BAB VII PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan dan analisa yang sudah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Perekonomian Bali tahun 2018 tumbuh 6,35% (c to c), meningkat dibanding tahun 2017 (5,57%), masih diatas pertumbuhan nasional sebesar 5,17% (c to c). Peningkatan pertumbuhan disebabkan meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara seiring dengan meningkatnya tingkat penghunian kamar hotel. 2. Terjadi ketimpangan pendapatan penduduk antar kabupaten/kota di Bali, baik di
bagian Utara-Selatan maupun Timur-Barat. Tercatat hanya Kab. Badung (Rp81,32 juta) dan Kota Denpasar (Rp51,58 juta) yang mampu menyamai pendapatan per kapita Provinsi Bali maupun Nasional. Pendapatan dibawah Rp40 juta per tahun terdapat di Kab. Bangli dan Karangasem.
3. Kota Singaraja berhasil menurunkan inflasi hingga di bawah rata-rata nasional, sedangkan Kota Denpasar diatas rata-rata nasional. Inflasi di Kota Denpasar sangat dipengaruhi oleh kenaikan bahan makanan, transportasi, komunikasi jasa keuangan, serta pendidikan, rekreasi dan olahraga. Inflasi di Kota Singaraja sangat dipengaruhi oleh pendidikan, rekreasi dan olahraga, sandang, bahan makanan, transportasi, komunikasi jasa keuangan serta kesehatan.
4. IPM Provinsi Bali terus meningkat selama periode 2013-2017. Dari 72,09 tahun 2013 menjadi 74,30 tahun 2017 dan selalu lebih tinggi dibandingkan IPM nasional. Hal ini mengindikasikan keberhasilan berbagai program unggulan yang telah dilaksanakan seperti bedah rumah, sistem pertanian terintegrasi (Simantri), beasiswa miskin, dan gerakan pembangunan desa terpadu (Gerbangsadu). IPM tertinggi tahun 2017 dicapai oleh Kota Denpasar (83,01) dan terendah di Kabupaten Karangasem (65,57).
5. Tingkat kemiskinan Bali pada September 2018 tercatat sebesar 3,91% dibandingkan September 2017 (4,14%). Tingkat kemiskinan tertinggi di Kabupaten Karangasem (6,28%) terendah di Kabupaten Badung (1,98%). Dari sisi nominal Kabupaten Buleleng tercatat paling banyak memiliki warga miskin (35.200 jiwa) dan Kabupaten Klungkung terendah sebanyak 10.430 jiwa. Ketimpangan kemiskinan ini salah satunya karena perbedaan infrastruktur antara Bali Selatan dan Bali Utara.
6. Dari 7 indikator yang tercantum dalam Target Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Semesta Berencana Provinsi Bali (2005-2025), hanya 2
Penutup BAB VII
Kajian Fiskal Regional Kanwil DJPb Provinsi Bali Tahun 2018 95
(dua) indikator yang tercapai, yakni Angka Kemiskinan dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Untuk target laju PDRB terlihat bahwa capaian Laju Pertumbuhan PDRB tahun 2018 tercatat sebesar 6,24% lebih rendah dari target Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebesar 8,2% sampai dengan 9,4%.
7. Realisasi pendapatan APBN terus mengalami peningkatan, di tahun 2018 mencapai 97,24%. Hal ini menunjukan kondisi ekonomi sangat kondusif di Provinsi Bali setelah dampak penurunan status erupsi Gunung Agung pada triwulan IV 2017 sehingga pendapatan pemerintah terutama dari sektor perpajakan semakin baik. Usaha peningkatan pendapatan dibidang perpajakan dan PNBP berhasil meningkatkan pendapatan pemerintah di Bali. Realisasi belanja APBN pada tahun 2018 dinilai lebih baik dari tahun 2017, diindikasikan dengan kualitas belanja pada tahun 2018 dinilai lebih baik yang diukur melalui Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) dan adanya kebijakan tidak ada lagi APBN Perubahan. Penambahan alokasi belanja pada fungsi ekonomi ikut mendorong realisasi belanja di tahun 2018.
