• Tidak ada hasil yang ditemukan

156 Pengawasan dan Pengendalian Konstruksi dan Supervisi SPAM

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

A. Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.

B. Pendahuluan

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam kegiatan jasa konstruksi sudah menjadi kewajiban bagi kontraktor untuk melaksanakannya. Dengan jaminan ini para pekerja akan merasa lebih terlindungi dari segi finansial jika terjadi kecelakaan kerja. Oleh karenanya untuk mengalihkan resiko kerugian jika terjadi kecelakaan kerja, kontraktor bekerja sama dengan perusahaan asuransi. Meskipun sudah ada jaminan sosial tenaga kerja jika terjadi kecelakaan, kontraktor harus melakukan langkah-langkah awal guna menghindari terjadinya kecelakaan kerja. Kontraktor harus mempersiapkan sarana dan prasarana kerja yang memungkinkan pekerja dapat bekerja dengan aman.

Pada sesi ini akan disampaikan beberapa persyaratan administratif dan teknis serta beberapa contoh perlindungan terhadap kecelakaan kerja yang diambil dari Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan menteri Pekerjaan Umum.

Tidak semua pasal dituangkan di dalam modul ini, melainkan hanya beberapa bagian saja. Untuk mendalami lebih jauh, diharapkan para peserta dapat melengkapi peraturan dan perundangan yang lebih aktual.

C. Persyaratan Administratif

 Pengurus atau kontraktor berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja, peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja terlindung dari resiko kecelakaan kerja.

 Pengurus atau kontraktor harus menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau alat-alat lain yang akan digunakan atau

Pengawasan dan Pengendalian Konstruksi dan Supervisi SPAM 157 dibutuhkan sesuai dengan peraturan Keselamatan Kerja, selanjutnya barang-barang tersebut harus dapat dipergunakan secara aman.

 Pengurus atau kontraktor harus turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja, agar tenaga kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat.

 Pengurus atau kontraktor harus menunjuk petugas Keselamatan Kerja yang karena jabatannya di dalam organisasi kontraktor, bertanggung jawab mengawasi koordinasi pekerjaan yang dilakukan untuk menghindari resiko bahaya kecelakaan.

 Pengurus atau kontraktor harus memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja sesuai dengan keahlian, umur, jenis kelamin dan kondisi fisik/kesehatannya.

 Sebelum pekerjaan dimulai Pengurus atau Kontraktor harus menjamin bahwa semua tenaga kerja telah diberi petunjuk terhadap bahaya demi pekerjaannya masing-masing dan usaha pencegahannya. Untuk itu pengurus atau kontraktor dapat memasang papan-papan peringatan serta sarana pencegahan yang dipandang perlu.

 Orang tersebut di atas bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala terhadap semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaan kerja yang aman.

D. Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus bekerja secara penuh (full time) untuk mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja.

 Pengurus atau kontraktor yang mengelola pekerjaan dengan mempekerjakan pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat proyek memang memerlukan, diwajibkan membentuk unit Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut merupakan unit struktural dari organisasi kontraktor yang dikelola oleh pengurus atau kontraktor.

158 Pengawasan dan Pengendalian Konstruksi dan Supervisi SPAM  Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut bersama-sama

dengan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah koordinasi pengurus atau kontraktor, serta bertanggung jawab kepada Pemimpin Proyek.

 Kontraktor harus :

 Memberikan kepada Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Safety Committee) fasilitas-fasilitas dalam melaksanakan tugas mereka.

 Berkonsultasi dengan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam segala hal yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dalam proyek

 Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada rekomendasi dari Safety Committee.

 Jika 2 atau lebih kontraktor bergabung dalam suatu proyek, mereka harus bekerja sama membentuk kegiatan-kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.

E. Laporan Kecelakaan

Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan ke Departemen Tenaga Kerja dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

 Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan :

 Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja masing-masing dan,

 Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.

F. Keselamatan Kerja dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

Tenaga kerja harus diperiksa kesehatannya.

 Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali (Pemeriksaan Kesehatan sebelum masuk kerja dengan penekanan pada kesehatan fisik dan eksehatan individu)

 Secara berkala, sesuai dengan resiko-resiko yang ada pada pekerjaan tersebut.

