• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesejahteraan Petani

Dalam dokumen rpjmn bidang pangan dan pertanian 2015 2019 (Halaman 102-107)

ISU-ISU PENTING/MASALAH PEMBANGUNAN PERTANIAN

3.7. Kesejahteraan Petani

Terminologi kesejahteraan pada hakekatnya sangat luas, bukan hanya ditunjukkan dari indikator ekonomi yang dalam hal ini diwakili dengan pendapatan, namun juga mengandung pemenuhan kebutuhan individu dari indikator non ekonomi atau indikator sosial lainnya, seperti tingkat pendidikan,

87

kecukupan kebutuhan perumahan, kualitas pelayanan kesehatan, keamanan dan sebagainya. Bahkan mengacu pada UU Nomer 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, definisi Keluarga sejahtera adalah ”Kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik material dan psikis mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dan meningkatkan kesejahteraan lahir dan bathin.” Dari UU tersebut definisi kesejahteraan sangat luas menyangkut aspek persepsi individu atau keluarga terhadap kondisi pemenuhan kebutuhan pokoknya. Oleh karenanya definisi kesejahteraan seringkali direduksi menjadi indikator ekonomi dan indikator non ekonomi, yaitu sebatas terpenuhinya kebutuhan fisik dasar minimal seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan. Namun mengingat masih sangat luasnya indikator-indikator non ekonomi yang merupakan indikator

pendukung kesejahteraan maka indikator kesejahteraan petani seringkali di-proxy

melalui indikator ekonomi, khususnya oleh variabel pendapatan. Peningkatan kesejahteraan identik dengan peningkatan pendapatan untuk memperbaiki/meningkatkan kebutuhan konsumsi. Dengan demikian peningkatan kesejahteraan dapat ditempuh melalui upaya untuk meningkatkan pendapatan dan atau meningkatkan kebutuhan konsumsi rumahtangga. Secara garis besar indikator kesejahteraan petani terkait dengan dua aspek penting kebijakan, yaitu kebijakan untuk meningkatkan sebesar besarnya pendapatan rumahtangga petani, dan kebijakan untuk sedapat mungkin menekan biaya/pengeluaran rumahtangga petani.

Upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga petani

Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat, dan pembangunan pertanian bertujuan untuk mensejahterakan petani. Inti upaya mensejahterakan petani adalah membuat pertanian dan petani maju sehingga paradigma baru pertanian di Abad 21 adalah dengan menetapkan keberdayaan petani sebagai fokus pembangunan pertanian. Sedangkan fokus pembangunan pertanian lainnya adalah upaya peningkatan daya saing produk dan kelestarian lingkungan.

1. Salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan dan keberdayaan

(empowerment) petani adalah melalui employment shifting*. Beban sektor pertanian dengan jutaan petani gurem harus dikurangi. Ini berarti industri nasional harus bergerak dengan laju yang lebih cepat dan investasi harus segera masuk untuk kemudian menyap tenaga-tenaga kerja. Tanpa

employment shifting, yang terjadi adalah bertambahnya petani kecil atau petani gurem yang merupakan cerminan dari kemiskinan petani.

2. Keberdayaan petani dapat ditingkatkan dan diperbaiki dengan membangun ekosistem penciptaan kesejahteraan petani melalui penciptaan kapasitas untuk mengkonsumsi. Secara sederhana penciptaan kapasitas untuk mengkonsumsi dilakukan melalui tiga cara yaitu : (a) upaya peningkatan pendapatan petani dengan harga-harga barang kebutuhan yang tetap, (a) hanya menciptakan barang-barang dengan kualitas baik namun dengan harga yang jauh lebih ekonomis, atau (c) meningkatkan pendapatan petani sekaligus menciptakan barang kebutuhan dengan harga yang jauh lebih ekonomis. Pemahaman mengenai kebutuhan barang dan pelayanan yang baik bagi kalangan petani kelas bawah dapat menjadi dasar pengembangan pasar yang menguntungkan beragam pihak. Dari sudut pandang rantai produsen¬konsumen, selama ini petani memiliki posisi yang kurang menguntungkan; ia sebagai produsen pertama yang menjual produk pertanian dengan harga paling murah, namun karena petani kebanyakan tinggai pedesaan, dia menjadi konsumen akhir yang membeli barang dengan harga paling tinggi. Pengembangan pasar dan pelayanan barang dan jasa bagi kalangan petani dapat berjalan hanya bilamana dibangun kepercayaan sekaligus memberi kesempatan mereka untuk memilih. Banyaknya kesempatan dan alternative mensejahterakan petani sekaligus menguntungkan privat sektor yang bergerak dalam penyediaan kebutuhan masyarakat kelas bawah. Penciptaan pasar bagi petani kecil yang jumlahnya sangat besar, dapat membuka keran lapangan usaha yang menguntungkan di segala bidang kebutuhan pokok manusia, yaitu pangan, pendidikan, kesehatan, barang kebutuhan rumah tangga masyarakat miskin. 3. Daya saing produk pertanian harus selalu diperbaiki. Lembaga-lembaga

