• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Uji Hipotesis/Jawaban Pertanyaan Penelitian

3. Keterampilan Proses Sains Peserta Didik pada setiap Indikator a.Observasi

Keterampilan observasi dapat diperoleh peserta didik dengan menggunakan semaksimal mungkin alat indra penglihatan, pendengaran, perasa, dan penciuman. Dengan demikian, peserta didik dapat menemukan fakta-fakta yang relevan dan mampu mencari kesamaan ataupun perbedaan pada objek yang diamati (Wilis, 1986).

Keterampilan observasi dapat diperoleh dalam setiap kegiatan yang dilakukan seperti mengamati gejala percobaan, mengamati video, dan membaca referensi. Berdasarkan sintaks pada model discovery learning, keterampilan observasi dapat ditunjukkan pada sintaks stimulasi dan pengumpulan data. Pada sintaks stimulasi, peserta didik dihadapkan pada kondisi yang menunjukkan masalah, sehingga pada kegiatan praktikum dan teori peserta didik akan terdorong untuk melakukan observasi. Pada sintaks pengumpulan data, peserta didik ditugaskan untuk melakukan kegiatan eksplorasi, pencarian, dan penelusuran dalam rangka mengumpulkan informasi yang relevan. Dengan demikian, secara tidak langsung peserta didik akan melakukan observasi untuk memperoleh informasi yang ia butuhkan.

Hasil pengamatan keterampilan proses sains peserta didik yang berupa observasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan lembar observasi disajikan pada Tabel 12.

60

Tabel 12 Hasil Pengamatan Keterampilan Observasi

No Keterampilan Observasi Kegiatan Rata-Rata Kategori Praktikum Teori

1 Kelas Eksperimen 86% 78% 82% Sangat Baik 2 Kelas Kontrol 75% 88% 82% Sangat Baik Berdasarkan Tabel 12, Keterampilan observasi peserta didik di kelas eksperimen memiliki presentase yang sama dengan kelas kontrol, sehingga keterampilan proses sains peserta didik pada kedua kelas berada di kategori Sangat Baik. Namun, presentase kelas eksperimen pada kegiatan praktikum lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut dikarenakan lembar kerja peserta didik di kelas eksperimen tidak terdapat langkah kerja, sehingga salah satu kelompok di kelas eksperimen mencoba mengamati gejala pada larutan yang dicampur. Aktivitas peserta didik dari kelas eksperimen yang sedang mengobservasi gejala-gejala yang muncul dalam percobaan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Peserta Didik Melakukan Observasi pada Percobaan

Keterampilan observasi pada peserta didik juga dapat ditemukan ketika peserta didik memperhatikan beberapa video yang dapat menjelaskan larutan

61

elektrolit dan larutan nonelektrolit. Aktivitas peserta didik dari kelas eksperimen yang sedang mengamati video dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Peserta Didik Melakukan Observasi pada Video

Keterampilan observasi pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol. Hal tersebut membuktikan bahwa keterampilan proses sains telah dimiliki oleh peserta didik, sehingga tidak ada perbedaan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Penggunaan model discovery learning maupun model non discovery learning pada kedua kelas menghasilkan keterampilan observasi yang baik. Hal tersebut disebabkan karena keterampilan observasi merupakan keterampilan dasar yang telah dimiliki masing-masing peserta didik, sehingga kedua kelas memiliki keterampilan observasi yang sama-sama baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Afif Hafez Zeidan & Majdi Rashed Jayosi (2015) yang mengatakan bahwa mayoritas peserta didik di Palestina memilih pilihan jawaban yang terkait dengan observasi, prediksi dan menghitung dengan benar. Kemampuan observasi dan prediksi merupakan keterampilan yang mudah dibandingkan keterampilan lainnya.

