• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kewaspadaan Standar

BAB III PAKET PELAYANAN AWAL MINIMUM (PPAM)

3.3. Mengurangi Penularan HIV

3.3.1. Kewaspadaan Standar

Kewaspadaan standar adalah langkah pe-ngendalian infeksi yang mengurangi risiko penularan patogen yang terbawa dalam darah melalui paparan terhadap darah atau cairan tubuh diantara para pasien dan tenaga kesehatan. Menurut prinsip “pen-cegahan standar”, darah dan cairan tubuh dari semua orang harus dianggap sebagai terinfeksi HIV, terlepas dari pengetahuan atau dugaan kita mengenai status orang tersebut. Tindakan pencegahan standar dapat mencegah penyebaran infeksi se-perti HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan pa-togen-patogen lain di dalam lingkungan perawatan kesehatan.

Pada tanggap darurat krisis kesehatan, mungkin terjadi kekurangan logistik dalam pelayanan kesehatan atau infrastruktur dan beban kerja yang meningkat. Petugas mungkin akan mengambil jalan pintas

dalam melaksanakan prosedur, yang mem-bahayakan keselamatan para pasien mau-pun petugas sendiri. Dalam kondisi apamau-pun, sangat penting untuk mematuhi tindakan kewaspadaan standar. Pengawasan yang teratur dapat membantu mengurangi risi-ko terpapar infeksi di tempat kerja.

Tindakan kewaspadaan standar adalah:

a. Sering mencuci tangan: Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebe-lum dan sesudah kontak dengan pasi-en. Sediakan fasilitas dan perlengkapan untuk mencuci tangan mudah didapat oleh semua penyedia pelayanan.

b. Mengenakan sarung tangan: Pakailah sarung tangan non-steril sekali pakai untuk semua prosedur dimana diper-kirakan akan ada kontak dengan darah atau cairan tubuh lain yang berpotensi

terinfeksi virus. Cuci tangan sebelum memakai dan setelah melepas sarung tangan. Buang sarung tangan segera setelah digunakan di tempat sampah limbah medis. Petugas yang menangani bahan-bahan dan benda tajam wajib mengenakan sarung tangan yang lebih kuat (sarung tangan khusus untuk pe-kerjaan berat/berkebun) dan harus me-nutupi luka dan lecet dengan balutan/

plester tahan air.

Catatan: Pastikan ketersediaan dan logis-tik sarung tangan yang cukup dan berlanjutan untuk melaksanakan semua ke-giatan. JANGAN PERNAH menggunakan kembali atau mensterilisasi ulang sarung tangan sekali pakai, karena akan membu-atnya menjadi berpori/ berlubang kecil

c. Memakai pakaian pelindung, seperti baju atau celemek tahan air, untuk me-lindungi dari kemungkinan terpercik darah atau cairan tubuh lain. Petugas diwajibkan menggunakan masker dan pelindung mata dimana ada kemung-kinan terpapar darah dalam jumlah banyak

d. Penanganan aman terhadap benda--benda tajam:

1) Upayakan penggunaaan jarum sun-tik seminimal mungkin dan berda-sarkan indikasi

2) Gunakan alat suntik dan jarum sun-tik sekali pakai yang steril untuk se-tiap injeksi

3) Atur area kerja tempat penyuntikan untuk mengurangi risiko cedera 4) Gunakan botol dosis-tunggal

(am-pul) daripada botol multi-dosis (vial).

Jika menggunakan botol multi-dosis, hindari meninggalkan jarum pada penutup karet. Setelah dibuka, sim-pan botol multi-dosis di lemari es 5) Jangan menutup kembali jarum

suntik

6) Posisikan pasien dan beritahukan de-ngan benar mengenai penyuntikan 7) Buang jarum suntik dan

benda-ben-da tajam di kotak pengaman (safety boxes) yang anti tusuk dan anti bo-cor. Pastikan wadah anti tusuk un-tuk pembuangan benda tajam selalu

tersedia di tempat yang dekat namun di luar jangkauan anak- anak. Benda tajam tidak boleh dibuang ke tempat sampah atau kantong sampah biasa e. Pembuangan limbah: Bakar semua

sampah medis di area terpisah, seba-iknya masih pada lahan fasilitas pela-yanan kesehatan. Kubur benda-benda yang masih menjadi ancaman, seperti benda tajam, di sebuah lubang tertutup sedikitnya 10 meter dari sumber air f. Pemrosesan Instrumen: Proses

instru-men bekas pakai dalam urutan sebagai berikut:

1) Dekontaminasi instrumen untuk membunuh virus (HIV dan Hepatitis B) dan menjadikan alat lebih aman untuk ditangani

2) Bersihkan instrumen sebelum mela-kukan sterilisasi atau disinfeksi ting-kat tinggi (DTT) untuk menghilang-kan kotoran

3) Sterilkan (menghilangkan semua pa-togen) instrumen-instrumen untuk meminimalkan risiko infeksi selama prosedur. Dianjurkan menggunakan

steam autoclaving. DTT (melalui pe-rebusan atau perendaman dalam larutan klorin) mungkin tidak dapat menghilangkan semua spora

Gunakan atau simpan dengan benar alat- alat segera setelah disterilisasi

g. Pemeliharaan Fasilitas: Bersihkan tumpahan darah atau cairan tubuh lain-nya dengan segera dan hati-hati

Meskipun tindakan-tindakan pencegah-an stpencegah-andar telah ditetapkpencegah-an dpencegah-an ditaati, keterpaparan terhadap HIV dapat saja terjadi. Pastikan PPP tersedia sebagai bagian dari paket tindakan pencegahan standar untuk mengurangi keterpaparan petugas terhadap infeksi di tempat kerja.

