinan oleh tenaga kesehatan

4 Jumlah kasus kematian ibu

5 Angka penggunaan kontrasepsi (CPR)

6 Angka Kelahiran Kasar

DATA FASILITAS KESEHATAN PRAKRISIS KESEHATAN Nama

Fasyankes Tipe

Fasyankes Pemerintah

/ Swasta Tipe Pelayanan Kespro (dicentang) Keterangan

ANC Persalinan

Normal PONED PONEK KB

PEMBERI PELAYANAN PRAKRISIS KESEHATAN Nama

Fasyankes Jumlah Pemberi Pelayanan Kesehatan Reproduksi Keterangan dr.SpOG dr.SpA Dokter

Umum Bidan Perawat

Lain-lain

Lampiran 3

CARA MELAKUKAN ESTIMASI STATISTIK SASARAN KESEHATAN REPRODUKSI

Pada tahap tanggap darurat krisis kesehatan akan sulit untuk mendapatkan data riil sasaran kesehatan reproduksi. Oleh karena itu dapat dilakukan estimasi statistik dengan mengguna-kan data jumlah pengungsi dengan cara berikut:

a. Jumlah wanita usia subur : 25% dari jumlah pengungsi b. Jumlah ibu hamil:

1) Jika data angka kelahiran kasar (CBR = Crude Birth Rate) tersedia gunakan CBR untuk mengestimasikan jumlah ibu hamil.

Contoh:

Jumlah pengungsi : 10.000 jiwa CBR: 35/1.000 kelahiran hidup

Estimasi jumlah ibu hamil selama 1 tahun: 35/1.000 x 10.000 = 350 ibu hamil Estimasi jumlah ibu hamil per bulan: 350 : 12 bulan = 29 ibu hamil

2) Jika data CBR tidak tersedia, estimasi jumlah ibu hamil adalah 4% dari jumlah pengungsi

a. Estimasi jumlah ibu hamil selama 1 tahun: 4% x 10.000 = 400 ibu hamil b. Estimasi jumlah ibu hamil per bulan = 400 : 12 bulan = 33 ibu hamil

c. Ibu hamil yang akan mengalami komplikasi adalah 15-20% dari total jumlah ibu hamil saat ini, dan 5-7% dari ibu hamil akan membutuhkan operasi sesar d. Jumlah laki-laki yang aktif secara seksual: 20% dari pengungsi dll

Lampiran 4

PENILAIAN TENTANG KONDISI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN, KETERSEDIAAN TENAGA DAN ALAT DAN OBAT

FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DI WILAYAH TERDAMPAK

Nama

Fasyankes Tipe

Fasyankes Pemerintah

/ Swasta Tipe Pelayanan Kespro

(dicentang) Keterangan ANC Persalinan

Normal PONED PONEK KB

PEMBERI LAYANAN DI AREA TERDAMPAK Nama

Fasyankes Jumlah Pemberi Layanan Keterangan

dr.SpOG dr.SpA Dokter Umum Bidan Perawat Lain-lain

KETERSEDIAAN ALAT DAN BAHAN UNTUK PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI

Nama

Fasyankes Tipe

Fasyankes Pemerintah

/ Swasta Ketersediaan alat dan bahan

Keterangan/

Kebutuhan khusus alat/bahan ANC Persalinan

Normal PONED PONEK KB

Transfusi Darah Ya Tidak

Laboratorium untuk pengecekan jenis darah tersedia Penapisan Hepatitis tersedia

Penapisan HIV tersedia Penapisan Sifilis tersedia

Pelayanan Kesehatan Reproduksi

Tipe Pelayanan Tersedia di tempat

Fasilitas Pelayanan Kesehatan terdekat

yang menyediakan pelayanan tersebut

Keterangan

Ya Tidak Nama

Fasilitas Jarak (km)

ANC

Persalinan Normal

PONED

PONEK

Kontrasepsi

Perawatan SGBV

PPP kit

Lampiran 5

DAFTAR LEMBAGA/ORGANISASI/LSM YANG BEKERJA DI BIDANG KESEHATAN REPRODUKSI Tempat dan Tanggal : ………

Nama

Organisasi Program Wilayah

Kerja Nama dan Alamat yang

Dapat Dihubungi Keterangan Nama Alamat/email/telp

Lampiran 6

FORMAT WAWANCARA IBU HAMIL DAN PASCA BERSALIN a. Format wawancara ibu hamil

No Deskripsi Keterangan

1 Nama

2 Umur

3 Usia kehamilan

4 Kehamilan anak ke berapa

5

Apakah pelayanan pemeriksaan kehamilan tersedia?

