• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencapaian Swasembada

Dalam dokumen rpjmn bidang pangan dan pertanian 2015 2019 (Halaman 27-33)

REVIEW RPJMN 2010-2014 BIDANG PANGAN DAN PERTANIAN

I. Indikator Makro Sektor Pertanian

3. Pencapaian Swasembada

Swasembada pangan menjadi sasaran dari RPJM, Renstra Kementerian Pertanian, yang kemudian diimplementasikan dalam RKP. Ada lima komoditas yang menjadi target swasembada, yaitu produksi padi, jagung, kedelai, gula, dan daging sapi serta kerbau. Kelima komoditas tersebut diharapkan dapat mencapai swasembada di tahun 2014 atau dapat dicapai sebelum tahun 2014. Adapun uraian dari masing-masing komoditas dijelaskan di bawah ini.

Komoditas Padi. Peningkatan produksi Gabah Kering Giling (GKG) menjadi target utama dari swasembada pangan nasional karena beras merupakan bahan makanan pokok masyarakat Indonesia secara umum. Berdasarkan data yang dihimpun dari BPS dan Kementerian Pertanian, luas areal tanam padi terjadi penurunan di tahun 2011 kurang lebih 50 ribu ha, namun kembali meningkat menjadi 13,4 juta hektar (Tabel 2.3).

Tabel 2.3. Capaian Produksi Padi

Indikator Satuan Tahun 2010 2011 2012 Luas Panen Ha 13.253.450 13.203.643 13.445.524 Produksi Padi (GKG) Target Ton 66.000.000 68.800.000 68.800.000 Realisasi Ton 66.469.394 65.756.904 69.056.126 Pertumbuhan Produksi Padi % 3,22 (1,07) 1,83 Produktivitas Ku/Ha 50,15 49,80 51.36

Produksi Beras Ton 36.558.167 36.166.297 37980869 Konsumsi Beras Ton 33.067.791 33.563.807 34,067,264 Impor Beras Ton 687.582 2.750.620 1,927,563 Cadangan Beras Ton 4.177.958 5.948.490 5,841,168 Rasio Swasembada

Beras % 110,56 109,53 111,49

Sumber: BPS dan Kementerian Pertanian, tahun 2013

Tabel 2.3. Capaian Produksi Padi

Indikator Satuan Tahun 2010 2011 2012 Luas Panen Ha 13.253.450 13.203.643 13.445.524 Produksi Padi (GKG) Target Ton 66.000.000 68.800.000 68.800.000 Realisasi Ton 66.469.394 65.756.904 69.056.126 Pertumbuhan Produksi Padi % 3,22 (1,07) 1,83 Produktivitas Ku/Ha 50,15 49,80 51.36

Produksi Beras Ton 36.558.167 36.166.297 37980869 Konsumsi Beras Ton 33.067.791 33.563.807 34,067,264 Impor Beras Ton 687.582 2.750.620 1,927,563 Cadangan Beras Ton 4.177.958 5.948.490 5,841,168 Rasio Swasembada

Beras % 110,56 109,53 111,49

Penurunan jumlah luas panen padi-pun berdampak pada jumlah produksi padi GKG dari 66,5 juta ton menjadi 65,8 juta ton di tahun 2011. Akan tetapi seiring dengan meningkatnya luas panen padi, maka produksi GKG pun meningkat di tahun 2012 menjadi 69,06 juta ton, atau melebihi target yang ditetapkan.

Produksi Jagung. Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang menjadi target dari perencanaan pembangunan di bidang pangan dan pertanian karena produk jagung dapat dimanfaatkan selain sebagai makanan manusia juga dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Bahkan kebutuhan jagung untuk bahan pakan ternak jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan untuk makanan manusia.

Tabel 2.4. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Jagung

Komoditas Indikator Tahun

2010 2011 2012

Jagung

Luas Panen (Ha) 4.131.676 3.864.692 3.957.595 Target Produksi (Ton) 19.800.000 22.000.000 22.000.000 Realisasi Produksi

(Ton) 18.327.636 17.643.250 19.387.022 Impor (Ton) 1.527.476 2.889.173 1.889.431 Produktivitas (Ku/Ha) 44,36 45,65 48,99

Sumber: BPS dan Kementerian Pertanian, tahun 2013

Berdasarkan data dari BPS dan Kementerian Pertanian, luas areal panen jagung mengalami penurunan dari 4,1 juta hektar menjadi 3,8 juta hektar di tahun 2011 dan baru meningkat kembali menjadi 3,96 juta hektar di tahun 2012 (Tabel 2.4). Walaupun tidak mencapai target produksi jagung, namun dapat dicatat bahwa terjadi kenaikan produksi dari tahun 2010-2012.

