• Tidak ada hasil yang ditemukan

7.2. Kesimpulan

1. Struktur penerimaan daerah sebagian besar masih bersumber dari dana perimbangan, sehingga ketergantungan fiskal daerah kepada pemerintah pusat masih tinggi, meskipun PAD mengalami peningkatan signifikan seiring dengan peningkatan sumber-sumber pajak dan retribusi daerah. Hal ini karena dana perimbangan mengalami peningkatan yang lebih besar, terutama DAU dan Dana Bagi Hasil. Pengeluaran pemerintah daerah masih lebih dominan untuk pengeluaran rutin, dibandingkan dengan pengeluaran pembangunan.

2. Dari Hasil estimasi, dapat disimpulkan:

a. Faktor potensi penerimaan daerah (PDRB), dana perimbangan dari pusat dan kebutuhan fiskal daerah saling mempengaruhi, dan secara bersama berpengaruh terhadap pengeluaran pemerintah daerah.

b. Fenomena flypaper effect terjadi pada pengeluaran daerah (rutin dan pembangunan), dimana terjadi perbedaan respon pengeluaran daerah terhadap peningkatan penerimaan dari berbagai sumber yang berbeda. Respon pengeluaran terbesar terjadi pada perubahan penerimaan DAU. c. Alokasi dana pembangunan sektoral memiliki dampak positif terhadap

pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, IPM, dan pengurangan kemiskinan. Namun demikian, melihat dari struktur pengeluaran daerah dan nilai elastisitas pengeluaran terhadap peningkatan PDB yang relatif kecil menunjukkan bahwa efektivitas pengeluaran pemerintah daerah terhadap perekonomian daerah dan pengentasan kemiskinan masih relatif rendah.

d. Berdasarkan indicator marginal effect dan elastisitas, efektivitas Dana dekon TP sektor pertanian lebih besar dalam mendorong pertumbuhan sektor pertanian dibandingkan dengan dana dari Pemerintah Daerah. 3. Dari berbagai skenario simulasi kebijakan, dapat disimpulkan:

a. Peningkatan komponen penerimaan daerah secara langsung akan meningkatkan penerimaan daerah dan kapasitas fiskal sehingga pengeluaran daerah juga akan meningkat. Peningkatan DAU memiliki dampak paling besar terhadap penerimaan daerah. Sementara

peningkatan pajak dan bagi hasil akan mendorong peningkatan kapasitas fiskal daerah. Peningkatan DAK memiliki dampak terhadap perekonomian yang lebih besar, sesuai dengan peruntukannya yang spesifik pada program tertentu.

b. Simulasi peningkatan komponen penerimaan daerah baik PAD maupun dana perimbangan lebih besar direspon dengan peningkatan pengeluaran rutin. Sementara itu respon perekonomian lebih besar dipengaruhi oleh pengeluaran pembangunan. Dengan demikian, peningkatan penerimaan daerah perlu diikuti dengan reorientasi kebijakan pengeluaran daerah dengan memberikan penekanan pada alokasi anggaran pembangunan agar efektivitasnya meningkat.

c. Efektivitas pengeluaran pemerintah daerah terhadap perekonomian dan pengentasan kemiskinan akan meningkat apabila dilakukan realokasi anggaran rutin ke anggaran pembangunan. Apabila dibarengi dengan keberpihakan terhadap sektor pertanian, dengan memberikan alokasi lebih besar, maka dampak terhadap pengentasan kemiskinan akan lebih besar lagi. Di samping itu, realokasi pengeluaran rutin ke pembangunan juga akan memperbaiki struktur pengeluaran daerah menjadi lebih proporsional antara anggaran rutin (tidak langsung) dan anggaran pembangunan (langsung).

d. Kebijakan afirmatif, dengan memberikan transfer dana perimbangan (misalnya DAU) lebih besar pada Kawasan Timur Indonesia akan mendorong ekonomi daerah yang tertinggal lebih cepat, sehingga akan mengurangi ketimpangan antar daerah, dan juga menghasilkan laju pertumbuhan nasional, penyerapan tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan yang lebih besar.

e. Multiplier sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan lebih besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Keberpihakan kepada sektor pertanian, dengan peningkatan anggaran pembangunan pertanian, baik melalui realokasi anggaran daerah maupun dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan akan dapat meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian daerah dan mempercepat pengentasan kemiskinan.

