• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. SPIRITUALITAS KONGREGASI PARA SUSTER AMAL KASIH

D. Perutusan Kongregasi ADM

1. Tugas Perutusan Gereja

D. Perutusan Kongregasi ADM

Pada bagian ini akan dipaparkan tugas perutusan gereja sebagai tubuh Kristus. Bagian kedua khusus melihat keikutsertaan kongregasi ADM dalam tugas perutusan gereja lewat karya-karya yang dikelola oleh kongregasi ADM secara khusus di Indonesia.

1. Tugas Perutusan Gereja

Konsili Vatikan II membicarakan tentang tugas perutusan gereja sebagai suatu yang mendesak. Situasi zaman menuntut keterlibatan gereja untuk memenuhi tugas eskatologinya yang menantikan kedatangan Tuhan yang kedua. Hal ini dapat dilihat dalam pernyataan ini: Gereja dalam Kristus bagaikan Sakramen, yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia. Gereja bermaksud menyatakan dengan lebih cermat kepada umatnya yang beriman dan kepada seluruh dunia, manakah hakekat dan perutusan bagi semua orang. Keadaan sekarang lebih mendesak gereja untuk menunaikan tugas itu, yakni supaya semua orang, yang dewasa ini tergabungkan secara lebih erat berkat pelbagai hubungan sosial, teknis budaya, memperoleh kesatuan sepenuhnya dalam Kristus (LG, art. 1).

Tugas gereja pada dasarnya tidak lain daripada menghayati dan mengamalkan hakikatnya sebagai tanda misteri penyelamatan Allah. Seluruh gereja sebagai persekutuan yang tersusun rapi dan dilengkapi oleh Roh Kudus

dengan berbagai kharisma yang perlu demi pembangunanya, mempunyai tugas menyampaikan keselamatan Kristus kepada semua orang dan bangsa (Kirchberger, 1991: 151).

Menurut konstitusi dogmatis Lumen Gentium tugas yang melibatkan

seluruh gereja itu mencakup tiga tugas Kristus yaitu sebagai nabi, imam dan raja. Seluruh gereja sebagai umat Allah dalam segala tingkatnya mengambil bagian dalam ketiga tugas Kristus tersebut (LG, art. 10-12. 34-36).

Tugas sebagai Imam, tugas ini suatu pengudusan dalam gereja. Seluruh gereja diberi bagian dalam imamat Kristus untuk melakukan suatu ibadat rohani demi kemuliaan Allah dan keselamatan manusia. Ibadat rohani yang dimaksud adalah setiap ibadat yang dilakukan dalam Roh oleh setiap orang Kristen (Kirchberger, 1991: 152). Konkretnya hal ini dapat dialami dalam perayaan sakramen-sakramen, ibadat, adorasi, doa orang sakit dan doa-doa lain. Dalam

pengertian ini Lumen Gentium menandaskan: Semua kegiatan mereka, doa dan

usaha kerasulan, hidup suami-istri dan keluarga, kegiatan sehari-hari, rekreasi jiwa raga, jika dilakukan dalam Roh, malah kesulitan hidup, bila diderita dengan sabar, menjadi korban rohani, yang bisa diterima Allah dengan perantaraan Yesus Kristus (LG, art. 34).

Tugas kenabian gereja adalah pewartaan dan kesaksian iman. Seluruh umat ambil bagian dalam tugas Kristus sebagai nabi, dengan cara yang menyebarkan kesaksian hidup tentang Dia, teristimewah melalui hidup dan cintakasih, dan dengan mempersembahkan kepada Allah kurban pujian buah bibir mereka yang mengagungkan nama-Nya (Kirchberger, 1991: 152).

Tugas gereja yang ketiga adalah mengambil bagian dalam tugas dan martabat Kristus sebagai raja. Tugas sebagai raja mencakup koinonia, diakonia (Suhardiyanto, 2007). Tugas sebagai raja merupakan kekuasaan yang diberikan oleh Kristus. “kekuasaan ini Ia berikan kepada murid-Nya agar mereka juga mengenyam kemerdekaan rajawi dan agar dengan penyangkalan diri dan kehidupan kudus mereka mengalah dosa didalam dirinya, malah agar mereka mengabdi Kristus didalam kerendahan hati dan kesabaran kepada raja, untuk siapa memerintah adalah mengabdi” (LG, art. 36). Dengan pengabdian kepada Tuhan dalam kerendahan hati tiap orang Kristen sudah mengambil bagian dalam kerajaan kehidupan dan kebenaran.

Amalorpavadass (1972: 5) melihat Gereja sebagai komunitas murid-murid Kristus yang berada dalam ketegangan antara kedatangan Tuhan yang pertama dan kedua, antara paskah dan parousia, harus memenuhi fungsinya menjadi sakramen utama dan fundamentil bagi keselamatan manusia. Satu-satunya tindakan yang harus dilakukan sebelum Tuhan datang kembali adalah mewartakan peristiwa-peristiwa Kristus untuk suatu karya keselamatan. Tugas menyelamatkan yang dipikul oleh Gereja itu ada tiga yaitu: kenabian, liturgis dan pengharapan.

Ketiga tugas Gereja ini dipenuhi dengan pelayanan pastoral: pelayanan sabda dengan mewartakan, pelayanan ibadat dengan merayakan, dan pelayanan pengarahan dengan mengorganisir dan mendidik umat Kristus supaya penuh dengan cintakasih dan matang untuk memberikan kesaksian dan pengabdian. Amalorpavadaas menegaskan bahwa “ketiga fungsi ini hanyalah segi atau unsur tugas yang satu belaka. Oleh sebab itu masing-masing saling memerlukan dan memenuhi satu sama lain” (Amalorpavadass, 1972: 5).

