• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PENDAMPINGAN PASTORAL DI RUMAH SAKIT

G. Pelaksanaan Pendampingan Pastoral bagi Pasien di

3) Pedoman Pokok Pelayan

Tim kerja yang solid serta mengembangkan religiositas atau spiritualitas pelayanan kesehatan.

c. Tujuan Rumah Sakit Palang Biru Gombong

Yayasan Swana Santa adalah lembaga sosial gereja katolik yang bernaung di bawah kongregasi Suster-suster Amalkasih Darah Mulia. Didayai oleh karya cinta kasih Allah dan diresapi oleh spiritualitas Suster-suster Amalkasih Darah Mulia, Yayasan Swana Santa searah dengan cita-cita dan tujuan kongregasi suster-suster Amalkasih Darah Mulia, tergerak hatinya untuk mengabdikan diri demi terwujudnya pelayanaan pembelaan hidup sampai tuntas dengan semangat komunio, profesional, holostik, hospitality bagi seluruh lapisan masyarakat terutama yang miskin, tanpa membedakan suku, bangsa, agama dan status sosial ekonominya, dalam rangka melibatkan diri dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, menyelenggarakan pelayanan kesehatan, atas dasar terang iman kristiani, pancasila dan Undang-undang dasar 1945 (Paula, 2011: 1).

Yayasan Swana Santa merupakan Institusi, yang tidak semata-mata bertujuan memupuk keuntungan finansial/ materi, peduli kepada mereka yang miskin, senantiasa menjunjung tinggi martabat manusia dan nilai-nilai manusiawi serta senantiasa mengupayakan kesejahteraan bagi semua orang yang berkarya bersamanya.

Yayasan Swana santa dan semua orang yang berkarya bersamanya termasuk yang terhimpun dalam wadah Serikat Pekerja Palang Biru senantiasa berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional, holistik dan dengan semangat yang dilandasi kasih Allah, dalam suasana persaudaraan sejati,

bertanggung jawab penuh keiklasan, jujur, adil dan saling menghormati hak serta kewajiban (Paula, 2011: 1).

d. Tim Rumah Sakit Palang biru Gombong

Tim Rumah sakit palang biru Gombong, secara administratif bertanggung jawab kepada wakil Direktur pelayanan umum dan keuangan. Secara fungsional bertanggung jawab kepada kepala bagian sumber daya manusia untuk kegiatan social secara tepat. Secara organisasi petugas pastoral orang sakit merupakan bagian kerohanian para suster ADM. Maka karya kongregasi suster-suster ADM tidak hanya berhubungan dengan pasien tetapi juga bagi karyawan-karyawati di Rumah Sakit Palang biru Gombong. Petugas pastoral orang sakit bersentuhan langsung dengan pasien rawat inap maupun kerohanian karyawan-karyawati secara lebih umum. Petugas pastoral orang sakit secara rutin setiap hari mengunjungi pasien rawat inap (opname) dan sekaligus melaksanakan pendampingan pada pasien teristimewa pada pasien yang sangat membutuhkan. Dalam pendampingan ini petugas pastoral biasanya memberikan perhatian dan mendoakan pasien. Berbagai doa-doa dan pelayanan rohani diberikan kepada pasien oleh petugas pastoral. (Paula, 2011: 21).

e. Keberadaan Pendamping Pastoral Orang Sakit Rumah Sakit Palang Biru Gombong

Pendamping pastoral Rumah Sakit Palang Biru Gombong terdiri dari dua orang. Dalam pendampingan terhadap pasien petugas pastoral care menjalin

kerjasama yang baik. Mereka sangat terbantu dengan kehadiran mereka satu sama lain.

1) Petugas Pastoral Care

Petugas pastoral care orang sakit terdiri dari Sr. Yohanita, ADM dan Ibu Maria dengan latar belakang pendidikan dan keahlian masing-masing. Pendidikan terakhir petugas pastoral minimal SMA dan pengalaman dalam pendampingan pada umumnya sekitar 1-5 tahun. Semangat pelayanan mereka juga didukung oleh motivasi mereka sebagai suster ADM dan sebagai pelayanan kasih kepada sesama. Dalam pendampingan Sr Yohanita lebih pada pendekatan personal terhadap pasien kunjungan dari ruangan ke ruangan sedangkan Ibu Maria lebih pada memberi renungan dan siaran. Kegiatan yang dibuat oleh petugas pastoral care, doa keliling ruangan, memberikan komuni bagi yang membutuhkan.

