• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS)

A. Paham Katekese

Untuk lebih memahami katekese, maka pada bagian ini akan dipaparkan secara singkat tentang pengertian katekese, tujuan katekese, serta isi katekese.

1. Pengertian Katekese

Katekese berasal dari bahasa Yunani, yaitu Catechein yang merupakan

bentukan dari kata Kat yang berarti pergi atau meluas, dan dari kata Echo yang berarti menggemakan atau menyuarakan keluar. Kata ini mengandung dua arti, pertama: Katechein berarti pewartaan yang sedang disampaikan atau diwartakan;

katechein berarti ajaran dari para pemimpin. Secara ilmiah katekese dimengerti sebagai pemikiran sistematis dan pedagogis tentang pewartaan Injil, ajaran Tuhan dan ajaran gereja kepada manusia dalam hidup konkretnya. Sedangkan segala macam usaha penyampaian ajaran pendidikan agama atau ajaran Gareja disebut katekese. Katekese adalah suatu proses pembinaan iman umat (Papo, 1998: 11).

Paus Yohanes Paulus II dalam Amanat Apostolik yaitu Catehesi Tradendae

merumuskan arti katekese sebagai berikut:

Katekese adalah pengajaran atau pendidikan iman untuk anak-anak, remaja, kaum muda dan kelompok dewasa. Katekese adalah pendidikan iman mengenai misteri Yesus Kristus sebagai pewarta utama dan guru sejati semua umat beriman. Katekese ini mencakup pengajaran doktrin Gereja, yang diberikan secara organis dan sistematik dengan tujuan menghantar para pendengar masuk kedalam kepenuhan hidup Kristen, memantangkan iman umat dalam rangka hidup sakramen, hidup komunitas dan hidup iman sehari-hari (CT, art. 18).

Pada prinsipnya dalam katekese terdapat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan. Dalam proses katekese perlu mencari metode yang sesuai, sehingga katekese dalam berbagai bentuk mampu bergema di hati para peserta dan dapat berbuah nyata (Telaumbanua, 1999: 5).

Kedewasaan iman umat ditekankan dalam Pedoman Umum Katekese yang dikeluarkan pada tahun 1971 oleh kongregasi Suci para Klerus (DCG, art. 21). katekese diartikan sebagai karya Gerejani yang mengantar kelompok maupun perorangan kepada iman yang dewasa. Dengan bantuan Katekese, kelompok-kelompok umat Kristen memperoleh bagi diri mereka pengetahuan yang lebih hidup dan mendalam tentang rencana Allah dan rencana penebusan. Dan bahwa semua berpusat pada Kristus sabda Allah yang menjadi manusia. Mereka lalu membangun

dirinya sendiri dengan selalu membagikan kedewasaan iman mereka dengan orang lain yang juga ingin memilikinya.

Seluruh proses pendewasaan iman dalam katekese berpola dan berpusat pada Yesus Kristus, sabda Allah yang menjadi manusia. Dalam proses menuju kedewasaan iman, membangun diri dalam Kristus sehingga iman menjadi mendalam dan diwujudkan dalam kehidupan nyata.

Hasil PPKI I yang dilaksanakan di Sindang jaya Jawa Barat pada bulan Juli 1977 merumuskan pengertian Katekese sebagai komunikasi iman umat, katekese dari umat dan untuk umat. Katekese yang menjemaat yang berdasarkan pada situasi konkret setempat menurut pola Yesus Kristus (Setyakarjana, 1997: 67).

PPKI II mengartikan katekese sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman serta penghayatan iman antar umat. Sehingga iman umat itu semakin diteguhkan. Umat dapat menghayati dan mewujudkan imannya secara sempurna (Setyakarjana, 1997: 67). Komunikasi iman umat menekankan pada penghayatan iman, dengan tidak melupakan segi pengetahuan.

Komunikasi iman umat mengandaikan adanya suatu pengetahuan. Dalam komunikasi iman umat, kita bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus. Kesaksian iman tersebut diwujudkan dalam tindakan hidup manusia baik individu maupun sosial.

Pendampingan orang sakit merupakan tindakan komunikasi iman antara pendamping dengan orang sakit. Pendamping dan orang sakit secara bersama mengembangkan iman dengan menjalin relasi secara pribadi dengan Tuhan dan sesama. Pendampingan terhadap orang sakit merupakan tindakan untuk merealisasikan imanya dalam masa sakit. Jadi pendampingan pastoral orang sakit

ini memampukkan pasien menyadari bahwa Tuhan selalu menyertai dalam keadaan appapun. Selain itu mereka mampu melihat makna dari suatu penderitaan.