Pengawasan dan Pengendalian Konstruksi dan Supervisi SPAM 159  Tenaga kerja di bawah umur 18 tahun harus mendapat pengawasan khusus, meliputi pemeriksaan kembali atas kesehatannya secara teratur.  Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan

disimpan untuk referensi.

 Suatu rencana organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada kecelakaan harus dibuat sebelumnya untuk setiap daerah tempat bekerja meliputi seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama pada kecelakaan dan peralatan, alat-alat komunikasi alat-alat jalur transportasi.

 Setiap tenaga kerja harus diberitahu akan hal-hal yang berhubungan dengan hal tersebut di atas,

 Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba harus dilakukan oleh dokter, juru rawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan pertama apda kecelakaan.

 Alat-alat P3K atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan di tempat kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain.

 Alat-alat P3K atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat kompres, perban Gauze yang steril, antiseptik, plester, forniquet, gunting, splint dan perlengkapan gigitan ular.

 Alat-alat P3K dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-keterangan/instruksi yang mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.  Isi kotak obat-obatan dan alat P3K harus diperiksa secara teratur dan

harus dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong)

 Kereta untuk mengangkat orang sakit (carrying basket) harus selalu tersedia.

 Jika tenaga kerja dipekerjakan di bawah tanah atau pada keadaan lain, alat penyelamat harus tersedia di dekat tempat mereka bekerja

 Jika tenaga kerja dipekerjakan di tempat-tempat yang menyebabkan adanya resiko tenggelam atau keracunan gas alat-alat penyelamat harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja.

 Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan menga ngkut dengan cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau

160 Pengawasan dan Pengendalian Konstruksi dan Supervisi SPAM mengalami kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat semacam ini.

 Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik (strategis) yang memberitahukan :

 Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat P3K, ruang P3K, ambulans, kereta untuk orang sakit, dan tempat dimana dapat dicari orang yang bertugas untuk urusan kecelakaan.

 Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil ambulans, nomor telepon dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.

 Nama, alamat, nomor telepon dokter, rumah sakit dan tempat penolong yang dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat.

G. Persyaratan Teknis

a.

Pintu Masuk dan Keluar

 Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat kerja.

 Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus dipelihara dengan baik. b. Lampu/Penerangan

 Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat-alat penerangan buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh tempat kerja, termasuk pada gang-gang.

 Lampu-lampu buatan harus aman dan terang

 Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah bahaya apabila lampu mati/pecah.

c. Ventilasi

 Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk mendapat udara segar.

 Jika perlu untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dan udara yang dikotori oleh debu, gas-gas atau dari sebab-sebab lain, harus dibuatkan ventilasi untuk pembuangan udara kotor.

 Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang berbahaya, tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk mencegah bahaya-bahaya tersebut di atas.

Pengawasan dan Pengendalian Konstruksi dan Supervisi SPAM 161 d. Kebersihan

 Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan ke tempat yang aman.

 Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokokkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan.

 Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena benda-benda tersebut dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya membuat orang jatuh atau tersandung (terantuk)

 Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan ebrtumpuk di tempat kerja.

 Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab lain harus dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.

 Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus dikembalikan pada tempat penyimpanan semula.

e. Pencegahan Terhadap Kebakaran dan Alat Pemadam Kebakaran  Di tempat-tempat kerja, tenaga kerja dipekerjakan harus tersedia :

 Alat-alat pemadam kebakaran

 Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.

 Semua pengawas (supervisor) dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk menggunakan alat pemadam kebakaran.

 Orang-orang yang terlatih dan mengetahui cara menggunakan alat pemadam kebakaran harus selalu siap di tempat selama jam kerja.  Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu

tertentu oleh orang yang berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.

 Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran yang dapat dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat pemadam kebakaran harus selalu dipelihara.

 Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan dicapai.

 Sekurang-kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia :

162 Pengawasan dan Pengendalian Konstruksi dan Supervisi SPAM  Di setiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar

disimpan.

 Di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.  Pada setiap tingkat/lantai dari suatu gedung yang sedang

dibangun dimana terdapat barang-barang, alat-alat yang mudah terbakar.

 Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus disediakan:

 Di tempat yang terdapat barang-barang/benda-benda cair yang mudah terbakar.

