• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab VII Diskusi, Kesimpulan dan Saran

7.2. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

7.2. Kesimpulan dan Saran 7.2.1. Kesimpulan

Dari diskusi mengenai permasalahan menyangkut pemanfaatan sumber daya laut oleh nelayan setempat maupun nelayan dari luar dan dampaknya terhadap kondisi sumber daya laut di wilayah perairan Kepulauan Ayau dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

• Degradasi sumber daya laut, khususnya terumbu karang di perairan Kepulauan Ayau pada umumnya dan perairan Kampung Meosbekwan pada khususnya telah

mulai dirasakan dampaknya oleh nelayan setempat. Para nelayan sudah mulai sulit untuk mendapatkan jenis-jenis ikan karang (napoleon dan kerapu) yang menjadi komoditi utama nelayan. Penyebab kerusakan tersebut diantaranya adalah penggunaan bom dan potas oleh nelayan luar dalam menangkap ikan. Di samping itu, penggunaan akar bore (akar tuba) oleh nelayan setempat yang sudah berlangsung selama lima tahun terakhir diperkirakan juga turut andil terhadap terjadinya kerusakan terumbu karang. Meskipun belum ada penelitian yang membuktikan adanya kerusakan yang ditimbulkan oleh penggunaan akar bore, tetapi ditengarai racun dari akar ini akan mencemari terumbu karang dan akhirnya juga dapat menurunkan kualitas terumbu karang.

• Terdapat ketimpangan dalam memperoleh manfaat dari eksploitasi sumber daya laut antara nelayan setempat dengan nelayan luar. Ketimpangan tersebut telah mengakibatkan adanya kecemburuan sosial dan menciptakan konflik yang tidak jarang mengakibatkan pertentangan fisik, seperti pengusiran dan pelemparan batu terhadap nelayan luar yang dalam beroperasi selalu menggunakan bahan peledak dan potas.

• Secara umum dapat diketahui bahwa masyarakat Kampung Meosbekwan telah

mempunyai kesadaran yang relatif tinggi untuk melakukan pengelolaan terhadap sumber daya laut, khususnya terumbu karang (bosen) yang ada di wilayah perairan Kepulauan Ayau. Bagi masyarakat Kampung Meosbekwan, terumbu karang adalah sumber penghidupan yang harus dijaga kelestariannya. Karena itu, terumbu karang harus dijaga dari kerusakan dan kepunahan supaya masa depan kehidupan anak keturunannya tidak terganggu. Masyarakat Kampung Meosbekwan telah melakukan berbagai upaya untuk tetap menjaga ekosistem terumbu karang supaya tidak rusak. Upaya tersebut antara lain adalah melakukan pengawasan terhadap nelayan luar yang sering melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan bom dan potas. Meskipun sarana yang dimiliki sangat sederhana, yaitu perahu tanpa motor ataupun perahu motor bermesin kecil (15 PK) mereka berani mengejar nelayan luar yang umumnya menggunakan kapal berukuran besar dan kadang-kadang dilengkapi dengan senjata api. Kekompakan dan keberanian masyarakat Kampung ini perlu mendapat dukungan dari instansi atau lembaga terkait yang berwenang melakukan pengawasan. Dalam jangka panjang, jika usaha ini tidak mendapat perhatian dan dukungan, bukan tidak mungkin masyarakat akan berbalik ikut merusak terumbu karang karena merasa usaha mereka sia-sia.

• Secara resmi telah ada larangan mengenai penggunaan bahan peledak, racun dan akar tuba (akar bore) berupa surat edaran Camat Waigeo Utara yang disebarluaskan di seluruh Kampung nelayan. Meskipun telah ada larangan, akan tetapi nelayan setempat sebagian besar masih menggunakan akar tersebut. Di kalangan nelayan masih ada perdebatan mengenai penggunaan akar bore untuk menangkap ikan Napoleon. Sebagian masyarakat mengatakan bahwa akar bore tersebut tidak merusak terumbu karang. Akan tetapi ada pula yang berpendapat bahwa akar bore juga berpotensi untuk merusak terumbu karang karena terbukti ikan-ikan menjadi pingsan bila terkena racun tersebut.

