• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALIS IS PENGARUH PEMBANGUNAN APARTEMEN S OLO PARAGON TERHADAP KONDIS I LINGKUNGAN S EKITARNYA

5.2 Analisis Pengaruh S osial

5.2.1 Kesiapan Masyarakat S ekitar

Adat istiadat Kota Surakarta yang masih lekat dengan budaya Jawa sempat membuat pro dan kontra masyarakat saat hadirnya salah satu apartemen pertama di Kota Surakarta yaitu apartemen Solo Paragon. Apartemen masih dianggap masyarakat sesuatu yang berkonotasi hunian mewah. Dan bagi sebagian masyarakat Kota Surakarta yang masih mempunyai kepercayaan jaman dahulu, tanah/lahan mereka memiliki nilai sejarah tersendiri. Sep erti contoh, mereka tidak bisa menempati rumah tinggal yang tidak menyatu dengan tanah (menempati rumah yang letaknya di lantai atas). Sehingga bagi mereka belum terbiasa dengan hunian yang high rise seperti apartemen Solo Paragon.

Seperti dalam teori Sassen, selain proses urbanisasi, kemajuan teknologi membawa konsekuensi sosial terhadap kehidupan sosial budaya khususnya interaksi antar individu yang merubah pola hubungan sosial. Terkait pula yang dijabarkan dalam teori Jayadinata bahwa perkembangan kota tidak dapat dipisahkan dari pengaruh proses globalisasi dan kemajuan teknologi informasi. Sehingga, berubahnya pemanfaaatan lahan dan pola spasial mempengaruhi hubungan manusia dalam bentuk kebiasaan, sikap, moral, kebudayaan, dan lain-lain. Sehingga dengan adanya strata sosial masyarakat yang heterogen di dalam kawasan penelitian, menyebabkan adanya diferensiasi dan stratifikasi sosial antar masyarakat. Dalam hal ini kehadiran Solo Paragon diasumsikan warga mempunyai potensi besar dalam stratifikasi sosial dalam masyarakat.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kebutuhan akan perumahan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Selain itu sifat kota yang dinamis, menuntut suatu kota untuk berkembang, tidak monoton, dan mengikuti arus globalisasi. Sekarang ini apartemen

merupakan hunian sekunder yang terkait erat dengan kondisi ekonomi konsumen atau calon penghuni apartemen itu sendiri. Sehingga konsumen apartemen memiliki karakteristik sosial yang berbeda dengan masyarakat yang ada di sekitarnya. Secara umum karakteristik penghuni apartemen mempunyai ciri bahwa dia adalah para eksekutif yang datang untuk bekerja pada daerah tersebut ataupun para investor yang melakukan bisnis investasi properti baik dari luar Kota Surakarta maupun pribumi. Penghuni tersebut mempunyai ciri bahwa mereka hidup dengan tingkat sosial menengah ke atas sehingga mereka cenderung individualistis.

Hal itulah yang menjadi ketakutan warga sekitar Solo Paragon. Sebagian warga sekitar menganggap adanya Solo Paragon ini menyebabkan adanya gab atau kesenjangan sosial antar warga sekitar dengan penghuni apartemen Solo Paragon. Sehingga sebagian dari mereka merasa tidak siap menerima kehadiran apartemen, kondotel, mall dan city walk Solo Paragon Dan adanya Solo Paragon ini dianggap hanya merugikan warga sekitar dan hanya menguntungkan sebagian orang (kalangan menengah ke atas), tanpa memikirkan rakyat bawah. Ditambah lagi bertambahnya jumlah mall di Kota Surakarta yang sebelumnya sudah terdapat 3 buah mall membuat keresahan sebagian warga sekitar. Seperti yang tertera pada lampiran III bahwa sebanyak 51.76% warga sekitar yang menjawab tidak setuju akan adanya pembangunan mall lagi di Kota Surakarta ini, diikuti dengan angka 36.47% warga sekitar yang menjawab adanya mall tersebut tidak ada pengaruh apa-apa bagi kehidupan warga sekitar. Tetapi ada pula warga sekitar yang mengaku antusias menyambut kehadiran mall tersebut dan mencoba mengubah gaya hidup mereka ke arah yang lebih modern sebanyak 7.05%.

Seperti dalam variabel sosial y ang dijelaskan dalam Tabel 3.1 yaitu variabel kesenjangan sosial antar kelas masyarakat. Dan berikut hasil rekapan kuisioner dari variabel sosial pertama pada Tabel 5.5.