2) Tenaga Volunter

Petugas pastoral yang dengan sukarela memberi perhatian dan pendampingan kepada pasien Rumah Sakit Palang Biru Gombong. Mereka ini para Suster ADM Lansia. Kemungkinan besar ini disebabkan oleh semangat pelayanan para suster Lansia yang dapat memelihara, memperhatikan, merawat, mendengarkan, mendoakan, menghibur, serta lebih memberi perhatian dan kasih pada orang yang menderita. Kehadiran dan perhatian dapat memberikan harapan serta cinta yang menghidupkan bagi para pasien yang didampingi. Pelayanan yang diberikan oleh para suster yang lanjut usia sungguh dijiwai oleh semangat persaudaraan dan kegembiraan.

Untuk lebih jelas data mengenai Keanggotaan Petugas Pastoral dapat dilihat pada tabel berikut

No Jenis Kelamin Usia Status Pendidikan Lama Bekerja

1 Perempuan 50 Biarawati SMA 5 Tahun

2 Perempuan 38 Awam SMA 5 Tahun

3 Perempuan 23 Awam SI

Komunikasi

6 Bulan

4. Perempuan 69 Biarawati SPG Volunter

5 Perempuan 63 Biarawati SMA Volunter

Latar belakang pendidikan, ketrampilan dan pengalaman petugas pastoral menjadi hal yang terpenting dalam pendampingan. Selain itu tidak kalah pentingnya suatu kegiatan yang memotivasi dan semangat yang dijiwai kasih kepada Tuhan melalui pelayanan terhadap pasien. Pengetahuan dan ketrampilan dalam pendampingan harus dipadukan dengan spiritualitas sehingga menjadi satu kesatuan dalam diri seorang pendamping.

f. Proses pelaksanaan Pendampingan Pastoral orang sakit

Secara umum semua pihak Rumah Sakit Palang Biru Gombong ikut serta ambil bagian dalam pendampingan terhadap pasien rawat inap maupun keluarga. Masing-masing pihak berusaha memberikan pelayanan penuh persaudaraan dan kegembiraan sesuai dengan ahli mereka serta berjuang untuk memberikan pelayanan terhadap pasien dan keluarga sesuai dengan semangat pelayanan Rumah Sakit

Palang Biru Gombong. Meskipun demikian pendampingan iman terhadap pasien secara khusus dilaksanakan oleh petugas pastoral Care. Dalam proses pendampingan, petugas Pastoral orang sakit kerja sama sehingga mereka mempunyai kesamaan dalam mendampingi pasien, sekalipun dengan cara yang berbeda, namun isi dari pendampingannya sama, yakni membantu pasien agar mengalami kasih Tuhan dan memperoleh kesembuhan secara utuh baik fisik maupun jiwa. Semangat persaudaraan dalam kegembiraan selalu menjiwai petugas pastoral dalam pendampingan, pada setiap kunjungan dan pendampingan, mereka hadir sebagai teman bagi pasien maupun bagi keluarga pasien. Sapaan yang penuh cinta dan persaudaraan kepada pasien maupun kepada keluarga pasien menjadi pintu masuk dalam pendampingan.

Sikap mendengarkan dengan hati juga menjadi suatu tuntutan dalam pendampingan. Melalui sikap seperti ini para pasien dan keluarga merasa sungguh dihargai dan dicinta membuat pasien dapat bercerita dan mengungkapkan segala pengalaman mereka baik pengalaman suka maupun pengalaman duka. Dengan demikian petugas pastoral semakin memahami keadaan pasien. Kehadiran petugas pastoral bukan untuk menasehati, mengurui atau memberi solusi tetapi pendamping hadir sebagai teman untuk menyapa, mendengar, menghibur, mengarahkan dan mendoakan.

Ungkapan dan ekspresi pasien dipahami sebagai jalan untuk lebih mengenal dan memahami situasi pasien sehingga petugas pastoral semakin terbantu dalam pendampingan. Pernah terjadi bahwa pasien yang sakit sebenarnya tidak membutuhkan obat, tetapi yang dibutuhkan oleh mereka adalah didengarkan, diperhatikan dan dimengerti serta diterima dengan penuh cinta. Kekhasan

pendampingan yang berdasarkan Spiritualitas Kongregasi ADM tetap mendapat penekanan. Pendamping hadir dalam kasih persaudaraan dan kegembiraan untuk menyapa, menghibur dan mendengarkan ungkapan hati pasien yang didampingi. Mereka mengolah informasi yang disampaikan pasien baik dari aspek sikap, pola hidup, relasi dan rekonsiliasi untuk mengetahui keadaan pasien. Berikut ini akan dijabarkan proses pelaksanan pendampingan pastoral orang sakit yang dilaksanakan oleh pendamping pastoral orang sakit di Rumah Sakit Palang Biru Gombong.