4. Tujuan Katekese

Yohanes Paulus II, dalam ajaran CT, art. 20, menyatakan tujuan katekese untuk mendewasakan iman yang masih ada dalam tahap awal, memelihara, merawat dan menumbuh kembangkan iman dalam pengetahuan dan dalam hidup Kristen pada umumnya. Di sini katekese ingin mengembangkan cinta dan kebanggan jemaat sebagai orang Kristen, dan sekaligus mendorong mereka lebih tekun dan serius menghayati imannya di dalam kenyataan hidup sehari-hari. Dengan makin memahami, mencintai, dan menghayatinya seluruh hidup jemaat Kristen diharapkan dapat diresapi oleh sabda-Nya, sehingga mereka lebih utuh dapat mengikut Yesus Kristus.

Dalam pertemuan PPKI II di Klender, dirumuskan beberapa tujuan katekese atau komunikasi iman, yakni supaya dalam terang Injil orang semakin meresapi arti pengalaman sehari-hari; orang semakin bertobat kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari; semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cintakasih dan makin dikukuhkan hidup Kristianinya; orang semakin bersatu dengan Kristus, makin menjemaah, makin terus mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta dan sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita ditengah masyarakat (Setyakarjana, 1997: 72).

Melalui katekese umat terbantu untuk semakin beriman mendalam. Disini terjadi proses pendewasaan umat dari segi manusiawi karena menempatkan

pengalaman religius kembali kedalam hidup konkret. Dengan demikian umat terbantu untuk merefleksikan seluruh perjalanan hidupnya sesuai dengan sejarah penyelamatan. Membuka diri bagi kehadiran Allah di tengah-tengah kita, itulah arti tobat menurut Kitab Suci. Dengan mengusahakan tobat, katekese umat menghilangkan jurang antara agama dan hidup sehari-hari. Agama dihayati dalam hidup yang “profan“ dan hidup yang biasa menjadi sarana perjumpaan dengan Allah. Melalui katekese umat kaum beriman mengalami dan menyadari bahwa seluruh dunia ini, termasuk seluruh hidup ditebus oleh Kristus dan dipakai oleh Roh Kudus untuk mengantar setiap orang kepada Allah Bapa. Katekese umat membangun kebersamaan Gereja karena orang tidak diselamatkan sendiri-sendiri tetapi secara universal. Unsur kebersamaan ini diteguhkan oleh katekese umat bukan saja karena para peserta mengalami kebersamaan ini secara langsung, melainkan juga karena pengalaman iman bersama mengutus para peserta untuk mewartakan Kristus dengan kata-kata dan tindakan.

Dalam PPKI II (1980), dijelaskan mengenai katekese umat sebagai berikut: katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman, melalui kesaksian iman, para peserta saling membantu sehingga iman masing-masing diteguhkan. Dengan demikian katekese tidak sekedar membawa umat kepada kesadaran akan kehadiran Allah dalam hidupnya, tetapi mengantar orang untuk mengambil bagian dalam hidup Yesus sendiri, yang diwujudkan melalui cara hidup yang merupakan kesaksian iman. Katekese membantu orang untuk saling meneguhkan imanya, memahami rencana Allah dalam hidupnya, kearah masa depan yang penuh pengharapan. Melalui katekese, orang dibawah lebih memahami dan mengalami karya keselamatan Allah yang dilaksanakan dalam kenyataan hidup sehari-hari.

Katekese juga membantu semakin bersatu dengan Yesus Kristus dan dengan Gereja, sebagai persekutuan umat beriman, sehingga mereka semakin mampu untuk hidup menurut semangat Yesus Kristus yang datang untuk melayani bukan untuk dilayani.

3. Isi Katekese

Isi katekese adalah warta gembira yaitu Pribadi Yesus Kristus sendiri. Paus Yohanes Paulus II dalam Catehesi Tradendae menyatakan isi Katekese adalah:

Karena katekese merupakan suatu moment atau aspek dalam pewartaan Injil isinya juga tidak dapat lain kecuali isi pewartaan Injil itu sendiri secara menyeluruh. Satu-satunya amanat, yakni pewarta gembira keselamatan yang telah didengar sekali atau ratusan kali dan telah diterima setulus hati, dalam katekese terus menerus dialami melalui refleksi atau study sistematis. Melalui kesadaran akan gema pantulannya dalam kehidupan pribadi seseorang, suatu kesadaran yang meminta komitmen yang semakin penuh dan dengan mengintegrasikannya dalam keseluruhan yang organis dan selaras, yakni prihidup Kristen dalam masyarakat dan dunia (CT, art. 26).

Katekese merupakan suatu proses pembinaan iman yang berpusat pada pribadi Yesus Kristus. Dengan ini dapat dikatakan bahwa Katekese bersifat Kristosentris. Setiap orang yang membantu dalam proses katekese tidak mewartakan diri, namun mengkomunikasikan sabda pengajaran, kehidupan dan seluruh misteri hidup Yesus. Kesaksian Iman yang direfleksikan secara terus menerus mendapat penekanan. PKKI II tidak menyebut isi Katekese secara khusus, namun disana ditulis bahwa:

Dalam katekese umat kita bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus. Pengantara Allah yang berbicara kepada kita dan pengantara kita menanggapi sabda Allah. Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup kita dalam kitab Suci, khususnya dalam perjanjian baru, yang mendasari penghayatan iman Gereja di sepanjang tradisinya (Setyakaryana, 1997: 69).

dalam Gereja. Kesaksian iman umat akan pribadi Yesus Kristus sebagai pola hidup sesuai dengan kitab. Dalam katekese umat memberikan kesaksian iman kepada sesama untuk saling meneguhkan, membantu dan memperkaya. Kesaksian iman ini diwujudkan dalam sikap dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian isi katekese tidak bersifat abstrak, melainkan merupakan pewartaan kabar gembira atau gerakan yang sungguh hidup dan menghidupkan.