Tabe l 5.5 Analisis Kusione r Variabe l Sosial Pe rtama Masyarakat tidak siap menerima kehadiran Solo Paragon Jawaban Jumlah % Setuju 63 74.11% T idak setuju 22 25.88% Jumlah responden 85 100%

Sumber : Hasil Survey dan Analisa, Tahun 2010

Gambar 5.8

Diagram O lah Data Kusione r Variabe l Sosial Pe rtama

Karakteristik sosial warga sekitar Solo Paragon berkaitan erat dengan kondisi perekonomiannya. Kondisi sosial warga yang bersifat heterogen membuat sulitnya untuk bersosialisasi antar warga sekitar baik dari warga pada bagian periferi maupun warga pada bagian enclave. Karena rata-rata penduduk yang bertempat tinggal pada bagian periferi. Penduduk yeng berempat tinggal pada bagian periferi di sekitar Solo Paragon berstatus sosial tinggi dan individualistis. Dikarenakan status ekonomi mereka yang tinggi pula dibanding lainnya. Namun sebagian besar penduduk yang bertempat tinggal pada bagian enclave berstatus sosial biasa atau sedang. Dikarenakan mereka tinggal di permukiman yang mana masih mempunyai ikatan ketetanggaan antar masing-masing warga. Sehingga diantara mereka masih sering melakukan interaksi sosial dengan wakil masyarakat seperti ketua RT, ketua RW, atau kepala kelurahan. Terkadang mereka sering mengadakan gotong royong untuk kepentingan

bersama, seperti kepentingan kebersihan, kesehatan, dan hanya sekedar bersosialisasi bersama.

Pada masa-masa awal pembangunan Solo Paragon, pihak pengembang melakukan sosialisasi kepada warga terkait dengan ijin pembangunan proyek. Hal tersebut sudah disepakati dengan berbagai syarat yang ditujukan warga kepada pihak pengembang. Awal pembangunan manajemen Solo Paragon selalu melibatkan warga sekitar dalam setiap acara, seperti acara olah raga bersepeda bersama, acara peresmian Solo Paragon, dan lain-lain. Namun setelah lama kemudian warga sekitar merasa geram, karena pihak manajemen hanya manis di awal saja. Warga sekitar merasa mereka sudah tidak dianggap lagi, bahkan hanya sekedar saling tegur sapa. Seperti dalam kutipan hasil wawancara berikut ini.

“Dalam hal sosialisasi dari pihak Solo Paragon, hanya terjadi pada awal

-awal perijinan pembangunan dan pada saat sosialisasi AMDAL saja, namun setelah pembangunan berjalan dan sampai apartment itu selesai dibangun, pihak Solo Paragon kemudian tidak pernah lagi menunjukkan jiwa sosialnya kepada warga walau hanya untuk sekedar menyapa warga

saja tidak.” (Ketua RW 05 Kelurahan M angkubumen)

“Adanya Solo Paragon ini hanya akan memperbesar tingkat kesenjangan sosial, berfungsi sebagai mercusuar Kota Surakarta tanpa ada manfaat Sebelum adanya

pembangunan Solo Paragon, warga berinteraksi sosial dengan baik antar warga pada bagian enclave-enclave, maupun periferi-enclave

Dibangunnya Solo Paragon di tengah-tengah warga yang mana : Penghuni apertemen dan pengunjung mall adalah orang-orang kalangan menengah ke atas

Warga mulai merasa tidak siap/tidak nyaman dan mengkawatirkan adanya kesenjangan/gab antara penghuni dan pengunjung dengan warga sekitar

bagi warga sekitar. Akan mengurangi kenyamanan hidup yang telah

berjalan dan berpotensi memicu konflik sosial” (AAAW, warga sekitar)

“Awalnya warga sekitar kehidupannya sudah adem ayem. Yang saya khawatirkan penghuni apartemen Solo Paragon nanti mengganggu ketentraman lingkungannya, dan membawa dampak negatif bagi warga

sekitar” (NH, waga sekitar)

Namun di sisi lain saat ditrianggulasikan kepada pihak manajemen Solo Paragon sendiri menganggap bahwa dengan hadirnya Solo Paragon di 3 kelurahan ini justru akan melengkapi fasilitas sosial bagi warga sekitar dan menambah amenity/kesenangan bagi warga sekitar pada khususnya dan masyarakat Kota Surakarta pada umumnya. Seperti yang dikutip dalam hasil wawancara dengan manajemen Solo Paragon berikut ini.

“Kami merasa justru dengan hadirnya Solo Paragon di tengah

-tengah warga akan menambah fasilitas sosial bagi mereka dan mereka justru dengan mudah bisa mengunjungi mall atau city walk yang ada pada Solo Paragon dengan jarak yang dekat dari rumah mereka” (M anajemen Solo Paragon)

M aka disinilah guna adanya paguyuban yang memayungi warga sekitar dalam menghadapi pembangunan megaproyek Solo Paragon yang terletak di 3 kelurahan, Kelurahan M angkubumen, Kelurahan Penumping, dan Kelurahan Sriwedari. M ereka membentuk suatu organisasi/paguyuban dengan nama M PS kepanjangn dari M angkubumen Penumping Sriwedari. Paguyuban ini yang membuat warga 3 kelurahan ini semakin solid dalam melakukan interaksi sosial antar warga. M PS yang merupakan tangan panjang warga, dijadikan sebagi wadah untuk mengeluarkan pendapat, pro maupun kontra dan juga untuk menampung keluhan-keluhan warga selama

pembangunan. Yang kemudian oleh paguyuban M PS disampaikan kepada pihak manajemen Solo Paragon.