8. Alokasi Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa pada tahun 2018 mencapai Rp11,30 triliun, turun 5,67% dibandingkan tahun 2017. Penurunan disumbangkan oleh Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar 54,27%, Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik sebesar 38,45%, dan Dana Desa sebesar 1,31%. Penurunan alokasi DBH yang cukup signifikan tersebut mengindikasikan kinerja penerimaan di Bali yang bersumber dari pajak (PBB, PPh, dan Cukai Hasil Tembakau) dan sumber daya alam (SDA) mengalami penurunan. Alokasi Dana Insentif Daerah (DID) mengalami peningkatan 120,81% dibandingkan tahun 2017, mengindikasikan kinerja yang baik dalam kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan daerah, pelayanan dasar publik di bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, pelayanan pemerintahan umum, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. 9. Dengan adanya perubahan tata kelola dan kebijakan penyaluran KUR minat
masyarakat/UMKM pada Kredit Program dengan skema KUR semakin meningkat. Penyaluran KUR di Bali pada tahun 2018 mencapai Rp4,28 triliun dengan jumlah debitur KUR 111.984 orang/badan. Dibandingkan dengan tahun 2017, terdapat peningkatan penyaluran jumlah kredit sebesar 34,65% dan jumlah debitur naik sebesar 17,85%. Peningkatan tersebut karena kebijakan pemerintah untuk menurunkan kembali suku bunga KUR di tahun 2018 menjadi 7%.
10. Capaian realisasi pendapatan APBD tahun 2018 mencapai 90,17%, lebih rendah 5,57% dari tahun 2017 yang realisasinya mencapai 95,74%. Namun secara
BAB VII Penutup
96 Kajian Fiskal Regional Kanwil DJPb Provinsi Bali Tahun 2018
nominal, realisasi tahun 2018 tercatat lebih tinggi (Rp877 miliar) dari tahun 2017. Capaian realisasi yang lebih rendah dari tahun 2017 dampak anjloknya perekonomian Bali di tahun 2018. Meskipun demikian, kenaikan PAD Bali sampai sebesar 6,99% (dari tahun 2017) merupakan indikator bahwa dari sisi absolut, kegiatan perekonomian Bali masih baik.
11. Total pendapatan negara di tahun 2018 mencapai Rp25,31 triliun. Dibandingkan dengan pendapatan pada tahun 2017, pendapatan di tahun 2018 mengalami peningkatan mencapai 11,38 % yang didorong oleh pendapatan perpajakan dan transfer yang meningkat sebesar 13,64% dan 16,82%. Total belanja tahun 2018 mencapai Rp34,37 triliun, terdapat kenaikan realisasi belanja negara sebesar 4,73% dibandingkan tahun 2017 yang secara dominan didorong oleh kenaikan belanja pemerintah (porsi terhadap belanja negara 87,52%) sebesar 4,51% dan belanja transfer (porsi terhadap belanja negara 12,48%) sebesar 6,27%. Meskipun kebijakan belanja pemerintah cenderung ekspansif di tahun 2018, akan tetapi karena dukungan peningkatan penerimaan yang cukup signifikan mengakibatkan menekan angka defisit tahun 2018 menjadi turun sebesar 10,27%.
12. PDRB Bali tahun 2018 meningkat sebesar 8,85% (yoy). Selama lima periode tahun terakhir PDRB Bali tercatat secara konstan mengalami peningkatan meski menunjukkan angka yoy yang cenderung menurun. Inflasi Bali yang diwakili oleh Kota Denpasar selama lima periode terakhir menunjukkan angka berfluktuatif dengan peningkatan yang cenderung menurun. Inflasi Bali di tahun 2018 terjaga pada angka 3,40 berada di atas inflasi nasional sebesar 3,13. Gini ratio Bali tahun 2018 berada pada angka 0,36, selama periode lima tahun terakhir cenderung mengalami penurunan. Gini ratio Bali sempat naik di tahun 2017 menjadi 0,38 dari sebelumnya sebesar 0,37 di tahun 2016 namun kembali turun di tahun 2018. Jumlah pengangguran di Bali sempat melonjak cukup signifikan di tahun 2015 mencapai 47.120 orang (naik 6,79% dari tahun 2014), namun berangsur turun kembali menjadi 34.485 orang di tahun 2018. Kemiskinan selama periode lima tahun terakhir menunjukkan jumlah yang berfluktuatif cenderung menurun dan di tahun 2018 tercatat sebesar 168.340 orang atau sekitar 3,92% dari seluruh penduduk Bali.