1). Proses Pendampingan Petugas Tetap

Dalam proses pendampingan pastoral terhadap orang sakit, petugas pastoral setiap hari terlebih dahulu menimba kekuatan dari Sang sumber kehidupan dalam Perayaan Ekaristi di gereja maupun di kapel Susteran ADM Gombong pada pukul. 05.30. Pada pukul 07.00 petugas pastoral berdoa secara giliran dari ruangan ke ruangan kemudian dibacakan renungan maupun diputarkan lagu-lagu rohani melaui Loud spiker di ruangan operator. Bagi yang beragama Katolik biasanya diberikan Tubuh dan Darah Kristus, sebelum penerimaan komuni selalu dimulai dengan ibadat. Kegiatan pendampingan oleh petugas pastoral dilaksanakan setelah doa bersama diruangan doa. Setelah itu pendamping pastoral mencari informasi tentang pasien yang baru masuk diruang perawat. Hal ini penting untuk mengetahui keadaan pasien yang baru masuk dan membutuhkan pendampingan khusus. Pada jam-jam yang telah ditentukan pasien dilayani lewat audio pastoral yang berisikan siraman rohani lewat renungan, lagu, dan doa maupun alunan musik instrument. Petugas pastoral tetap memberikan prioritas dalam kunjungan terhadap pasien yang sangat membutuhkan. Pasien yang datang berobat dirumah sakit Palang Biru

Gombong terdiri dari berbagai agama, suku dan daerah. Untuk itu dibutuhkan pendampingan yang lebih mampu untuk memperhatikan mereka sesuai dengan keberadaan atau keadaan dan kebutuhan pasien. Dengan mengindahkan bahwa sasaran pendampingan adalah seluruh pasien rawat Inap Rumah Sakit Palang Biru Gombong. Maka dengan usaha ini diharapkan proses penyembuhan.

Sekalipun Rumah Sakit palang Biru Gombong berada dibawah kongregasi Suster-suster Amalkasih Darah Mulia, tapi tetap memberi pelayanan bagi orang yang non katolik untuk tetap mendapat pelayanan rohani. Maka dalam proses pendampingan cara pendekatan pendamping kepada pasien berbeda-beda. Dibawah ini dapat dilihat proses pendampingan rawat inap secara umum baik yang beragama katolik maupun yang tidak beragama katolik.

2). Pendampingan Pasien beragama Katolik

Pendampingan Pasien yang beragama Katolik merupakan pelayanan berdasarkan ajaran Gereja Katolik dan tata upacara Katolik. Pasien diupayakan mendapat perhatian dalam bidang kerohanian sebagai anggota Gereja, sehingga mengalami kedamaian, kedekatan dengan Allah dan bersikap pasrah pada Tuhan. Pendamping Pastoral orang sakit bertanggung jawab atas terselenggaranya pelayanan Sakramen serta menyediakan sarana-sarana yang dibutuhkan untuk meningkatkan penghayatan rohani pasien. Jenis pelayanan Sakramen adalah Sakramen perminyakan Suci, Baptis Darurat, Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi. Pelaksanaan penerimaan Sakramen selalu didampingi oleh petugas pastoral orang sakit yang diadakan di ruangan. Untuk penerimaan Sakramen Ekaristi sebelumnya petugas pastoral mencari informasi apakah pasien sudah di baptis dan

menerima Komuni Pertama serta mencari informasi apakah ada halangan dalam menerima Sakramen tersebut. Bila pendamping memukan ada halangan maka dianjurkan agar pasien tersebut menerima Sakramen Tobat sebelum menerima Tubuh Kristus sedangkan pasien yang tidak berhalangan maka nama pasien itu ditulis dan besok akan diberi Tubuh Kristus.

Untuk penerimaan Sakramen Perminyakan Suci, Baptis Darurat dan pengakuan dosa, pasien atau keluarga memberitahu atau menginformasikan kepada petugas Pastoral kebutuhan pelayanan Sakramen yang dibutuhkan. Petugas pastoral terlebih dahulu berkomunikasi dengan pasien maupun keluarga tentang motivasi mereka menerima sakramen tersebut. Dalam situasi tertentu petugas Pastoral harus lebih peka melihat keadaan pasien yang sungguh membutuhkan Sakramen Perminyakan Suci. Ketika dalam pendampingan melihat pasien yang sungguh membutuhkan namun dari pihak mereka tidak ada permintaan maka pendamping pastoral berusaha untuk mendekati pasien maupun keluarga dan mengupayakan untuk memberi sakramen sehingga tidak terlambat.

