• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa telah terjadi perubahan potensi sumber daya alam yang ada dipesisir di Kota Sibolga. Potensi-potensi sumber daya perairan laut dimanfaatkan secara intensif oleh komunitas Tekong dan nelayan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan biologis. Aktivitas masyarakat nelayan selalu saja dengan pengetahuan mereka terhadap asset-asset sumber daya laut, lokasi, dan sistem penangkapan serta musim-musim yang mempengaruhi segala yang berada didalammnya. Dalam memanfaatkan ekosistem laut nelayan dan tekong bentuk-bentuk teknologi penangkapan baik secara tradisional maupun teknologi penangkapan secara modern. Diantara teknologi tradisional semakin hari semakin berkurang. Karena nelayan yang memakainya teknologi ini dianggap kurang produktif dalam memperoleh hasil tangkapan ikan.

Pengetahuan dan pemanfaatan masyarakat nelayan dan tekong terhadap ekosistem laut telah menimbulkan perubahan-perubahan lingkungan dan sumber daya yang terkandung didalamnya. Yang dimana mengalami perubahan dalam mengeksploitasi biota-biota/ ikan yang cenderung menyimpan atau berlebihan. Yang dimana adanya kerusakan ekosistem laut yang terjadi yang diakibatkan oleh alat-alat tangkap yang dipergunakan untuk memperoleh hasil tangkapan yang lebih baik.

Pengelolaan dan pemanfaatan keseluruhan sumber daya laut yang tidak terkendali yang menyebabkan hal utama dalam kerusakan-kerusakan ekosistem,

Erwin J.V Nababan : Tekong (Studi Deskriptif Terhadap Pemanfaatan Sumber Daya Alam Pesisir Pada Masyarakat Sibolga), 2009.

perilaku-perilaku tersebut dilatar belakangin tidak perdulinya atau berkurangnya nelayan dan tekong terhadap pengetahuan akan melestarikan lingkungan perairan laut. Kepentingan komersial belaka dan persaingan antara tekong dan masyarakat nelayan lainnya.yang semakin kompetitif sehingga meninggalkan kearifan. Serta ketiadaan kontrol, pengawasan dan penerapan hukum kelautan formal yang tegas dari pihak pemerintah untuk mengatur, mengawasi dan menindak segala bentuk usaha-usaha pemanfaatan yang bersifat menyimpang dan merusakan ekosistem laut yang ada.

Kemerosotan hasil produksi penangkapan nelayan dan tekong yang di akibatkan oleh daya persaingan dan rusaknya berbagai ekosistem laut yang merupakan faktor-faktor yang menyatakan pola-pola pemanfaatan nelayan tradisional sudah mulai meninggalkan hubungan keselarasan nelayan terhadap alam dan norma-norma tradisional. Hal ini telah di dahului nelayan yang mengapllikasi teknologi penangkapan secara mutakhir, mereka lebih percaya atas kemampuan fasilitas penangkapan canggih mengatasi segala bentuk halangan rintangan alam walaupun sebagian besar masih mengkombinasikannya. Sehingga pola-pola pemanfaatan , norma tradisional seperti ritus niat tahunan (tolak bala/ Jamu Laut) dan pantangan-pantangan-pantangan yang selama ini masih mewarnai perilaku komunitas nelayan cenderung sedikit memudar, meski tidak terkikis sampai habis, masih ada saja ada sebagian nelayan dan tekong yang masih percaya akan mitos-mitos, ilmu gaib yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya perairan laut.

Inflikasi terjadinya bahaya pemanfaatan sumber daya laut di perairan kota Sibolga sudah terlihat dengan maraknya terjadinya persaingan, konflik yang

Erwin J.V Nababan : Tekong (Studi Deskriptif Terhadap Pemanfaatan Sumber Daya Alam Pesisir Pada Masyarakat Sibolga), 2009.

terjadi antara nelayan dengan tekong dan tekong dengan tekong lainnya dalam memanfaatkan sumber daya laut sehingga tebentuknya kelas kaya dan kelas dalam komunitas nelayan, perubahan sistem jaringan ekosistem perairan laut yang akan berpengaruh langsung merosotnya sisa-sisa sumber daya hayati biota/ ikan yang sekarang ini kurang lestari.