13. Sektor ikutan dari industri pariwisata merupakan sektor penting untuk dikembangkan di Bali. Selain itu, terdapat beberapa hal yang perlu dicermati bagi pemerintah daerah di Bali, hasil analisis menunjukkan bahwa hasil kegiatan dari pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang juga memberikan
Penutup BAB VII
Kajian Fiskal Regional Kanwil DJPb Provinsi Bali Tahun 2018 97
kontribusi yang besar bagi PDRB, meski dari sisi pertumbuhannya tidak cukup besar bila dibandingkan dengan sektor potensial lainnya.
14. Sejak tahun 2008 jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Bali terus meningkat rata-rata 2% setiap tahun, dan mencapai 6,1 juta orang pada tahun 2018, sedikit lebih rendah dari target yang ditetapkan pemerintah daerah yaitu sebesar 7 juta. Namun jumlah tersebut mengambil porsi mencapai 40% dari jumlah seluruh wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Jumlah wisatawan domestik juga terus mengalami peningkatan bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara, rata-rata 14% setiap tahun. Dengan tren yang masih terus menunjukkan peningkatan tersebut menunjukkan bahwa sektor pariwisata bagi Bali masih menjadi sektor unggulan utama yang masih menyimpan banyak potensi yang layak untuk dikembangkan lebih lanjut.
15. Pertumbuhan PDRB Bali yang menjadi negatif di saat yang sama dengan peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung secara tidak langsung menggambarkan rentannya ketergantungan yang tinggi pada sektor pariwisata, terutama dengan kondisi bentang alam yang dimilikinya. Dalam hal ini, pemerintah daerah Bali perlu menyikapinya dengan melihat kondisi tersebut sebagai tantangan untuk menggali potensi-potensi baru dalam rangka menjaga laju pertumbuhan ekonominya.
16. Adanya kebijakan “10 Bali baru” belum berdampak langsung menurunkan jumlah wisatawan yang datang, karena diberlakukan di tahun 2018. Namun demikian diperlukan suatu upaya antisipatif oleh berbagai pihak yang ikut berperan dalam industri pariwisata di Bali, karena kebijakan “10 Bali baru” akan berpengaruh pada porsi jumlah wisatawan yang akan berkunjung ke Pulau Bali. Oleh karena itu, Bali perlu berbenah dan fokus untuk sektor pariwisata selain wisata alam, yaitu pengembangan desa budaya dan agrowisata, wisata spiritual, wisata bisnis (Meeting, Incentif, Conference, Exhibition), wisata olahraga, wisata petualangan dan wisata kuliner.
17. Gelombang revolusi industri 4.0 akan terasa cepat datangnya. Sektor penyediaan makanan dan minuman yang menjadi salah satu sektor unggulannya bahkan menjadi piloting sector dalam revolusi industri 4.0 yang akan menerapkan penggunaan teknologi-teknologi canggih. Sementara itu, pelaku usaha sektor tersebut di Bali didominasi oleh pelaku usaha konvensional dan berskala mikro, kecil, dan menengah.
BAB VII Penutup
98 Kajian Fiskal Regional Kanwil DJPb Provinsi Bali Tahun 2018
18. Anggaran dana desa dalam APBN regional Bali selama periode empat tahun anggaran terakhir juga menunjukkan kecenderungan semakin meningkat. Meski cenderung meningkat, di tahun 2018, anggaran dana desa di Bali tercatat sebesar Rp530,21 miliar, turun 1,31% dibandingkan tahun 2017. Dana desa sebagai bagian dari belanja transfer dalam APBN cenderung memiliki porsi yang masih rendah jika dibandingkan dengan dana transfer lainnya. Tahun 2018, belanja transfer dalam APBN Bali masih didominasi oleh Dana Alokasi Umum (DAU) yakni sebesar Rp7.092,13 miliar dengan porsi sekitar 53,23% dari total belanja transfer.