Sebelum menerima Perminyakan Suci pasien dan keluarga diharapkan sudah siap untuk menerima Sakramen tersebut. Bila pasien dan keluarga tidak memahami makna penerimaan Sakramen tersebut maka petugas pastoral mengadakan pendampingan dan memberi pengertian makna dari Sakramen Perminyakan Suci. Kadang pemahaman yang kurang tepat ada dalam diri pasien dan keluarga pasien. Mereka berpikir bahwa orang yang menerima Sakramen perminyakan Suci adalah orang yang mau meninggal. Pemahaman dan pendampingan yang diberikan kepada pasien dan keluarga membantu mereka agar lebih siap dalam menerima dan menghayatinya.

Penerimaan Sakramen Perminyakan Suci disiapkan oleh petugas bekerja sama dengan perawat di ruangan pasien. Petugas pastoral mempersilahkan apabila pasien mau menghubungi pastor yang mereka inginkan. Tetapi kalau mereka menyerahkan kepada petugas pastoral, maka petugas pastoral yang akan mencari imam yang akan memberikan pelayanan Sakramen. Dalam acara seperti ini sedapat mungkin keluarga hadir dan didampingi oleh petugas pastoral. Setelah itu petugas pastoral mencatat data-data pasien yang menerima Sakramen perminyakan Suci untuk membuat surat keterangan bahwa umat yang bersangkutan telah menerima Sakramen perminyakan Suci di Rumah Sakit Palang Biru Gombong. Surat ini dikirimkan kepada pastor Paroki pasien yang bersangkutan.

Bagi pasien yang krisis dan membutuhkan Sakramen Perminyakan Suci namun keluarga tidak ada di tempat atau belum siap maka petugas Pastoral yang bertanggung jawab, memberitahu dan memberi pengertian kepada keluarga. Kalau pihak keluarga tidak memungkinkan untuk ditunggu atau belum bisa dan belum siap, maka petugas pastoral yang mengambil kebijakan untuk mengadakan penerimaan Sakramen terhadap pasien. Dalam situasi demikian harus dibuat kebijakan tanpa menunda-nunda demi kebutuhan mendesak pasien. Petugas pastoral mendatangkan pastor untuk menerimakan Sakramen perminyakan Suci. Setelah acara penerimaan Perminyakan Suci selesai , petugas pastoral membuat surat pemberitahuan kepada pastor Paroki, bahwa pasien yang bersangkutan telah menerima Sakramen Perminyakan Suci.

Pasien yang menerima baptis darurat, sebelumnya sudah dikomunikasikan kepada petugas pastoral oleh keluarga pasien atau perawat. Pelayanan baptis darurat diusahakan kalau ada Imam, tetapi kalau Imam tidak ada maka petugas pastoral

yang membaptis bersama keluarga. Kadangkala baptis darurat dibuat atas kebijakan petugas pastoral maupun perawat ruangan dengan melihat situasi pasien. Pada waktu tertentu perawat juga yang melaksanakan baptis darurat ketika melihat kondisi pasien yang tak dapat ditunda. Mereka kemudian membuat catatan pada buku pasien dan membuat surat pemberitahuan kepada Pastor paroki bahwa pasien yang bersangkutan telah menerima Sakramen baptis di Rumah Sakit Palang Biru Gombong.

Penerimaan Sakramen Tobat sering diterimakan sebelum menerima Sakramen Perminyakan Suci. Pasien yang menerima Sakramen Perminyakan Suci biasanya ketika keadaanya masih sadar dan petugas pastoral menganjurkan untuk menerima Sakramen Tobat. Setelah mengaku dosa barulah pasien tersebut menerima Sakramen Perminyakan Suci. Dalam pendampingan ditemukan pasien yang rindu menerima Sakramen Tobat, pasien seperti ini didampingi agar mereka dapat menerima Sakramen Tobat. Petugas Pastoral dalam pendampingan kadang menemukan bahwa pasien perlu untuk rekonsiliasi, maka mereka disarankan untuk menerima Sakramen Tobat. Pasien yang menerima Sakramen Tobat biasanya semakin semangat dan merasa damai dalam hidup mereka.