Selain lembar observasi, keterampilan proses sains peserta didik yang berupa observasi dapat diukur dengan soal yang telah dikategorikan berdasarkan indikator

62

keterampilan proses sains. Pada soal essay nomor 3 digunakan untuk mengukur keterampilan mengamati peserta didik. Pada kelas eksperimen, dari 32 peserta didik terdapat 16% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Sedangkan pada kelas kontrol, dari 30 peserta didik terdapat 3% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Hal tersebut membuktikan bahwa keterampilan proses sains peserta didik indikator observasi pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Gambar 4 memperlihatkan cara menjawab salah satu peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa peserta didik kelas eksperimen terbiasa mengamati secara detail, karena jawaban detail berdasarkan hasil pengamatan. Sedangkan peserta didik di kelas kontrol menjawab berdasarkan pengamatan sekilas saja.

Kelas Eksperimen (Model Discovery Learning)

Kelas Kontrol ( Model Kooperatif)

63 b. Komunikasi

Komunikasi merupakan kegiatan peserta didik dalam menyampaikan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan secara lisan maupun tulisan. Peserta didik dituntut untuk menulis dan berbicara secara komunikatif dan efektif (Abidin, 2014). Keterampilan proses sains indikator komunikasi dapat diperoleh peserta didik dengan menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan secara sistematis. Selain itu, peserta didik dapat menggambarkan data yang diperoleh dengan grafik, tabel, dan diagram (Wilis, 1986).

Keterampilan komunikasi dapat diperoleh dalam setiap kegiatan yang dilakukan seperti berdiskusi dan bertanya. Berdasarkan sintaks pada model discovery learning, keterampilan komunikasi dapat ditunjukkan pada sintaks generalisasi. Pada tahap generalisasi, peserta didik membuat kesimpulan yang mampu menjawab masalah yang diberikan oleh guru. Peserta didik dapat membuatan kesimpulan secara lisan maupun tulisan.

Hasil penilaian keterampilan proses sains peserta didik yang berupa komunikasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan lembar observasi disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Hasil Pengamatan Keterampilan Komunikasi

No Keterampilan Komunikasi Kegiatan Rata-Rata Kategori Praktikum Teori

1 Kelas Eksperimen 89% 82% 86% Sangat Baik

64

Peserta didik melakukan keterampilan berkomunikasi dalam setiap kegiatannya. Berdasarkan Tabel 13, keterampilan komunikasi pada kelas eksperimen berada pada kategori Sangat Baik, sedangkan pada kelas kontrol berada pada kategori Baik. Sehingga, keterampilan komunikasi peserta didik di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut membuktikan bahwa model discovery learning dapat memunculkan keterampilan peserta didik yang berupa komunikasi. Dengan model discovery learning, peserta didik memiliki kesempatan berpendapat yang lebih banyak dibandingkan model kooperatif. Karena dengan model discovery learning, peserta didik tidak terpaku pada guru atau student centered. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rose Amnah Abd Rauf, dkk (2013) yang mengatakan bahwa keterampilan komunikasi pada kegiatan diskusi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membentuk rasa percaya diri peserta didik dalam tanya jawab dengan kalimat mereka sendiri. Aktivitas peserta didik dari kelas eksperimen yang sedang mengomunikasikan hasil diskusinya dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Peserta Didik Mengomunikasikan Hasil Diskusi

Selain lembar observasi, keterampilan proses sains peserta didik yang berupa observasi dapat diukur dengan soal yang telah dikategorikan berdasarkan indikator

65

keterampilan proses sains. Pada soal essay nomor 1 dan 2 digunakan untuk mengukur keterampilan komunikasi peserta didik. Soal nomor 1, dari 32 peserta didik di kelas eksperimen terdapat 59% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Kemudian pada soal nomor 2, dari 32 peserta didik di kelas eksperimen terdapat 63% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Sedangkan soal nomor 1 , dari 30 peserta didik di kelas kontrol terdapat 60% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Dan pada soal nomor 2, dari 32 peserta didik di kelas kontrol terdapat 43% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna Hal tersebut membuktikan bahwa keterampilan proses sains peserta didik yang berupa komunikasi pada kelas eksperimen hampir sama dengan kelas kontrol.

c. Klasifikasi

Klasifikasi merupakan keterampilan yang berupa mengelompokkan objek

pengamatan berdasarkan sifat-sifatnya (Trianto, 2010). Klasifikasi dapat berupa

mengidentifikasi suatu sifat secara umum dan mengelompokkan beberapa benda berdasarkan karakteristiknya (Sani, 2016).