Produksi Kedelai. Kedelai merupakan komoditas pangan yang terkenal sebagai bahan baku untuk tempe dan tahu. Selain itu, bungkil kedelai dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak. Oleh karena komoditas ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia, maka komoditas ini menjadi salah satu target dalam pencapaian swasembada pangan.

13 Tabel 2.5. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai

Komoditas Indikator

Tahun

2010 2011 2012

Kedelai

Luas Panen (Ha) 660.823

622.254 567624 Target Produksi (Ton) 1.500.000 1.600.000 1.600.000 Realisasi Produksi (Ton) 907.031 851.286 843.153 Impor (Ton) 1.876.855 1.911.987 2.128.763 Produktivitas (Ku/Ha) 13,73 13,68 14,85

Sumber: BPS dan Kementerian Pertanian, tahun 2013

Ukuran kinerja produksi kedelai diukur dengan capaian produksi dengan target produksi yang telah ditetapkan dalam RKP tahun 2010-2012, yaitu masing-masing sebanyak 1,5 juta ton dan 1,6 juta ton. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS dan Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa capaian produksi kedelai tahun 2010-2012 sebanyak 0,91 juta ton, 0,85 juta ton, dan 0,84 juta ton (Tabel 2.5). Artinya, selain terjadi penurunan produksi kedelai dari tahun 2010 ke 2011 dan 2012, juga hasil produksi tersebut tidak mampu memenuhi target yang ditelah ditetapkan dalam RKP. Salah satu penyebab terjadinya penurunan produksi kedelai adalah penurunan jumlah luas panen

Produksi Gula. Gula merupakan komoditas yang diangkat sebagai komoditas utama yang menjadi target swasembada. Target produksi gula yang ditetapkan dalam RKP 2010-2012 sebanyak 2,9 juta ton dan 3,9 juta ton. Data BPS dan Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa produksi gula dalam negeri baru mampu memproduksi 35%-48% dari target yang ditetapkan (Tabel 2.6). Ini berarti target produksi gula dalam negeri masih jauh dari harapan. Sebagai sentra perkebunan tebu di Indonesia, Jawa Timur merupakan wilayah yang potensial untuk peningkatan produktivitas tanaman tebunya. Di samping itu, alternatif lainnya yang dapat dikembangkan guna meningkatkan produksi gula nasional adalah dengan membuka lahan-lahan tanaman tebu baru melalui pemberian insentif bagi petani tebu yang akan membuka lahan baru.

Tabel 2.6. Target dan Produksi Gula

Komoditas Indikator Tahun

2010 2011 2012 Gula Target Produksi (Ton) 2.900.000 3.900.000 3.900.000 Realisasi Produksi (Ton) 1.380.000 1.361.000 2.600,350 Impor (Ton) 1.913.271 2.655.650 494,131

Sumber: BPS dan Kementerian Pertanian, tahun 2011

Produksi Daging Sapi dan Kerbau. Sampai saat ini, kekurangan

kebutuhan akan daging sapi dan kerbau masih dipenuhi dari impor, terutama impor daging dan sapi dari Australia karena wilayah ini termasuk wilayah aman

dari penyakit anthrax dan penyakit mulut dan kuku (PMK). Mengingat kebutuhan

akan daging sapi terus meningkat, oleh karena itu pemerintah mencanangkan swasembada daging sapi dan kerbau di tahun 2014. Untuk mencapai swasembada tersebut, pemerintah menetapkan target produksi daging untuk tahun 2010-2012. Target produksi daging sapi dan kerbau masing-masing sebanyak 414 ribu ton dan 439 ribu ton daging (Tabel 2.7). Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan bahwa produksi daging ruminansia besar, khususnya sapi dan kerbau, sebanyak 472 ribu ton tahun 2010, dan 503 ribu ton tahun 2011.