3). Pendampingan Pasien yang tidak Beragama Katolik

Dalam pelayanannya kepada para pasien, petugas pastoral dirumah Sakit Palang Biru Gombong tetap melayani pasien non Katolik seperti Islam, Kristen Protestan dan penganut agama lainnya dengan baik. Petugas pastoral siap menjadi teman dengan menyapa, mendengar dan berbagi pengalaman dalam mendampingi mereka. Mereka tetap mendapat perhatian dalam pelayanan rohani sesuai dengan iman

kepercayaan mereka. Dengan pendampingan dan pelayanan tersebut pasien dapat merasakan kedekatan dengan Tuhan sehingga pasien dan keluarga merasa tenang dan nyaman karena didampingi.

Petugas pastoral bertanggung jawab mengusahakan pelayanan rohani bagi semua pasien. Hal ini diwujudkan dengan sikap siap sedia bila diminta untuk mendoakan pasien. Pasien maupun keluarga dimotivasi untuk tetap setia, menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran yang dianut pasien tersebut.

Jika pasien dalam situasi kritis, maka petugas pastoral dianjurkan untuk memanjatkan doa sesuai dengan keyakinan pasien atau mengajak salah satu keluarga untuk memimpin jika pasien itu tidak beragama katolik. Kemungkinan lain menghubungi pembimbing rohani pasien atau pemimpin agama mereka untuk mendoakan pasien dan meneguhkan keluarga.

Pasien yang beragama Protestan, kadang meminta petugas pastoral untuk mendoakan jika menghadapi situasi krisis. Petugas pastoral juga mempersilahkan mereka memanggil Pendeta untuk memimpin doa bersama. Petugas pastoral mempersiapkan apa saja yang mereka perlukan dan mendampingi mereka dalam doa, kecuali kalau mereka ingin berdoa sendiri. Setelah doa petugas pastoral mencatat dalam buku pasien bahwa telah didoakan bersama untuk ujub pasien. Petugas pastoral harus menjalin relasi yang baik dengan petugas medis diruangan, sehingga dengan demikian dapat mengetahui keberadaan pasien dan kebutuhan mereka secara khusus dalam hal rohani. Dalam hal ini perawat diruangan harus berinisiatif dan peka untuk memanggil petugas pastoral bagi pasien yang membutuhkan pendampingan. Petugas pastoral harus bekerja sama dengan orang yang terdekat dengan pasien yaitu, keluarga pasien. Keluarga pasien dimotivasi agar

menyadari tugasnya untuk mendampingi saudaranya yang sedang sakit dengan sabar dan beriman. Dengan demikian terjadi komunikasi yang baik antara petugas pastoral dengan keluarga pasien tentang keberadaan pasien.

Selain bekerja sama dengan para medis dan keluarga pasien, petugas pastoral tetap menjalin komunikasi yang baik diantara mereka. Maka dalam waktu tertentu mereka membagikan pengalaman sekaligus mereka melihat kembali apa yang telah mereka lakukan dalam pendampingan terhadap pasien. Keterbukaan satu sama lain sangat penting sehingga mereka saling membantu dan saling mendukung. Bila mengalami kesulitan mereka akan mencari jalan keluar.

4). Prioritas Dalam Pendampingan

Pendampingan terhadap pasien rawat inap tidak dapat disama ratakan tapi yang menjadi prioritas sesuai dengan keadaan dan situasi pasien yang membutuhkan. Informasi ini diperoleh dari petugas medis prioritas utama dalam pendampingan adalah pendampingan pasien yang baru masuk, pendampingan pasien operasi, pendampingan pasien krisis dan terasing, pendamping pasien menghadapi ajal dan pendampingan keluarga yang sedang berkabung.

Pendampingan pasien baru bertujuan untuk menyapa pasien agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang baru. Pasien diberi perhatian sehingga merasa dicintai dan dibantu dalam proses pengobatan di Rumah Sakit Palang Biru Gombong.