 Di tempat yang terdapat oli/bensin, gas dan alat-alat pemanas yang menggunakan api.

 Di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.

 Di tempatyang terdapat bahaya listrik/bahaya kebakaran yang disebabkan aliran listrik.

 Alat pemadam kebakaran ahrus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan teknis.

 Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar berisi chlorinated hydro carbon atau karbon tetrochlorida tidak boleh digunakan di dalam ruangan atau di tempat yang terbatas (ruanbgan tertutup, sempit)  Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di

suatu gedung, pipa tersebut harus :

 Dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.

 Dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.

 Dibuatkan pada setiap lubang pengeluaran air daripipa sebuah katup yang menghasilkan pancaran air bertekanan tinggi.  Mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam

Pengawasan dan Pengendalian Konstruksi dan Supervisi SPAM 163

H. Beberapa Contoh Pekerjaan yang Perlu Mendapatkan Perhatian dari

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

a.

Galian tanah untuk pemasangan pipa

 Parit yang digali pada daerah yangberpenduduk padat dan pada daerah yang ramai lalu lintasnya harus diberi pagar.

 Tanah bekas galian harus diletakkan sedemikian rupa agar tidak menutup sebagian besar badan jalan.

 Bergantung pada jenis tanahnya, dinding parit harus diamankan terhadap kejatuhan (kelongsoran) dengan mebuat talud konstruksi penahan dan tameng portabel atau sarana lain yang serupa.,  Apabila perlu untuk mencegah bahaya, pekerja yang sedang

memasang konstruksi penahan harus dilindungi dengan kerangka, balok kopel atau sarana yang serupa.

 Parit dengan kedalaman lebih dari 1,20 meter, harus dilengkapi dengan tangga pada tempat-tempat tertentu.

 Harus ada tangga dari bawah parit sampai paling swedikit 10 cm di atas tanah.

 Apabila sedang bekerja di dalam parit , para pekerja menggunakan alat tangan seperti cangkul dan sekop, mereka harus mempertahankan jarak yang cukup antara satu dengan yang lain.  Apabila mesin penggali digunakan untuk membuat parit,

pemasangan penopang kayu-kayunya harus mengikuti alat–alat penggali tersebut sedekat mungkin.

 Parit yang digali dalam tanah yang tidak stabil seperti pasir lepas harus dipasang tutup kayu secara tertutup.

 Plat injak dan platform yang disangga dengan balok kopel harus diamankan secukupnya dengan menggunakan siku-siku penguat atau semacamnya.

 Balok kopel tidak diijinkan untuk digunakan sebagai tangga.

 Benda-benda yang berat tidak diijinkan diletakkan diatas balok kopel.

164 Pengawasan dan Pengendalian Konstruksi dan Supervisi SPAM  Apabila ember yang berisi bahan panas sedang diturunkan,

tindakan pencegahan khusus harus diambil untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan.

 Apabila parit sedang diurag, konstruksi penyangga harus tetap pada rempatnya selama masih diperlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat longsornya dinding/galian.

b. Pekerjaan Beton

 Para pekerja yang mengerjakan semen dan beton harus :  Memakai baju kerja yang pas, sarung tangan, helm atau

topi baja, kaca mata pengaman dan sepatu yang cocok. Bila perlu untuk mencegah bahaya, dipakai alat pengatur pernapasan (respirator), tutup mulut (masker)

 Badan harus tertutup sebanyak mungkin

 Mencegah semen dan beton bersentuhan dengan kulit.  Sering dicuci dan diberi salep yang sesuai pada bagian

yang terbuka

 Bila pekerjaan menggunakan semen, kapur dan bahan-bahan lain yang berdebu atau menggunakan mesin penghancur atau penghalus yang digunakan pada tempat yang tertutup :

 Ruangan harus berventilasi yang cukup

 Tindakan pencegahan harus diambil untuk mencegah debu-debu berterbangan.

 Bila pekerjaan menggunakan kapur, maka tindakan yang hati-hati harus diambil untuk mencegah debu berterbangan.

 Bila pekerjaan menggunakan kapur, maka keselamatan harus dijaga supaya tidak mengalami luka terbakar.