penelitian pertanian di Indonesia yang jumlahnya sangat banyak harus lebih banyak menghasilkan karya terapan yang bisa langsung diimplementasikan di lapangan oleh petani. Peningkatan daya saing produk pertanian berkaitan dengan produktivitas usaha tani yang dipengaruhi oleh ketersediaan, kemudahan memperoleh, serta kualitas sarana produksi pertaian serta akses dan penerapan inovasi yang dihasilkan penelitian pertanian, sarana dan prasarana serta infrastruktur pertanan seperti irigasi, jalan, dan gudang penampungan hasil panen dan penyimpanan sementara. Masih banyak celah-celah peningkatan produktivitas pertanian yang sekarang ini terabaikan di lapangan. Contohnya adalah hasil penelitian efisiensi penggunaan pupuk yang telah ditemukan dalam kurun waktu yang lama, ternyata masih belum tersosialisasikan dengan baik kepada petani. Masih terus ditemukan kasus dimana petani kesulitan memperoleh benih bermutu, demikian halnya kesulitan memperoleh pupuk yang menyebabkan terhambatnya penanaman.

4. Menyangkut kelestarian lingkungan, maka sudah saatnya pemerintah memberi apresiasi kepada petani-petani yang mempraktekkan pola pertanian ramah

89 lingkungan. Pemanfaatan pupuk organik dan mengurangi penggunaan pestisida akan lebih baik bagi lingkungan hidup. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga gabah ternyata tidak serta merta menambah kesejahteraan petani mengingat petani selain sebagai produsen pada dasarnya mereka juga sebagai konsumer. Banyak di antara mereka yang terjerat hutang dengan tengkulak, dan akhirnya harga gabah pun lebih banyak ditentukan para tengkulak. Apabila kebijakan pemerintah tidak dapat mengangkat kesejahteraan petani, maka petani maka kebijakan pengentasan kemiskinan akan tanpa hasil, karena dampak positifnya tertutup oleh dampak negatif kebijakan lain yang tidak tepat. Kerja keras pemerintah akan tidak tampak hasilnya nihil karena penduduk miskin tidak berkurang. Diharapkan kebijakan pertanian di masa datang bisa lebih fokus pada usaha-usaha memperbaiki kesejahteraan para pelaku pertanian.

5. Revitalisasi penyuluhan pertanian dipandang sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi dan peran penyuluhan sebagai ujung tombak pembangunan pertanian. Hanya sedikit petani yang tahu informasi dan perkembangan inovasi teknologi pertanian, sehingga bisa dijadikan dasar pe ngambilan keputusan usahatani. Pada umumnya petani masih memerlukan pembinaan, bimbingan, dan pendampingan.

Berdasarkan uraian di atas, target peningkatan kesejahteraan petani merupakan salah satu target sukses Kementerian Pertanian pada Kabinet Indonesai Bersatu II disamping tiga target sukses lainnya, yaitu (1) Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan; (2) Peningkatan Diversifikasi Pangan dan (3) Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor Produk Pertanian. Sudah barang tentu peningkatan kesejahteraan petani akan dipengaruhi oleh keberhasilan tiga target sukses tersebut. Selain itu untuk lebih mengakselerasikan upaya peningkatan kesejahteraan petani dilakukan beberapa kegiatan yang secara langsung ditujukan untuk pemberdayaan petani dan kelembagaannya antara lain : Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), pemberdayaan Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3), Penggerak Membangun Desa (PMD), Sarjana Membangun Desa (SMD) yang dilaksanakan melalui delapan program dan 15 kegiatan yang terkait langsung peningkatan SDM petani (Kementerian Pertanian, 2012)

91 BAB IV

PROFIL KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

Dalam dokumen rpjmn bidang pangan dan pertanian 2015 2019 (Halaman 102-107)