Keterampilan klasifikasi dapat diperoleh dalam kegiatan yang dilakukan seperti mengelompokkan data hasil pengamatan dan mengidentifikasi persamaan atau perbedaan sifat dari semua objek. Berdasarkan sintaks pada model discovery learning, keterampilan klasifikasi dapat ditunjukkan pada sintaks pengolahan data. Pada sintaks pengolahan data, peserta didik mengolah data dan informasi yang telah diperoleh berdasarkan hasil observasi, yang kemudian diklasifikasikan berdasarkan sifatnya.

66

Hasil penilaian keterampilan proses sains peserta didik yang berupa klasifikasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan lembar observasi disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Hasil Pengamatan Keterampilan Klasifikasi No

Keterampilan Klasifikasi Kegiatan Rata-Rata Kategori Praktikum Teori

1 Kelas Eksperimen 90% 81% 86% Sangat Baik

2 Kelas Kontrol 81% 77% 79% Baik

Berdasarkan Tabel 14, keterampilan klarifikasi di kelas eksperimen berada pada kategori Sangat Baik, sedangkan di kelas kontrol berada pada kategori Baik. Sehingga, keterampilan klarifikasi peserta didik di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan model discovery learning mampu meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik yang berupa klasifikasi.

Selain lembar observasi, keterampilan proses sains peserta didik yang berupa klasifikasi dapat diukur dengan soal yang telah dikategorikan berdasarkan indikator keterampilan proses sains. Pada soal essay nomor 4 dan 5 digunakan untuk mengukur keterampilan klasifikasi peserta didik. Soal nomor 4, dari 32 peserta didik di kelas eksperimen terdapat 69% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Kemudian pada soal nomor 5, dari 32 peserta didik di kelas eksperimen terdapat 22% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Sedangkan soal nomor 4 , dari 30 peserta didik di kelas kontrol terdapat 50% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Dan pada soal nomor 5, dari 30 peserta didik di kelas kontrol

67

terdapat 7% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Dengan demikian, keterampilan proses sains peserta didik yang berupa klasifikasi pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan Gambar 6, terlihat bahwa peserta didik kelas eksperimen mengklasifiikasi data secara detail. Sedangkan peserta didik di kelas kontrol mengklasifiikasi data terpaku pada informasi yang terdapat di soal.

Kelas Eksperimen (Model Discovery Learning)

Kelas Kontrol (Model Kooperatif)

68 d. Prediksi

Prediksi merupakan keterampilan yang berupa meramalkan hasil-hasil yang

mungkin terjadi dari suatu percobaan. Peramalan tersebut dapat diperoleh dari

pengamatan dan inferensi sebelumnya (Trianto, 2010). Sebelum melaksanakan praktikum, peserta didik diminta untuk memprediksi hasil yang mungkin terjadi.

Keterampilan prediksi dapat diperoleh dalam kegiatan yang dilakukan seperti mengungkapkan apa yang mungkin terjadi dan mengidentifikasi masalah melalui pengamatan. Berdasarkan sintaks pada model discovery learning, keterampilan prediksi dapat ditunjukkan pada sintaks identifikasi masalah. Pada sintaks identifikasi masalah, peserta didik diberikan kesempatan untuk mengidentifikasi masalah yang relevan pada materi pembelajaran.

Hasil penilaian keterampilan proses sains peserta didik yang berupa prediksi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan lembar observasi disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Hasil Pengamatan Keterampilan Prediksi

No Keterampilan Prediksi Kegiatan Rata-Rata Kategori Praktikum Teori

1 Kelas Eksperimen 78% 76% 77% Baik

2 Kelas Kontrol 72% 71% 72% Baik

Berdasarkan Tabel 15, keterampilan prediksi peserta didik di kelas eksperimen dan kelas kontrol berada pada kategori baik. Namun, rata-rata presentase di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Sehingga, keterampilan proses prediksi peserta didik di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas

69

kontrol. Keterampilan prediksi dapat diperoleh melalui kegiatan praktikum maupun teori. Guru meminta peserta didik untuk mengungkapkan apa yang mungkin terjadi pada percobaan maupun pada video yang ditampilkan oleh guru. Dengan demikian, peserta didik akan memiliki keterampilan proses sains yang berupa prediksi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rose Amnah Abd Rauf, dkk (2013) yang menyatakan bahwa guru harus memberikan kesempatan peserta didik agar keterampilan proses sains peserta didik yang berupa prediksi dapat tebentuk.