4. Pemilihan Shared Christian Praxis (SCP) Sebagai Model Katekese yang Sesuai untuk Pendampinagan Petugas Pastoral Orang Sakit

Untuk membantu mencapai tujuan katekese dapat menggunakan model dan metode yang dapat membantu. Ada beberapa motode dalam berkatekese yang dapat digunakan antara lain, motode penjelasan teks atau metode katekismus, metode penjelasan pokok pikiran, metode munchen, metode menggali pengalaman, metode deduktif-induktif, metode naratif eksperinsial dan dialog partisipatif (Sumarno, 2005: 7-9).

Katekese memiliki beberapa model yang umum digunakan dalam proses pendalaman iman yang dapat membantu dalam proses katekese. Model katekese yang biasanya digunakan dalam pertemuan katekese adalah model pengalaman iman, model biblis, model campuran biblis dan pengalaman hidup serta model Shared Christian Praxis. Metode maupun model katekese pada prinsipnya digunakan untuk mencapai tujuan dalam katekese.

Sebagai usaha untuk membantu meningkatkan pendampingan petugas pastoral orang sakit, dipilih suatu model katekese yang mampu untuk membuka suatu kesadaran baru akan segala pengalaman petugas pastoral dalam mendampingi orang

sakit. Mereka membutuhkan waktu untuk mengkomunikasikan segala pengalaman mereka dalam pendampingan. Pengalaman yang direfleksikan dalam terang iman, membantu petugas pastoral orang sakit dalam aksi nyata, agar petugas pastoral orang sakit dapat memberi suatu kesaksian Iman yang hidup dan sekaligus menghidupkan.

Model katekese yang dipilih menjadi sarana gerakan penyadaran dan pembelajaran yang menekankan dialog, kebersamaan, keterlibatan dan solidaritas. Penggalian pengalaman petugas pastoral dipandang sebagai suatu yang penting dalam penghayatan spiritualitas kongregasi ADM dalam pendampingan. Dengan panggilan pengalaman ini, diharapkan petugas Pastoral lebih mempunyai kedalaman rohani. Maka untuk membantu petugas pastoral meningkatkan semangat pendampingan dengan penghayatan spiritualitas kongregasi ADM, dipilih katekese model SCP ini adalah:

Pertama Model SCP, adalah suatu model katekese yang beroreintasi pada Praxis. Proses pelaksanaan sangat menekankan unsur dialog dan partisipasi dengan maksud mendorong peserta, berdasarkan konfrontasi antara “Tradisi” dan visi hidup mereka dengan “Tradisi” dan “Visi“ Kristiani, agar mereka mampu mengadakan penegasan dan mengambil keputusan dan terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah didalam kehidupan manusia (Groome, 1997: 135). Dengan bertolak dari praxis Jemaat, berorientasi pada Praksis dan bertujuan untuk terwujudnya praksis baru.

Kedua; Model SCP mengunakan model pendidikan yang progresif dan

memiliki keprihatinan pelayanan pastoral yang aktual, sebagaimana dikemukan Groome (1997: 1-4). Tujuan dari karya pastoral ini agar Jemaat dapat semakin

mandiri dan dewasa dalam iman. Mereka didorong untuk menjadi pribadi beriman Kristiani yang aktif dalam hidup beriman dan masyarakat. Syarat utama adalah bahwa langkah pastoral mendorong jemaat untuk bertumbuh dalam imanya.

Ketiga; Model SCP memiliki kekuatan, dengan berpusat pada peserta. Katekese itu dimungkinkan jadi komunikasi pengalaman konkret peserta. Penekanan pada aspek diologis, kebersamaan dalam keterlibatan dan solidaritas. Peserta dihormati sebagai subjek katekese yang otonom dan bertanggungjawab. Setiap orang didorong untuk menjadi subjek atas imannya. Pada langkah–langkah SCP, pengalaman peserta menjadi titik tolak dalam proses katekese. Dinamika langkah-langkah Katekese ini, dapat menyentuh seluruh dimensi hidup peserta secara utuh.

Keempat; Model SCP bersifat komprehensif, karena katekese SCP mempunyai dasar Teologi yang kuat, memperkembangkan ilmu pendidikan, memiliki keprihatinan yang jelas. Akhirnya sebagai sarana SCP bukanlah yang utama, namun peserta yang menghayati imannya (Heryatno, 2007: 1 ).