Swasembada daging sapi dan kerbau telah ditetapkan sebagai salah satu target dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Berdasarkan target yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian, produksi daging yang ditetapkan ditahun 2010 dan 2011 masing-masing sebesar 414 ribu ton dan 439 ribu ton. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, jumlah produksi daging sapi dan kerbau untuk tahun 2010-20112 terjadi peningkatan dan melebihi dari target yang ditetapkan. Dilaporkan pula bahwa terjadi penurunan impor daging sapi dan jeroan serta sapi dan kerbau bakalan. Dengan adanya pengetatan impor ini, diharapkan terjadinya peningkatan produktivitas sapi potong lokal yang nantinya dapat berkontribusi terhadap pemenuhan daging sapi oleh sapi lokal dengan tidak mengandalkan impor sapi.

15

Tabel 2.7. Target dan Produksi Daging Sapi dan Kerbau

Komoditas Indikator Tahun

2010 2011 2012

Daging Sapi dan Kerbau

Target Produksi (Ton) 414.000 439.000 439.000

Realisasi Produksi (Ton) 472.400

520.700 545.900

Impor (Ton) 190.429 118.302 58.752

- Daging dan Jeroan (Ton) 140.141 40.889 39.419

- Sapi dan kerbau Bakalan*

(Ton) 50.287 77.413 19.333

Sumber: Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan, tahun 2013 * Berat hidup dikonversi ke daging

II. Menurunnya Penduduk dan Daerah yang Rentan Terhadap Rawan

Pangan

Sasaran berikutnya dari RKP adalah menurunnya penduduk dan daerah rawan pangan. Sasaran ini telah menjadi sasaran pada RPJM sebelumnya. Pengurangan penduduk rawan pangan berarti sama dengan memberantas kemiskinan.

Gambar 2.1.

Proporsi Penduduk Rawan Pangan di Indonesia

(Sumber: BPS dalam berbagai sumber)

Berdasarkan data BPS (Gambar 2.1) pengurangan penduduk rawan pangan di Indonesia mengalami peningkatan. Namun, angka ini bisa berubah-ubah setiap saat apabila terjadi bencana alam, perberubah-ubahan iklim, dan faktor lainnya

yang menyebabkan penurunan produksi bahan pangan dapat menyebabkan penduduk rawan pangan meningkat.

Sasaran berikutnya adalah pengurangan daerah rawan pangan. Dewan

Ketahanan Pangan dan World Food Programme telah menyusun Peta Ketahanan

dan Kerentananan Pangan Indonesia pada Tahun 2009. Berdasarkan dokumen tersebut, dari 346 kabupaten yang dianalisis, terdapat 100 kabupaten atau sekitar 28,90 persen rentan terhadap kerawanan pangan (Gambar 2.2).

Gambar 2.2. Seratus Kabupaten yang Berkategori Rawan Pangan

(Dewan Ketahanan Pangan dan World Food Programme, 2009)

Beberapa faktor yang menyebabkan kerentanan terhadap kerawanan pangan terutama disebabkan oleh: angka kemiskinan yang masih tinggi, tidak ada

akses listrik, kasus underweight pada balita masih tinggi, tidak ada akses jalan

untuk kendaraan roda empat, tidak ada sumber air bersih, dan rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan serealia masih meningkat. Di samping itu, bencana alam yang masih berlanjut dalam skala luas di berbagai wilayah, serta daya dukung alam untuk menghasilkan produk pangan yang cenderung terus berkurang dan rentan terhadap berbagai macam perubahan, senantiasa mengancam masyarakat Indonesia ke arah kekurangan pangan.

Berdasarkan gambar tersebut, Provinsi Papua menempati urutan pertama dalam jumlah kabupaten yang berkategori rawan pangan diikuti Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, dan Papua Barat sebagai provinsi-provinsi yang memiliki

17

kabupaten yang rawan pangan terbanyak. Daerah-daerah yang menjadi prioritas untuk pengentasan daerah rawan pangan terdapat sebanyak 30 kabupaten. Daerah prioritas tersebut harus segera mendapatkan program bantuan pemerintah guna mengatasi masalah kerawanan pangan.

Dalam dokumen rpjmn bidang pangan dan pertanian 2015 2019 (Halaman 27-33)