Selain lembar observasi, keterampilan proses sains peserta didik yang berupa prediksi dapat diukur dengan soal yang telah dikategorikan berdasarkan indikator keterampilan proses sains. Pada soal essay nomor 5 digunakan untuk mengukur keterampilan prediksi peserta didik. Soal nomor 5, dari 32 peserta didik di kelas eksperimen terdapat 22% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Sedangkan soal nomor 5, dari 30 peserta didik di kelas kontrol terdapat 7% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Berdasarkan jawaban peserta didik, keterampilan proses sains peserta didik yang berupa prediksi pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Dengan demikian, penggunaan model discovery learning mampu meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik yang berupa prediksi.

e. Inferensi

Inferensi merupakan kesimpulan sementara yang sering dilakukan oleh ilmuwan setiap melakukan penelitian. Contoh keterampilan inferensi meliputi

70

mengaitkan pengamatan dengan pengalaman atau pengetahuan sebelumnya dan

mengajukan penjelasan untuk melaksanakan pengamatan (Trianto, 2010).

Keterampilan inferensi dapat diperoleh dalam kegiatan yang dilakukan seperti menginterpretasikan data yang diperoleh, membuat kesimpulan sementara dan memisahkan informasi yang tidak essensial dengan tepat. Berdasarkan sintaks pada model discovery learning, keterampilan inferensi dapat ditunjukkan pada sintaks verifikasi. Pada sintaks verifikasi, peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan keseimpulan sementara yang telah ia peroleh.

Hasil penilaian keterampilan proses sains peserta didik yang berupa inferensi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan lembar observasi disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Hasil Pengamatan Keterampilan Inferensi

No Keterampilan Inferensi Kegiatan Rata-Rata Kategori Praktikum Teori

1 Kelas Eksperimen 86% 83% 85% Sangat Baik

2 Kelas Kontrol 67% 78% 73% Baik

Berdasarkan Tabel 16, keterampilan inferensi peserta didik di kelas eksperimen berada pada kategori sangat baik, sedangkan pada kelas kontrol berada pada kategori baik. Sehingga, keterampilan inferensi peserta didik di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Selain itu, pada kegiatan praktikum, keterampilan inferensi lebih tinggi dibandingkan kegiatan teori. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdullah Aydin (2013) yang menyatakan bahwa pada kegiatan praktikum keterampilan inferensi merupakan

71

keterampilan yang paling menonjol, karena keterampilan inferensi memiliki tingkat penguasaan yang tinggi. Keterampilan ini merupakan keterampilan membuat kesimpulan yang diperoleh dari pengamatan sebelumnya.

Selain lembar observasi, keterampilan proses sains peserta didik yang berupa inferensi dapat diukur dengan soal yang telah dikategorikan berdasarkan indikator keterampilan proses sains. Pada soal essay nomor 1, 2, 3, 5, 6, dan 7 digunakan untuk mengukur keterampilan prediksi peserta didik. Soal nomor 1, 2, 3, 5, 6, dan 7 dari 32 peserta didik di kelas eksperimen secara berturut-turut terdapat 59%, 63%, 16%, 22%, 9%, dan 3% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Sedangkan soal nomor 1, 2, 3, 5, 6, dan 7 dari 30 peserta didik di kelas kontrol secara berturut-turut terdapat 60%, 43%, 3%,7%, 7%, dan 0% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna.

f. Mengorganisasikan data dan tabel

Keterampilan ini menyajikan data ke dalam bentuk tabel dan mengorganisasikan informasi yang diperoleh dari percobaan. Dengan demikian, data yang diperoleh dapat dimaknai dengan mudah.