Pasanglah pengumuman tentang cara-cara pertolongan pertama di ruang-ruang kerja dan informasikan kepada semua petugas bagaimana mengakses perawatan untuk keterpaparan.

Ketika merespon keterpaparan dalam pekerjaan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

a. Menjaga kerahasiaan setiap saat b. Menilai risiko penularan HIV ketika

ter-jadi paparan dalam pekerjaan: jenis pa-paran (luka pada kulit, percikan selaput lendir, dll); jenis bahan paparan (darah, cairan tubuh lain,dll), dan kemungkinan infeksi HIV dari pasien

c. Memberi konseling kepada pasien ten-tang tes HIV dan lakukan tes HIV jika memperoleh persetujuan

d. Memberikan konseling kepada pekerja yang terpapar mengenai implikasi pa-paran, perlunya PPP, cara meminumnya dan apa yang harus dilakukan bila tim-bul efek samping

e. Catat riwayat medis dan lakukan pe-meriksaan terhadap pekerja yang ter-kena paparan atas persetujuan setelah mendapat informasi, rekomendasikan konseling dan tes HIV sukarela dan berikan PPP bila sesuai. Prosedur PPP

adalah sama seperti untuk penyintas kekerasan seksual

f. Berikan informasi dan pendidikan tentang pengurangan risiko dengan meninjau ulang urutan kejadian dan memberi nasihat kepada pekerja yang terpapar untuk menggunakan kondom guna mencegah penularan sekunder selama tiga bulan ke depan

g. Membuat laporan kejadian

Pada sumber pajanan maupun korban pajanan harus dilakukan tes HIV sebagai dasar penentuan PPP. Tetapi waktunya ti-dak boleh terlalu lama, paling lama 3 hari.

Jika sumber pajanan tidak diketahui, bi-asanya PPP hanya diberikan pada kasus yang sifatnya berat, misalnya: meliputi lesi akibat jarum berlubang besar, tusukan yang dalam dan kontak dengan darah yang kelihatan pada alat tersebut atau jarum yang digunakan di arteri atau vena, atau pajanan pada membran mukosa non-geni-tal atau kulit yang tidak utuh, serta paja-nan terhadap darah atau cairan sperma yang berjumlah banyak.

Untuk tindakan selanjutnya ada beberapa pilihan:

a. Jika diketahui sumber pajanan tidak terinfeksi HIV, dan korban pajanan juga HIV (-) atau HIV (+) berarti korban paja-nan harus menghentikan PPP nya b. Jika diketahui sumber pajanan

terin-feksi HIV, dan korban pajanan HIV (-) berarti korban pajanan HIV (-) berarti korban pajanan dapat melanjutkan PPP sampai 28 hari

c. Jika diketahui sumber pajanan terin-feksi HIV, dan korban pajanan HIV (+), berarti korban pajanan harus meng-hentikan PPPnya

Untuk memastikan penerapan pencegah-an stpencegah-andar, petugas laypencegah-anpencegah-an kesehatpencegah-an reproduksi dan koordinator kesehatan re-produksi harus bekerja bersama dengan lembaga/organisasi/mitra sektor kesehat-an untuk:

a. memastikan prosedur untuk tindakan pencegahan standar dipasang di seti-ap fasilitas pelayanan kesehatan dan

penanggung jawab komponen HIV membuat peraturan untuk menegakan kepatuhan terhadap standar tersebut b. menyelenggarakan sesi orientasi di

pelayanan mengenai tindakan kewas-padaan standar untuk para petugas kesehatan dan petugas tambahan, jika diperlukan

c. menetapkan sistem pengawasan se-perti daftar tilik (check list) sederhana untuk memastikan kepatuhan pada prosedur

d. memastikan bahwa pengumuman ten-tang pertolongan pertama untuk ke-terpaparan dipasang di tempat terbuka sehingga petugas mendapat informasi dan tahu ke mana harus melapor dan mendapat PPP jika diperlukan

e. secara teratur mereview laporan--laporan tentang keterpaparan di tem-pat kerja untuk menentukan kapan dan bagaimana paparan terjadi, dan meng-identifikasi masalah-masalah kesela-matan, dan tindakan pencegahan yang mungkin dilakukan

Contoh Lembar Informasi

Pertolongan Pertama Keterpaparan di Tempat Kerja

Cedera dengan jarum bekas atau instrumen tajam dan kulit yang luka a. Jangan dipijat atau digosok

b. Segera cuci dengan sabun dan air atau larutan klorheksidin glukonat

c. Jangan menggunakan larutan kuat/tajam. Pemutih atau yodium akan meng-iritasi luka

Percikan darah atau cairan tubuh pada kulit yang tidak luka

a. Cuci segera daerah yang terkena. Jangan menggunakan disinfektan yang kuat

Percikan darah atau cairan tubuh dimata

a. Segera basuh mata yang terkena dengan air atau saline normal

b. Miringkan kepala ke belakang dan minta teman menuangkan air atau normal salin

c. Jangan gunakan sabun atau desinfektan pada mata

Percikan darah atau cairan tubuh di mulut a. Segera buang keluar cairan

b. Bilas mulut secara menyeluruh dengan air atau garam. Ulangi beberapa kali c. Jangan gunakan sabun atau desinfektan di mulut