• Berkaitan dengan penangkapan ikan napoleon dan kerapu, terdapat permasalahan menyangkut alat tangkap yang dipakai dan pemasaran hasilnya. Di dalam izin penangkapan ikan napoleon telah dicantumkan larangan penggunaan racun dan sejenisnya untuk menangkap ikan napoleon. Di tingkat Kampung juga sudah beredar Surat Edaran Camat tentang larangan menggunakan bahan peledak, potasium dan akar bore (akar tuba) yang telah disebarluaskan melalui perangkat

87 DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIA

Kampung. Sampai saat ini masyarakat Kampung masih tetap menggunakan akar

bore untuk menangkap ikan Napoleon, meskipun mereka telah mengetahui bahwa

penggunaan akar tersebut telah dilarang. Selain mengetahui larangan penggunaan akar bore tersebut, sebagian masyarakat Kampung Meosbekwan juga telah menyadari bahwa penggunaan racun dari akar tersebut dapat mencemari ekosistem terumbu karang dan mengakibatkan kerusakan karang. Namun karena mereka belum mempunyai alternatif alat lain untuk menangkap ikan napoleon, maka penggunaan akar bore masih tetap berlangsung hingga sekarang.

• Permasalahan lainnya yang berkaitan dengan penangkapan ikan napoleon adalah harga jual yang masih banyak ditentukan oleh pengusaha (pedagang pengumpul). Pola kemitraan yang diharapkan dapat saling menguntungkan kedua belah pihak, yaitu antara inti (pengusaha pengumpul) dan nelayan setempat sebagai plasma, belum dapat tercapai.

• Tingginya permintaan ikan napoleon dan ikan kerapu di pasaran luar negeri dikhawatirkan akan mendorong penduduk untuk eksploitasi jenis ikan ini secara tidak terkendali dengan menggunakan cara dan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.

• Kegiatan budidaya rumput laut telah dirasakan banyak manfaatnya oleh masyarakat. Hasil dari rumput laut ini telah secara kontinyu menyumbangkan pendapatan rumah tangga. Hasil panen rumput laut ini pada tahun-tahun pertama ditampung oleh pengusaha yang telah memperkenalkan budidaya tanaman ini. Akan tetapi, karena harganya jauh dari harga pasaran di Kota Sorong maka nelayan tidak mau lagi menjual ke pengusaha tersebut. Sementara pengusaha tersebut juga sudah beralih usahanya menjadi pengumpul ikan Napoleon dan Kerapu. Pada saat ini pemasaran rumput laut dilakukan sendiri oleh nelayan ke Sorong. Secara ekonomi pemasaran langsung ke Sorong kurang efesien karena ongkos trasportasi yang cukup mahal (sekitar Rp 80.000 untuk pergi pulang). Biasanya penduduk memasarkan hasil tersebut sambil berbelanja kebutuhan sehari-hari sehingga ongkos yang relatif mahal tersebut tidak terlalu dipermasalahkan.

• Wilayah yang terpencil, faktor alam yang kadang kurang bersahabat (dalam musim tertentu sering terjadi ombak besar) ditambah minimnya sarana transportasi menjadi kendala utama bagi msyarakat Kampung Meosbekwan baik untuk pemasaran hasil perikanan maupun untuk belanja kebutuhan hidup sehari-hari. Minimnya sarana transportasi ini berimplikasi terhadap tingginya biaya hidup sehari-hari dan pemenuhan berbagai kebutuhan lain seperti pengadaan papan. Oleh karena itu, pendapatan yang diterima masyarakat tidak dengan sendirinya mencerminkan tingkat kesejahteraan karena secara riil pendapatan tersebut jauh dari nilai nominal yang ada, karena mahalnya biaya hidup dan kebutuhan lainnya.