Tugas kenabian gereja adalah mewartakan misteri keselamatan kepada seluruh dunia dan mengajak orang menjawab panggilan dan menyambut keselamatan yang ditawarkan. Untuk tugas ini, gereja memenuhi tugasnya dengan pelayanan sabda. Pelayanan sabda adalah tindakan gerejani, suatu fungsi pastoral dan pernyataan istimewa tradisi yang hidup. Melalu itulah sabda Allah disampaikan dengan berbagai cara dan bentuk dengan tujuan membina, mengairahkan dan memupuk iman. Pelayanan sabda senantiasa aktual dan relevan bagi waktu, tempat serta kategori peserta dengan kata-kata yang manusiawi. Pewartaan sabda adalah sebuah pelayanan fundamental atau sebuah tugas Gereja, sebagaimana telah ditunjukan oleh Yesus sendiri semasa hidupnya. Hal ini dapat kita lihat misalnya dalam Mat 4:23; Mrk 13:13 sebagai berikut: “sesudah itu berkelilinglah Yesus di seluruh Galilea, sambil mengajar dalam sinagoga-sinagoga serta memaklumkan kabar gembira tentang kerajaan surga. Ia menyembuhkan segala jenis penyakit dan idapan, yang terdapat diantara rakyat” Gereja dibangun dengan pewartaan injil. Gereja berkembang dari benih-benih sabda hingga keseluruh dunia. Pelayanan sabda dilihat suatu yang sangat penting untuk mempersiapkan dan membimbing kepada liturgi. Liturgi sendiri memuat ibadat sabda, sebuah pewartaan yang sangat sesuai dengan katekese. Pelayanan sabda dan pelayanan kebaktian membutuhkan dan membawa menuju pada pelayanan pengarahan, demi tercapainya saksi nyata dan pengabdian cinta kasih yang rendah hati (Amalorpavadass, 1972: 8). Kegiatan ibadat atau upacara pertama-tama timbul karena adanya kabar gembira yang harus diwartakan. Liturgi Ekaristi timbul justru karena ada liturgi sabda. Liturgi Ekaristi tidak mempunyai arti atau makna tampa liturgi sabda, sebagaimana korban tak berarti pula tampa perjanjian.

Dapat dikatakan, tanpa pelayanan sabda semuanya akan merosot: liturgi menjadi ritual kosong, hukum menjadi legalistis dan yuridis, lembaga menjadi institusional belaka, dan para pastor menjadi pembesar-pembesar administrasi. Kenyataan ini kiranya menyadarkan kita bahwa tugas kenabian tidak bisa diremehkan maupun disalah artikan.

Pelayanan sabda sungguh mendapat tempat yang penting dalam tugas pastoral gereja. Pelayanan sabda mencakup dua tahap yang terpisah dan dialektis sifatnya, bentuk-bentuk, isi dan tujuan yang spesifik pula. Tahap itulah yang dikenal dengan pewartaan injil dan katekese. Dapat dikatakan bahwa katekese sebagai pelayanan sabda mendapat tempat didalam keseluruhan tugas pastoral gereja sekalipun tidak dapat disamakan dengan pewartaan injil.

Katekese adalah salah satu bentuk kerygma gereja. Kerygma atau pelayanan

sabda bersama dengan fungsi-fungsi gereja yang lain (Diakonia, Koinonia, dan

Liturgia) merupakan usaha gereja dalam menjawab keprihatinannya dalam melayani Kerajaan Allah. Dengan melayani Kerajaan Allah, gereja sepenuh hati menginginkan dan mengusahakan terwujudnya keselamatan seluruh umat manusia secara utuh seperti dikehendaki dan direncanakan Allah. Salah satu fungsi gereja adalah kerygma yang merupakan bagian dari keseluruhan karya Pastoral gereja. Dengan demikian katekese termasuk salah satu bentuk dan sekaligus salah satu momen karya pastoral gereja. Berkaitan dengan hal ini katekese perlu ditempatkan dalam konteks keseluruhan karya Pastoral Gereja (Adisusanto, 2000b: 1).

Menurut Adisusanto (2000a: 1), “Katekese bukanlah merupakan hal yang mati, tetapi kegiatan gereja yang berkembang sesuai dengan zamanya”. Dalam konteks gereja zaman sekarang, katekese didasarkan dan dipengaruhi oleh

Konsili Vatikan II. Dalam perkembangan katekese sesuai dengan zaman sekarang, katekese berhubungan dengan evangelisasi (keseluruhan kegiatan pewartaan dan kenabian gereja, dalam arti luas). Sebagai salah satu bentuk pewartaan gereja,

katekese merupakan bagian integral dari fungsi integral dari fungsi kerygma

gereja, yakni pelayanan sabda atau karya kenabian, bersama dengan yang lain seperti evangelisasi, khotbah, teologi (Adisusanto, 2000a: 27).

Katekese sebagai suatu bentuk pelayanan sabda yang dilakukan oleh gereja untuk memperdalam iman umat baik sebagai perorangan maupun kelomppok. Menurut faham gereja zaman sekarang dan sesuai dengan ajakan Apostolik Evangeli Nuntiandi evanggelisasi meliputi seluruh pewartaan dan kesaksian gereja tentang kabar gembira, dan dalam arti ini katekese merupakan salah satu bentuk evanggelisasi. Tugas katekese untuk selalu mengusahakan terciptanya pertobatan.

2. Perutusan Kongregasi ADM Indonesia