 Pengontrolan terhadap mesin yang memroses semen, kapur dan bahan-bahjan berdebu lainnya harus dari tempat yang bebas debu.

 Tempat pengambilan kapur harus dipagar atau tertutup.

 Bak muatan pembawa semen pada derek atau jkabel kerekan di udara tidak boleh diisi terlalu penuh, karena kelebihan isi dapat mengakibatkan semen tumpah.

Pengawasan dan Pengendalian Konstruksi dan Supervisi SPAM 165  Bak muatan beton yang penuh diarahkan ke tujuan dengan cara

yang sesuai

 Bak muatan yang berisi beton yang idangkut melalui derek atau kabel kerekan di udara, harus diberi sangkutan/cantelan pengaman.

 Beton tidak boleh mengandung material yang dapat mempengaruhi keadaannya, melemahkan atau merusakkan besi.

 Selama pengecoran papan acuan dan penumpunya harus dicegah terhadap kerusakan.

 Bila beton mulai mengeras, maha harus dilindungi terhadap arus air yang mengalirkan bahan-bahan kimia dan getaran.  Tidak boleh meletakkan beban di atas beton yang sedang

mengeras.

 Pekerja tidak boleh berdiri di atas alat pengangkat (jack) ketika gaya tekanan sedang dilakukan.

 Unit beton pra tekan hanya dapat dikerjakan pada bagian-bagian dari unit tersebut dan dengan menggunakan peralatan yang ditentukan oleh pabrik pembuat.

 Selama pengangkutan, batang dan balok jembatan dari beton pratekan harus diletakkan berdiri dan diberi penguat atau cara lain yang efektif.

 Angker untuk kabel penegang beton pratekan yang dipasang sebelum pengecoran harus terlindung dan dikerjakan menurut instruksi pabrik.

 Bila bagian tegangan sedang ditarik, maka angker harus sedapat mungkin terjepit kuat pada plat angkernya. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi benturan dan ekrusakan bila dongkrak hidrauliknya rusak.

 Selama penarikan penegangan, pekerja tidak boleh berdiri di belakang atau searah dengan bagian-bagian yang sedang ditarik maupun di belakang dongkrak.

 Semua pekerja yang menggunakan alat vibrator harus dalam keadaan sehat.

166 Pengawasan dan Pengendalian Konstruksi dan Supervisi SPAM  Semua tindakan yang mungkin harus dilakukan untuk

mengurangi getaran yang merambat kepada pekerja yang menggunakan vibrator.

 Jika perlu untuk mencegah bahaya, besi tulangan yang menjorok ke luar dari lantai atau dinding harus diberi pelindung  Bila melakukan penyambungan besi tulangan maka ujungnya

menjorok ke luar tidak boleh menimbulkan bahaya.

 Besi tulangan tidak boleh disimpan pada perancah atau papan acuan yang dapat membahayakan kestabilannya.

I. Latihan

1. Persyaratan administratif apa saja yang harus dilakukan oleh pengurus atau kontraktor?

2. Laporan kecelakaan harus meliputi statistik yang menunjukkan apa saja ?

3. Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik (strategis) yang memberitahukan apa saja ?

4. Alat pemadam kebakaran dari bahan kimia harus disediakan dimana saja ?

5. Contoh pekerjaan yang perlu mendapatkan perhatian dari K3 salah satunya adalah pekerjaan beton. Para pekerja yang mengerjakan semen dan beton harus memperhatikan apa saja ?

Pengawasan dan Pengendalian Konstruksi dan Supervisi SPAM 167

J. Rangkuman

1. Untuk bertanggungjawab kepada Pimpinan Proyek, Kontraktor harus : i. Memberikan kepada Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (Safety Committee) fasilitas-fasilitas dalam melaksanakan tugas mereka.

ii. Berkonsultasi dengan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam segala hal yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dalam proyek.

iii. Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada rekomendasi dari Safety Committee.

2. Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan ke Departemen Tenaga Kerja dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

3. Terdapat persyaratan teknis dan beberapa contoh pekerjaan yang perlu mendapatkan perhatian dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pengendalian Konstruksi SPAM .

Pengawasan dan Pengendalian Konstruksi dan Supervisi SPAM 169

Dokumen terkait