• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai Mahluk Ciptaan Allah yang memiliki akal Budi, manusia mempunyai martabat yang tinggi. Manusia adalah Gambaran Allah yang sempurna dan utuh karena terdiri dari tubuh, jiwa dan Roh. Manusia adalah kesatuan dalam keberagaman, yang terdiri dari dari dimensi kehidupan. Sebagai manusia yang utuh masing-masing dimensi saling mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan.

Allah sungguh mengasihi dan mencintai manusia sehingga mengutus putra-Nya sebagai penebus untuk mengangkat martabat dan harkat manusia yang Ia cintai. Sebagai seorang Katolik kita mengimani bahwa didalam Dia kita semua adalah saudara. Semua manusia diciptakan Allah menurut gambar dan citranya.

Manusia sebagai gambaran Allah yang berada dalam peziarahan hidup, senantiasa dihadapkan pada kenyataan hidup yang harus dihadapi dan dijalani. Kenyataan itu ada dalam pengalaman hidup kita setiap hari. Pengalaman menyenangkan maupun pengalaman yang tidak menyenangkan seperti sakit, dan sehat, tertawa dan sedih dan sebagainya. Dua pengalaman ini selalu dialami oleh manusia sekalipun tergantung dari tiap pribadi untuk mengalami pengalaman tersebut.

Pengalaman sakit merupakan pengalaman yang tidak disenangi atau diinginkan oleh siapapun. Walaupun demikian setiap mahluk yang bersiarah di dunia ini tidak akan pernah luput dari pengalaman itu. Pengalaman sakit biasanya sungguh mempengaruhi kehidupan manusia dalam bersikap, bertindak dan bahkan hidup beriman seseorang akan ditantang. Sakit dapat memberi dampak pengalaman bermacam-macam bagi manusia. Apalagi sakit yang diderita sungguh berat dan berkepanjangan sering mengakibatkan reaksi yang negatif sebagai manusia. Ada rasa marah, malas, kecewa merontak, menolak dan kadang putus asa dan merasa bahwa Tuhan tidak ada.

Menyadari bahwa setiap pribadi atau orang adalah saudara dalam Tuhan Yesus Kristus. Gereja dipanggil untuk memberi perhatian dan kasih kepada mereka yang sakit dan menderita. Sebagai saudara dalam satu tubuh justru anggota tubuh yang lemah dan tak berdaya ini harus mendapat pelayanan kasih yang khusus. Kongregasi ADM sebagai anggota Gereja sungguh menyadari panggilan dan tugas ini sangat penting. Sebagai pengikut Kristus seturut teladan Ibu Seraphine yang mau berkorban baik tenaga, waktu dan bahkan hidup untuk melayani orang sakit pada zamanya. Kongregasi ADM ikut ambil bagian dalam perutusan Gereja dan ingin memberikan sumbangan bagi perkembangan tubuh Kristus yang mistik, meneruskan Karya penebusan-Nya dengan memberi bantuan guna meringankan penderitaan jasmani dan rohani lewat segala karya yang ada dalam Kongregasi. Lewat spiritualitas kongregasi yaitu kebaktian kepada Darah Mulia. Kebaktian ini mendorong para suster untuk menempatkan misteri penebusan pada pusat hidup kita. Darah Kristus yang Mulia yang memberi penebusan bagi dunia. Daya kekuatan Darah Kristus inilah yang memberi kehidupan dan kesembuhan.

Mau di ungkapkan bahwa pelayanan kasih kepada sesama yang sakit merupakan pelayanan kepada Yesus Kristus yang hadir dalam diri sesama yang menderita sakit. Penyembuhan yang sejati ada dalam diri Yesus Kristus yang memberikan diri-Nya sendiri kepada orang sakit maupun orang yang mendampinginya.

Melaksanakan pelayanan kasih kepada sesama dibutuhkan hati yang mencintai dengan empati dan kesabaran. Setiap orang yang mendampingi dan melayani orang sakit harus siap untuk menerima konsekwensinya, rela berkorban dalam melayani dengan hati gembira. Dibutuhkan suatu perjuangan dan kesetiaan secara terus menerus. Pendampingan yang penuh dengan kasih dan semangat kerja sama inilah yang diupayakan di Rumah Sakit Palang Biru Gombong. Untuk lebih memberi perhatian dalam proses pelayanan yang holistic kepada pasien rawat Inap, maka perlu adanya petugas pastoral orang sakit. Petugas pastoral orang sakit terdiri dari Sr. ADM dan kaum awam. Mereka memberikan pendampingan dalam hal rohani.

Karya Pelayanan di Rumah Sakit ini di jiwai oleh semangat kongregasi ADM, yang telah dirumuskan dalam spiritualitas. Diharapkan setiap pendamping mampu menghayati spiritualitas ini dalam pendampingan terhadap pasien di Rumah Sakit Palang Biru Gombong sehingga dalam pendampingan mereka hadir sebagai pribadi yang empati, sabar, mendengarkan, rendah hati, gembira dan kasih persaudaraan. pasien didampingi untuk mampu memaknai penderitaan yang dialaminya. Dengan menemukan makna penderitaan sakitnya, mereka semakin mampu untuk mempersatukan sakitnya dengan penderitaan Kristus di salib. Sebagai orang beriman pengalaman sakit tidak membuat mereka putus asa atau hilang harapan terhadap kasih dan cinta Kristus. Kesaksian yang mereka tunjukan lewat

sikap tabah, sabar dan tetap berharap dapat membantu sesama untuk semakin mengenal Allah yang penuh kasih setia.

Menyadari bahwa pendampingan terhadap orang sakit bukanlah hal yang mudah namun membutuhkan perjuangan dalam banyak hal membutuhkan hati dan pengorbanan dalam melayani. Demikianlah pendampingan terhadap pasien membutuhkan semangat persaudaraan, kegembiraan, cinta dan kehangatan. Petugas pendampingan orang sakit diharapkan memiliki wawasan, pengetahuan, ketrampilan dan motivasi yang mendalam terlebih spiritualitas dalam pendampingan.

Penghayatan terhadap spiritualitas kongregasi ADM dirasa semakin penting sehingga dalam pendampingan petugas pastoral dibantu untuk mendampingi pasien dengan lebih baik sesuai dengan semangat kongregasi. Pendamping pastoral juga diharapkan mampu menemukan Kristus dalam diri orang sakit yang mereka layani. Upaya yang dibuat untuk membantu petugas pastoral orang sakit dalam menghayati spiritualitas kongregasi ADM dalam pendampingan terhadap pasien adalah dengan program katekese. Program katekese ini diharapkan sungguh membantu petugas pastoral orang sakit melihat kembali pengalaman mereka dalam mendampingi orang sakit di Rumah Sakit Palang Biru Gombong. Terbuka mau mengkomunikasikan pengalaman baik pengalaman yang mengembirakan maupun pengalaman yang kurang menyenangkan. Segala kesulitan dan tantangan direfleksikan dalam terang iman.

Penulis berharap dengan program katekese ini, petugas pastoral orang sakit semakin setia mencintai dan mendampingi pasien dengan penuh kesabaran, kegembiraan dan kasih persaudaraan. Mereka menghantar sesama pada Tuhan dan menemukan Yesus sendiri dalam diri orang sakit.