• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Uji Hipotesis/Jawaban Pertanyaan Penelitian

1. Pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery Learning

Proses pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan model discovery learning. Model Discovery learning merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan kemampuan peserta didik secara maksimal untuk menyelidiki pengetahuan secara sistematis, kritis, dan logis. Sehingga, peserta didik dapat menemukan pengetahuan sendiri, menumbuhkan sikap ilmiah peserta didik, dan menghasilkan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku peserta didik (Hanafiah & Suhana, 2012). Model ini terdiri dari enam langkah, yaitu stimulasi/pemberian rangsangan, pernyataan/identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, verifikasi, dan generalisasi (Ratumanan, 2015).

Materi yang digunakan ialah larutan elektrolit dan nonelektrolit. Pelaksanaan penelitian membutuhkan 6x45 jam pertemuan, sehingga penelitian berlangsung selama 4 kali pertemuan dalam 2 minggu.

a. Pertemuan pertama

Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen melaksanakan praktikum dengan alat dan bahan yang telah disediakan. Peserta didik juga diberikan LKPD sebagai acuan dalam pelaksanaan praktikum. Namun pada LKPD kelas eksperimen tidak tercantum rumusan masalah, nama alat, bahan, prosedur percobaan, daftar bahan pada

53

tabel. Sehingga peserta didik dituntut untuk mandiri dalam menemukan sebuah konsep.

Sebelum melaksanakan praktikum, peserta didik diberi arahan mengenai aturan pada praktikum yang akan berlangsung. Kemudian, perwakilan dari masing-masing kelompok mengambil alat dan bahan yang tersedia di meja khusus. Setelah itu, peserta didik mulai melaksanakan praktikum. Setelah selesai menguji daya hantar listrik dari masing-masing larutan, peserta didik, mengisi bagian-bagian yang masih kosong pada LKPD (rumusan masalah, alat, bahan, prosedur percobaan, tabel, kesimpulan), dan menjawab pertanyaan. Selama proses praktikum, observer mengamati beberapa kelompok untuk mengetahui keterampilan proses sains peserta didik.

b. Pertemuan kedua

Pertemuan kedua sangat berbeda dengan pertemuan pertama. Alokasi waktu yang dibutuhkan pada pertemuan ini 1x45 menit. Pada pertemuan ini, peserta didik diberikan video yang dapat memperkuat konsep pada saat mereka melaksanakan praktikum sebelumnya. Guru memberikan beberapa video yang berupa proses suatu larutan dapat menghantarkan arus listrik.

Peran guru pada hari kedua hanya sebagai fasilitator, sehingga peserta didik dapat menemukan suatu konsep secara mandiri. Namun, guru tetap memperbaiki jika peserta didik salah konsep dan memberikan penguatan pada kegiatan penutup. Selama proses pembelajaran, observer mengamati beberapa kelompok untuk mengetahui keterampilan proses sains peserta didik.

54 c. Pertemuan ketiga

Alokasi waktu yang dibutuhkan pada pertemuan ketiga sebanyak 2x45 menit. Pertemuan ketiga hampir sama dengan pertemuan kedua. Pada pertemuan ini, peserta didik diberikan video yang berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar yang dapat menghantarkan listrik serta derajat disosiasi. Setelah penayangan video, peserta didik berdiskusi mengenai soal latihan yang diberikan oleh guru.

Peran guru pada hari ketiga sebagai fasilitator, sehingga peserta didik dapat menemukan suatu konsep secara mandiri. Namun, guru tetap memperbaiki jika peserta didik salah konsep dan memberikan penguatan pada kegiatan penutup. Selama proses pembelajaran, observer mengamati beberapa kelompok untuk mengetahui keterampilan proses sains peserta didik.

d. Pertemuan keempat

Pertemuan terakhir peserta didik mengerjakan soal essay sebanyak 8 soal. Soal ini diadopsi dari Thesis Sri Rejeki Dwi Astuti yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian Terintegrasi untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Sains Kimia Siswa SMA Kelas X pada Materi Larutan

Elektrolit”. Hasil tes digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains dari

masing-masing peserta didik. Setelah mengerjakan soal, peserta didik mengisi angket keterampilan proses yang terdapat 12 pernyataan.

Pada penerapan model discovery learning di kelas eksperimen, terdapat manfaat bagi masing-masing peserta didik, antara lain:

55

a. Peserta didik memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan proses sains, memunculkan ide, dan mengasah kreativitas. Hal tesebut dikarenakan peserta didik menyusun langkah-langkah praktikum dengan sendiri. Selain itu, peserta didik diminta untuk menggunakan alat yang diperlukan saja, sehingga peserta didik akan lebih bijak dalam menggunakan alat.

b. Peserta didik tidak bergantung pada perintah guru maupun petunjuk praktikum, sehingga akan meningkatkan kesadaran peserta didik untuk aktif dan mandiri. c. Wawasan peserta didik menjadi lebih luas, karena peserta didik mencari referensi

tidak hanya dari satu sumber, melainkan dari berbagai sumber. Sehingga, peserta didik terbiasa untuk membaca dan mengolah informasi dari berbagi referensi.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali Gunay Balim (2009) yang mengatakan bahwa model discovery learning mampu membentuk karakter peserta didik menjadi lebih aktif ketika berpendapat dan berdiskusi mengenai konsep yang sedang dipelajari, aktif bertanya, dan mencari informasi dengan sendiri. Dengan kata lain, model discovery learning merupakan salah satu model yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik. Model ini melatih peserta didik untuk mencari dan menemukan solusi dari suatu permasalahan. Oleh karena itu, peserta didik harus ikut berpartisipasi dengan aktif ketika proses pembelajaran berlangsung.

Selama proses pembelajaran model discovery learning terjadi beberapa kendala yang menghambat pelaksanaan pembelajaran. Adapun Kendala tersebut yaitu:

56

a. Proses pembelajaran model discovery learning membutuhkan waktu yang lama. Sehingga pada pelaksanaan praktikum, tidak semua bahan dapat diuji oleh peserta didik.

b. Pengetahuan peserta didik berbeda-beda, sehingga terlihat mendominasi ketika sedang melaksanakan praktikum maupun diskusi. Namun, kerjasama antar anggota kelompok masih terjalin dengan baik.

c. Peserta didik masih terbiasa dengan teacher centered, sehingga ketika sedang kegiatan praktikum, sebagian peserta didik masih merasa bingung dengan apa yang akan mereka lakukan di laboraturium dan hasil apa yang akan mereka dapatkan.

Hal tesebut sesuai dengan hasil observasi pada penelitian yang dilakukan oleh Hilal Aktamis dan Omer Ergin. Dari penelitian tersebut, guru masih terbiasa menjelaskan konsep terlebih dahulu dan selanjutnya melaksanakan praktikum agar peserta didik dapat lebih memahami konsep. Sehingga, peserta didik hanya terpaku pada konsep yang telah diberikan oleh guru sebelumya, dibandingkan menemukan konsep dengan sendiri.