Keterampilan mengorganisasikan data dan tabel dapat diperoleh dalam kegiatan yang dilakukan seperti mengorganisasikan informasi dan menyajikan data hasil pengamatan kedalam bentuk tabel. Berdasarkan sintaks pada model discovery learning, keterampilan mengorganisasikan data dan tabel dapat ditunjukkan pada sintaks pengolahan data. Pada sintaks pengolahan data, peserta didik diarahkan untuk mengorganisasikan data hasil pengamatan ke dalam bentuk tabel.

72

Hasil penilaian keterampilan proses sains peserta didik yang berupa mengorganisasikan data dan tabel pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan lembar observasi disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Hasil Pegamatan Keterampilan Mengorganisasikan Data dalam Tabel

No

Keterampilan Mengorganisasikan

Data dan Tabel

Kegiatan

Rata-Rata Kategori Praktikum Teori

1 Kelas Eksperimen 92% 79% 86% Sangat Baik

2 Kelas Kontrol 85% 73% 79% Baik

Berdasarkan Tabel 17, keterampilan mengorganisasikan data dan tabel peserta didik di kelas eksperimen berada pada kategori Sangat Baik, sedangkan di kelas kontrol berada pada kategori Baik. Sehingga, keterampilan mengorganisasikan data dan tabel peserta didik di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan model discovery learning mampu meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik yang berupa mengorganisasikan data dan tabel.

Selain lembar observasi, keterampilan proses sains peserta didik yang berupa mengorganisasikan data dan tabel dapat diukur dengan soal yang telah dikategorikan berdasarkan indikator keterampilan proses sains. Pada soal essay nomor 5 digunakan untuk mengukur keterampilan mengorganisasikan data dan tabel peserta didik. Soal nomor 5, dari 32 peserta didik di kelas eksperimen terdapat 22% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Sedangkan soal nomor 5, dari 30 peserta didik di kelas kontrol terdapat 7% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Hal tersebut membuktikan bahwa keterampilan proses sains peserta didik yang berupa

73

mengorganisasikan data dan tabel pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Berdasarkan Gambar 7, terlihat bahwa peserta didik kelas eksperimen mengorganisasikan data ke dalam tabel secara detail. Sedangkan peserta didik di kelas kontrol mengorganisasikan data ke dalam tabel terpaku pada informasi yang terdapat di soal.

Kelas Eksperimen (Model Discovery Learning)

Kelas Kontrol (Model Kooperatif)

Gambar 7 Jawaban Keterampilan Mengorganisasikan Data dan Tabel g. Menganalisis data

Agar data hasil pengamatan mudah dipahami, peserta didik perlu mencatat setiap pengamatan secara terpisah. Kemudian, menghubungkan pengamatan terpisah secara tepat agar dapat menemukan suatu pola dalam satu seri pengamatan, sehingga peserta didik dapat mengambil kesimpulan (Dahar, 1986).

Keterampilan menganalisis data dapat diperoleh dalam kegiatan yang dilakukan seperti mengolah data hasil pengamatan dan mencatat setiap hasil

74

pengamatan secara terpisah. Berdasarkan sintaks pada model discovery learning, keterampilan menganalisis data dapat ditunjukkan pada sintaks pengumpulan data dan pengolahan data. Pada sintaks pengumpulan data, peserta didik mengumpulkan data hasil pegamatan. Sedangkan pada sintaks pengolahan data, peserta didik menganalisis data yang telah dikumpulkan.

Hasil penilaian keterampilan proses sains peserta didik yang berupa menganalisis data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan lembar observasi disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18 Hasil Pengamatan Keterampilan Menganalisis Data No Keterampilan

Menganalisis Data

Kegiatan

Rata-Rata Kategori Praktikum Teori

1 Kelas Eksperimen 85% 83% 84% Sangat Baik 2 Kelas Kontrol 79% 83% 81% Sangat Baik Berdasarkan Tabel 18, keterampilan menganalisis data peserta didik di kelas eksperimen dan kelas kontrol berada pada kategori Sangat Baik. Namun, rata-rata presentase di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Sehingga, keterampilan menganalisis data peserta didik di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut membuktikan bahwa penggunaan model discovery learning mampu meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik yang berupa menganalisis data.