7.3. Saran

1. Instrumen desentralisasi fiskal yang mengandalkan pada alokasi DAU akan semakin meningkatkan ketergantungan daerah kepada pusat. Untuk itu, peningkatan porsi bagi hasil pajak dan sumberdaya bagi daerah dapat menjadi alternatif kebijakan agar pemerintah daerah lebih mampu membiayai kebutuhan anggarannya. Peningkatan porsi bagi hasil juga akan berdampak yang lebih besar terhadap pembangunan daerah. DAU lebih diposisikan sebagai instrumen penyeimbang untuk aspek pemerataan pembangunan dan pengurangan ketimpangan fiskal antar daerah, sehingga diperlukan peninjauan kembali terhadap formula pendistribusian DAU termasuk ketetapan besaran DAU secara nasional.

2. Peningkatan dana perimbangan tanpa diikuti kebijakan pengeluaran daerah yang baik akan menyebabkan rendahnya efektivitas pengeluaran daerah. Peningkatan efektivitas pengeluaran daerah dapat dilakukan dengan kebijakan realokasi pengeluaran rutin ke anggaran pembangunan, serta keberpihakan kepada wilayah Timur Indonesia dan Sektor Pertanian. Kebijakan ini dapat diimplementasikan dengan pembatasan alokasi dana perimbangan yang diperuntukan untuk pengeluaran rutin dan atau membatasi besaran insentif bagi pegawai dan pejabat daerah serta penekanan pembangunan wilayah tertinggal dan sektor pertanian dalam program pembangunan daerah.

3. Pada kondisi saat ini, dimana sektor pertanian dikelola bersama antara pemerintah pusat dan daerah, peningkatan efektivitas anggaran pada sektor pertanian dapat dilakukan dengan meningkatkan sinergi program pusat dan daerah serta adanya pemilahan secara tegas tugas, tanggung jawab dan kewenangan pusat dan daerah terhadap pembangunan pertanian. Untuk itu diperlukan adanya blue print pembangunan pertanian nasional dan daerah jangka menengah dan panjang yang terpadu, sebagai dasar perencanaan dan impelemntasi program pembangunan nasional dan daerah.

4. Dana Alokasi Khusus dapat lebih mendorong alokasi anggaran pembangunan daerah dan memiliki dampak lebih besar terhadap

perekonomian. Dengan demikian mekanisme DAK (spesific transfer) dapat digunakan sebagai instrumen untuk pelaksanaan program-program strategis nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

5. Penelitian kedepan perlu dilakukan kajian nasional dengan data pada tingkat kabupaten kota dan membandingkan antara anggaran provinsi dan kabupaten, sehingga dapat menggali lebih dalam fenomena desentraslisasi fiskal. Disamping itu, pemilahan DAK menurut sektor atau peruntukannya, juga dapat dilakukan untuk dapat melihat lebih detail pengaruh komponen DAK terhadap perekonomian daerah. Terkait fenomena flypaper effect perlu dilakukan penelitian lebih mendalam terkait penyebab dan dampaknya terhadap keuangan dan perekonomian daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Akai, N. and M. Sakata. 2002. Fiscal Decentraliztion Countributes to Economic Growth: Evidence from State-Level Cross-Section Data for the United States. Journal of Urban Economics, 52:93-108.

Akai, N. Y. Mishimura, and M. Sakata. 2004. Fiscal Decentralization, Economic Growth and Economic Volatility – Theory and Evidence from State-Level Cross-Section Data for the United State. Discussion paper Series No 03-F-2, The Centre for International Trade Studies, Faculty of Economic, Yokohama National University, Yokohama.

Aragon, F.M. 2008. The Flypaper Effect Revisited. the Economic Organisation and Public Policy Programme (EOPP), Suntory and Toyota International Centres for Economics and Related Disciplines (STICERD), London School of Economics and Political Science, London.

Armas, E.B., C.G. Osirio, and B.M. Dodson. 2010. Agriculture Public Spending and Growth: The Example of Indonesia. Economic Premise No 9, Poverty Reduction and Economic Management Network (PREM), The World Bank, Washington D.C.

Auerbach, A.J. 2009. Public Finance in Practice and Theory. University of California, Berkeley.