Dimana/jarak ke tempat pelayanan?

Oleh siapa?

6 Rencana melahirkan

(kemana dan ditolong oleh siapa?)

7 Rencana KB pasca salin

b. Format wawancara ibu pasca bersalin

No Deskripsi Keterangan

1 Nama

2 Umur

3 Anak yang ke berapa?

4 Usia bayi?

5 Berat badan bayi lahir

6

Proses kelahiran, normal atau caesar, siapa penolong persalinan, melahirkan dimana?

7

Apakah tersedia pelayanan

kesehatan untuk ibu pasca bersalin?

Dimana?

8 Diberikan ASI atau tidak? Apakah ada kesulitan dalam pemberian ASI?

9 KB pasca salin

Lampiran 7

PENILAIAN KONDISI KAMP PENGUNGSIAN DAN IDENTIFIKASI RISIKO TERJADINYA SGBV

7.1 PENILAIAN MANAJEMEN KAMP

Indikator Ya Tidak Keterangan

Kelompok rentan (ibu hamil, bayi, balita, lansia dan penyandang cacat) berada pada satu tempat dan keluarga berada dekat dengan tempat tersebut

Toilet dan air memenuhi kebutuhan pengungsi

Toilet perempuan dan laki-laki terpisah dan memiliki tanda yang jelas

Toilet dapat dikunci dari dalam

Penerangan mencukupi (di tempat pengungsian, MCK dan jalan)

Distribusi bantuan melibatkan perempuan

Staf perempuan hadir setiap hari di kantor manajemen kamp (registrasi, sekuriti, perlindungan)

Informasi berkaitan dengan ketersediaan dan lokasi layanan kespro tersedia bagi pengungsi

Indikator Ya Tidak Keterangan Informasi berkaitan dengan ketersediaan

dan lokasi pelayanan kekerasan seksual bagi penyintas tersedia bagi pengungsi

Tersedia ruang konseling dengan menggunakan posko kesehatan atau ruangan untuk perempuan (berganti pakaian, menyusui, dsb)

7.2 IDENTIFIKASI RISIKO POTENSIAL DARI SGBV

1. Jumlah perempuan yang menjadi kepala keluarga: ……….

2. Jumlah anak yang tidak ditemani orang dewasa:

Kelompok

Umur Perempuan Laki-laki Total

1 – 11 bulan

1 – 4 tahun

5 – 9 tahun

10 – 14 tahun

15 – 19 tahun

Total

Laporan kejadian SGBV: ………

………...………

Penjelasan singkat dari mekanisme dukungan bagi manajemen konsekuensi SGBV (perawat-an medis, dukung(perawat-an psikososial, rumah am(perawat-an, b(perawat-antu(perawat-an hukum): ………

………...

Upaya penanggulangan yang telah dilakukan

………...

Bantuan yang diperlukan

a. .……….

b. .……….

Rekomendasi

Lampiran 8

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN UNTUK KOORDINATOR KESEHATAN REPRODUKSI DI TINGKAT PUSAT/PROVINSI/KABUPATEN

Format dan Isi Laporan Penilaian

1. Judul

2. Latar Belakang

• Gambaran singkat tentang bencana; tipe bencana, besaran, lokasi.

• Tujuan dari penilaian 3. Metodologi

Secara ringkas mengetengahkan metodologi yang digunakan 4. Temuan: analisis pada hal berikut ini:

4.1 Masyarakat terdampak; data terpilah (umur, jenis kelamin, lokasi geografis/

4.1 Masyarakat terdampak; data terpilah (umur, jenis kelamin, lokasi geografis/