7.2.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari berbagai isu-isu penting yang muncul berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya laut oleh beberapa stakeholders terkait dapat diambil beberapa alternatif pemecahan sebagai berikut:

• Dalam rangka membendung terjadinya degradasi sumber daya laut, khususnya terumbu karang di wilayah perairan Kepulauan Ayau yang disebabkan oleh penggunaan bahan peledak dan potas oleh nelayan luar perlu lebih meningkatkan pengawasan. Mengingat wilayah perairan Kepulauan Ayau yang cukup luas serta berhadapan dengan laut lepas maka pengawasan yang paling efektif adalah pengawasan yang dilakukan oleh penduduk setempat. Upaya pengawasan yang selama ini telah dilakukan oleh nelayan setempat perlu didukung dengan memberikan fasilitas peralatan yang memadai. Peralatan yang dimiliki oleh nelayan setempat masih sangat sederhana, yaitu perahu layar atau perahu motor dengan mesin kecil. Selain pengawasan perlu pula usaha-usaha untuk meningkatkan kesadaran para nelayan dari luar yang selama ini selalu menggunakan berbagai alat tangkap yang merusak lingkungan (bom dan potas).

• Selain melakukan pengawasan, untuk membendung adanya kerusakan terumbu

karang yang semakin besar di wilayah perairan Kepulauan Ayau perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat Kampung Meosbekwan tidak dapat dilakukan dengan kegiatan di luar sektor perikanan (pemanfaatan sumber daya laut), karena tidak adanya sumber daya alam lain yang bisa dikembangkan. Oleh karena itu, budidaya rumput laut yang sudah berjalan perlu mendapat pendampingan untuk membantu pemasaran. Dalam hal ini perlu dibentuk semacam lembaga (semacam koperasi) diantara kelompok nelayan yang dapat mengelola pemasaran rumput laut sekaligus juga menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari. Dengan adanya lembaga yang menangani pemasaran dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, ekonomi biaya tinggi yang selama ini terjadi akan bisa ditekan.

• Guna lebih mendorong peningkatan pendapatan masyarakat perlu memperbaiki sarana transporatsi untuk membuka keteresoliran wilayah Kepulauan Ayau. Jalur pelayaran perintis yang sempat beroperasi pada beberapa tahun lalu perlu dihidupkan kembali. Adanya jalur pelayaran ini telah membantu masyarakat untuk melalukan berbagai aktifitas baik menjual komoditi perikanan atau berbelanja kebutuhan sehari-hari.

• Untuk mengatasi kerusakan terumbu karang yang kemungkinan timbul akibat

pencemaran racun dari akar bore yang digunakan untuk menangkap ikan napoleon oleh nelayan lokal, tidak cukup hanya dengan membuat peraturan tentang pelarangan penggunaan bahan tersebut. Pelarangan tersebut tidak akan efektif karena masyarakat tetap akan melanggar, meskipun diantara mereka ada yang telah sadar bahwa racun akar bore tersebut kemungkinan juga bisa merusak terumbu karang. Pelanggaran tersebut dilakukan karena mereka tidak mempunyai alternatif bahan lain yang dapat dipergunakan untuk menangkap ikan napoleon yang tidak mempunyai efek merusak terumbu karang. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu studi laboratorium untuk mencari alternatif bahan yang aman dan tidak merusak lingkungan yang dapat dipakai untuk memudahkan menangkap ikan napoleon.

• Dalam upaya mengatasi perdebatan mengenai akibat yang ditimbulkan oleh

89 DATA DASAR ASPEK SOSIAL TERUMBU KARANG INDONESIA

dilakukan studi yang secara cermat meneliti efek dari racun akar bore ini terhadap kerusakan terumbu karang.

• Menanggapi tingginya permintaan pasar akan jenis ikan napoleon dan kerapu perlu adanya antisipasi terhadap eksploitasi yang dilakukan secara tidak terkendali. Upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan melakukan pengawasan terhadap kewajiban melakukan budidaya yang selama ini tampaknya belum banyak dilakukan oleh para pedagang pengumpul. Dalam skala nasional kemungkinan perlu menetapkan sistim kuota ekspor ikan tersebut.

Mengingat Kampung Meosbekwan ada di wilayah yang jauh dan terpencil dengan sarana transportasi yang sangat minim maka biaya hidup sangat mahal. Oleh karena itu untuk mengukur kesejahteraan masyarakat tidak cukup hanya dengan melihat

pendapatannya. Jika hanya diukur dari pendapatan maka akan tidak bisa

menggambarkan potret yang sebenarnya karena secara riil pendapatan yang didapat masyarakat sangat kecil karena biaya kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan lain terlalu mahal.