Selain lembar observasi, keterampilan proses sains peserta didik yang berupa menganalisis data dapat diukur dengan soal yang telah dikategorikan berdasarkan indikator keterampilan proses sains. Pada soal essay nomor 4 dan 6 digunakan untuk

75

mengukur keterampilan klasifikasi peserta didik. Soal nomor 4, dari 32 peserta didik di kelas eksperimen terdapat 69% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Kemudian pada soal nomor 6, dari 32 peserta didik di kelas eksperimen terdapat 9% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Sedangkan soal nomor 4, dari 30 peserta didik di kelas kontrol terdapat 50% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Dan pada soal nomor 6, dari 30 peserta didik di kelas kontrol terdapat 7% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Hal tersebut membuktikan bahwa keterampilan proses sains peserta didik yang berupa menganalisis data pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol.

h. Merancang eksperimen

Tugas peserta didik ialah merancang percobaan atau investigasi sesuai tujuan percobaan atau pertanyaan yang diajukan. Keterampilan yang termasuk dalam indikator ini meliputi keterampilan menentukan alat dan bahan dan menyusun prosedur percobaan yang akan dilakukan secara mandiri (Sani, 2016). Selain itu, Keterampilan merancang eksperimen juga dapat diperoleh dalam kegiatan yang dilakukan seperti menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis dan menentukan variabel-variabel.

Berdasarkan sintaks pada model discovery learning, keterampilan merancang eksperimen dapat ditunjukkan pada sintaks pengumpulan data. Pada sintaks pengumpulan data, peserta didik mengumpulkan data pengamatan dengan melakukan prosedur kerja agar peserta didik dapat melaksanakan kegiatan praktikum dengan sistematis.

76

Hasil penilaian keterampilan proses sains peserta didik yang berupa merancang eksperimen pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan lembar observasi disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19 Hasil Pengamatan Keterampilan Merancang Eksperimen No Keterampilan

Merancang Eksperimen

Kegiatan

Rata-Rata Kategori Praktikum Teori

1 Kelas Eksperimen 83% 81% 82% Sangat Baik 2 Kelas Kontrol 83% 85% 84% Sangat Baik Berdasarkan Tabel 19, keterampilan merancang eksperimen peserta didik di kelas kontrol dan kelas eksperimen berada pada kategori Sangat Baik. Namun, rata-rata presentase di kelas kontrol terlihat lebih tinggi daripada kelas eksperimen. Hal tersebut menunjukkan bahwa peserta didik masih terbiasa dengan model konvensional yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, selain itu peserta didik masih terpaku oleh guru dalam pelaksanaan percobaan. Namun, selisih rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terlalu jauh. Dengan demikian, penggunaan model discovery learning perlu diterapkan secara bertahap pada kegiatan praktikum, agar keterampilan proses sains peserta indikator merancang eksperimen didik dapat terbentuk secara sempurna.

Selain lembar observasi, keterampilan proses sains peserta didik yang berupa merancang eksperimen dapat diukur dengan soal yang telah dikategorikan berdasarkan indikator keterampilan proses sains. Pada soal essay nomor 8 digunakan untuk mengukur keterampilan merancang eksperimen peserta didik. Soal nomor 8, dari 32 peserta didik di kelas eksperimen terdapat 3% peserta didik yang menjawab

77

benar dengan sempurna. Sedangkan soal nomor 8, dari 30 peserta didik di kelas kontrol terdapat 7% peserta didik yang menjawab benar dengan sempurna. Hal tersebut membuktikan bahwa keterampilan proses sains peserta didik yang berupa merancang eksperimen pada kelas kontrol lebih baik dibandingkan kelas eksperimen.

Keterampilan proses sains yang berupa merancang eksperimen perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kemampuan proses berpikir peserta didik menjadi lebih sistematis dan kreatif. Berdasarkan Gambar 8, peserta didik menjadi lebih kreatif dan tidak terpaku pada perintah guru dalam menyusun prosedur percobaan.