Pendampingan terhadap pasien menjelang operasi bertujuan agar pasien siap menghadapi tindakan medis sebagai sesuatu yang terbaik pasien yang akan dioperasi sebaiknya harus dikunjungi dan didampingi oleh petugas pastoral

keruangan sehingga siap menjalani operasi. Sering terjadi dari pihak pasien dan keluarga merasa takut dan cemas dengan proses yang akan dijalani. Dengan kehadiran petugas pastoral untuk menyapa, menemani, mendengarkan dan mendoakan, pasien lebih tenang dan siap menjalani operasi. Demikian keluarga akan menjadi tenang dan pasrah dengan tindakan medis yang akan dilakukan terhadap anggota keluarganya. Pendampingan terhadap pasien kritis status terminal bertujuan agar pasien dan keluarga siap menerima kenyataan dengan penuh iman. Pasien dan keluarga juga diharapkan mampu memaknai penderitaan yang dialami, sehingga dapat memetik hikmah dibalik semua peristiwa. Pendampingan terhadap pasien terasing karena kasus psikologis dan spiritual bertujuan agar pasien semakin terbuka dan dapat berpikir logis sehingga mampu menerima persoalan hidup dengan jiwa yang besar. Untuk pendampingan terhadap pasien dengan kasus seperti ini, biasanya petugas pastoral bekerja sama dengan dokter yang dapat membantu proses penyembuhan pasien dari kasus yang dialaminya. Dengan itu pasien diharapkan untuk semakin mencintai hidup yang diberikan Tuhan kepada mereka.

Pendampingan terhadap pasien yang menghadapi ajal bertujuan agar pasien pada sisa hidupnya mengalami kasih Allah sesudah berjuang mengalami penderitaan jasmani mereka siap untuk menghadapi sang pencipta. Dalam situasi seperti ini pasien yang beragama katolik dianjurkan untuk menerima Sakramen Perminyakan Suci. Bagi calon babtis untuk agama Katolik dan Protestan diadakan babtis darurat. Untuk pasien yang beragama lain dianjurkan untuk didoakan sesuai dengan iman dan kepercayaan mereka.

an hati keluarga agar dapat menerima kenyataan bahwa orang yang dicintai telah menghadap Allah Bapa Sang Pencipta. Petugas pastoral menyediakan diri mendampingi keluarga yang berduka. Bagi pasien Kristiani selalu diadakan doa pemberangkatan jenazah yang dipimpin oleh Pastor Paroki, Prodiakon atau Petugas Pastoral. Petugas pastoral menyediakan segala perlengkapan yang perlu dipakai pada saat pemberkatan jenazah (sumber dari petugas pastoral).

5). Kesulitan-kesulitan yang dialami Petugas Pastoral Orang Sakit.

Dalam pendampingan terhadap pasien dan keluarga pasien, petugas pastoral menyadari adanya kesulitan maupun hambatan dalam proses pendampingan tersebut. Kesulitan-kesulitan yang ada tidak hanya dari satu pihak tetapi juga dari berbagai pihak termasuk dari diri mereka sendiri. Kesulitan dalam pendampingan menjadi suatu realita yang harus dihadapi dengan penuh kesabaran, dan kadang menuntut perjuangan dan pengorbanan. Kesulitan-kesulitan itu dapat berasal dari diri pendamping, pasien yang didampingi maupun keluarga, lingkungan Rumah Sakit sendiri maupun pihak luar.

a). Kesulitan dari Pendamping Pastoral itu Sendiri

Dalam pendampingan petugas pastoral menyadari adanya hambatan dari diri mereka yang kurang mendukung dalam pendampingan terhadap pasien, secara mental, kadang mereka belum siap atau mampu mendengarkan segala keluhan pasien. Mendengarkan permasalahan-permasalahan yang sedemikian berat dan kompleks, kadang-kadang ada rasa nyeri, bosan, lelah dan jenuh.

Selain kesiapan mental dan spiritual mereka belum juga memahami pendamping terhadap orang sakit. Pendamping pastoral mengakui bahwa mereka belum sepenuhnya menjiwai tugas pendampingan pastoral orang Sakit, yaitu pendampingan yang dijiwai oleh spiritualitas kongregasi ADM sesuai dengan teladan Ibu Seraphine pendiri kongregasi ADM

b). Kesulitan dari Pihak Pasien dan Keluarga

Petugas pastoral juga mengalami kesulitan dari pihak pasien dan keluarga. Kesulitan dari pihak pasien beraneka ragam karena sikap dan tindakan mereka yang berbeda-beda. Kadang kala keluarga dan pasien sulit didampingi, karena berpikir bahwa pendamping pastoral bertujuan untuk Kristenisasi. Kesulitan ketika berhadapan dengan pasien yang sulit, marah dan keluhan mengenai biaya. Menghadapi Pasien seperti ini petugas pastoral mengalami kesulitan untuk dapat memberi motivasi dan berkomunikasi dengan baik.

Menghadapi pasien yang sedang berada dalam penolakan dibutuhkan kesabaran,