Hasil keberadaan organisasi-organisasi kenelayanan yang bertujuan menampung aspirasi maupun mengurusi perburuan seperti Kumpulan Nelayan Tolong Menolong (KNTM), HNSI (Himpunan Nelayan Sibolga) dan himpunan lainnya kurang diperdayakan mencari, menyumbangkan solusi-solusi terbaik dalam mengantisipasi atau menjembatani kepentingan-kepentingan nelayan tradisional dengan nelayan modern dan pengusaha-pengusaha perikanan besar agar menemukan suatu sistem yang proporsional mengatur hal-hal yang berkaitan dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam laut.

Dengan kata lain secara singkat dapat dijelaskan bahwa pemanfaatan sumber daya alam pesisir yang dilakukan aktivitas tekong dan nelayan tersebut berupa:

1. Kegiatan perikanan yang memanfaatkan lahan darat, lahan air, dan laut terbuka (perikanan tangkap, dan cara pengelolaan sumber daya alam tersebut). Bila kegiatan perikanan tersebut selalu dilakukan tanpa melihat kondisi lingkungan maka yang ada hanya sebuah eksploitasi yang berlebihan tanpa ada pemeliharaan, seperti yang tertera pada bab-bab sebelumnya.

2. Kegiatan Pariwisata dan rekreasi yang memanfaatkan lahan darat, lahan air.

Erwin J.V Nababan : Tekong (Studi Deskriptif Terhadap Pemanfaatan Sumber Daya Alam Pesisir Pada Masyarakat Sibolga), 2009.

3. Kegiatan Transportasi laut. B. SARAN

Untuk kondisi lingkungan yang terjadi di perairan laut di Sibolga ini ternyata bahwa pengetahuan serta aktifitas masyarakat nelayan terhadap sumber daya laut dan pemanfaatannya sangat bervariasi dari segi penerapan teknologi sangat mempengaruhi kondisi pesisir dan laut secara ekosistemnya. Selain itu faktor persaingan dan konflik turut mewarnai pemanfaatan sumber daya perairan laut yang sangat dipengaruhi oleh potensi sumber daya laut tersebut. Dengan kesimpulan tersebut diatas terdapatlah ide-ide berupa saran dimana bertujuan untuk mewujudkan pemanfaatan yang berketeraturan, berdimensi sosial dan menjaga kelestarian ekosistem laut. Dan berdasarkan uraian yang telah dipaparkan oleh peneliti diatas juga, maka peneliti memberikan saran baik kepada pihak pemerintah Kota Sibolga maupun Komunitas nelayan yang berada di Kota Sibolga yakni nelayan tradisional dan nelayan modern yang dimana dalam memanfaatkan sumber daya alam pesisir ini supaya tidak terjadinya suatu konflik, maka dapat dihindari antara lain dengan langkah-langkah sebagai berikut ini :

a. Pihak Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun Pemerintah Kota Sibolga harus lebih bijaksana dalam menerapkan peraturan tentang perikanan dan kelautan sehingga dapat direalisasikan oleh para nelayan tradisional ataupun nelayan modern.

b. Adanya penegakan hokum yang jelas mengenai aspek Perikanan dan Kelautan, Apabila ada nelayan atau tekong yang tidak menaati peraturan pemerintah yang telah ditetapkan seperti No. 39 tahun 1980 agar diberikan sanksi yang sesuai dengan apa kesalahannya.

Erwin J.V Nababan : Tekong (Studi Deskriptif Terhadap Pemanfaatan Sumber Daya Alam Pesisir Pada Masyarakat Sibolga), 2009.

c. Pihak nelayan modern dan tekong dalam mencari ikan harus dapat lebih memahami tentang jalur-jalur penangkapan ikan serta batasan-batasan wilayah penangkapan ikan.

d. Penetapan harga jual ikan harus sesuai dengan harga pasar tanpa harus ditentukan oleh PT. PAS.

e. Pihak pemerintah harus dapat memperhatikan kesejahteraan hidup para nelayan.

f. Pihak pemerintah harus dapat memantau kejadian-kejadian yang terjadi di pelabuhan maupun tangkahan tempat pendaratan kapal, minimal tiga bulan sekali atau dalam kurun waktu yang ditentukan.

g. Antara nelayan tradisional dan nelayan modern maupun tekong harus dapat menciptakan kehidupan yang harmonis baik di darat maupun di laut.

h. Jangan melakukan tindakan kekerasan apabila ditemukan suatu perselisihan diantara nelayan tradisional dengan nelayan modern.

Erwin J.V Nababan : Tekong (Studi Deskriptif Terhadap Pemanfaatan Sumber Daya Alam Pesisir Pada Masyarakat Sibolga), 2009.

Tabel 10

DAFTAR NAMA PENGUSAHA ATAU TANGKAHAN IKAN KOTA

Dokumen terkait