Aziz, I.J. 2009. Why Decentralization Fiscal Failed: The Role of Institutional Factor. IRSA Book Series on Regional Development Number 7. Cornel University, New Jersey.

Bae, S.S. and R.C. Feiock. 2004. The Flypaper Effect Revisited: Intergovernmental Grants and Local Governance. International Journal

of Public Administration, 27(8 & 9):577–596.

Bahl, R.W. 2002. Fiscal Decentralization in Indonesia: The First Year in Riview and the Challenges Ahead. Center for Institutional Reform and the Informal Sector (IRIS), University of Maryland, College Park.

Bahl, R.W. and J.F. Linn. 1992. Urban Public Finance in Developing Countries, Oxford University Press, Oxford.

Barro, R.J. 1990. Government Spending in a Simple Model of Endogenous Growth. The Journal of Political Economy, 98(5):S103-S125.

Bjornestad, L. 2009. Fiscal Decentralization, Fiscal Incentives, and Pro-Poor Outcomes: Evidence from Viet Nam. ADB Economics Working Paper Series No. 168, Asian Development Bank, Metro Manila.

Bradford, D.F. and W. E. Oates.1971. An analysis of revenue sharing in a New Approach to Collective Fiscal Decisions, Quarterly Journal of Economics 85(3): 416-439

Breuss, F. and M. Eller. 2004. Fiscal Decentralization and Economic Growth: Is There Really Link? Journal for Institutional Comparisons, 2(1): 3-9.

Brodjonegoro, B.P.S. 2003. The Interregional Impact of Fiscal Decentralization in Indonesia: Interregional Social Accounting Matrix Model. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, 4(1):75-100.

Brueckner, J. K. 2005. Fiscal Federalism and Economic Growth. Working Paper Cesifo, No. 1601.

Darsono, M. Tambunan, H. Siregar, dan D.S. Priyarsono. 2008. Analisis Keefektifan Kebijakan Fiskal terhadap Kinerja Sektor Pertanian dengan Penekanan Agroindustri di Indonesia. Forum Pascasarjana, 31(3): 201-214.

Davoodi, H. and H. Zou. 1998. Fiscal Decentralization and Economic Growth: A Cross-Country Study. Journal of Urban Economics, 43: 244–257.

Deller, S. and M. Skidmore. 2008. Is Local Government Spending Converging?

Eastern Economic Journal, 34:41-55.

Desai, R.M., L.M. Freinkman, I. Goldberg. 2003. Fiscal Federalism and Regional Growth: Evidence from the Russian Federation in the 1990s. World Bank Policy Research, Working Paper 3138.

Feld, L.P. and J. Schnellenbach. 2010. Fiscal Federalism and Long-Run Macroeconomic Performance. Working Paper No.10-09, International Studies Program.

Gorodnichenko, 2001. Effects of Intergovernmental Aid on Fiscal Behavior of Local Governments: The Case of Ukraine. Thesis, Economics Education and Research Consortium, The National University of Kyiv-Mohyla Academy, Ukraina.

Greene, W. 2003. Econometric Analysis, 5th Edition. Pearson Education, Inc, New Jersey.

Hayek, F.A. 1945. The Use of Knowledge in Society. American Economic

Review, 35(4): 519-530.

Hines, J. R.Jr and R. H. Thaler. 1995. Anomalies The Flypaper Effect. Journal of

Economic Perspectives, 9(4):217-226.

Huther, J. and A. Shah. 1998. Applying a Simple Measure of Good Governance to the Debate on Fiscal Decentralization. Working paper No. 1894, The World Bank Policy Research, Washington, DC.

Iimi, A. 2005. Decentralization and Economic Growth Revisited: An Empirical Note. Journal of Urban Economic, 57: 449-460.

Inman R.P. 2008. The Flypaper Effect. Working Paper 14579, National Bureau in Economic Research, Cambridge.

Ismail, A.G., Hamzah, M.Z., dan J.T. Ritonga. 2004. Fiscal Decentralization and Economic Growth: Evidence From Selected Muslim Countries. Jurnal

Ekonomi Pembangunan, 9(2):109-116.

Jin, H., Qian, Y., and Weingast, B.R. 2000. Regional Decentralization and Fiscal Incentives: Federalism, Chinese Style. The Center for Research on Economic Development and Policy Reform at Stanford University, England.