BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.2 Implementasi Program Binjai Smart City Melalui Elektronik Dokter
4.2.1 Isi Kebijakan
4.2.1.6 Keterkaitan Implementasi e-Dokter di Kota Binjai dengan
Implementasi kebijakan akan berhasil jika sebuah kebijakan didukung dengan adanya sumber daya-sumber daya yang memadai.
Sumber daya-sumber daya yang maksimal akan mendukung implementasi yang baik pula. Sumber daya menjadi salah satu kunci kesuksesan proses implementasi kebijakan bagi suatu daerah.
Meskipun meskipun isi kebijakan sudah dikomunikasikan dengan jelas dan konsisten, tetapi apabila sumber daya manusia, sumber daya finansial dan sarana prasarana tidak mendukung dan tidak memadai maka implementasi kebijakan tidak akan berjalan efektif.
Dalam pelaksanaan suatu kebijakan akan berjalan dengan efektif dan lancar apabila di dalam pelaksanaannya dilakukan oleh sumber daya manusia yang mencukupi dan berkualitas dari segi pengetahuan dan kemampuan. Kemudian, sumber daya finansial yaitu anggaran juga menjadi hal yang penting dalam mendukung pelaksanaan program karena segala seuatu selalu berkaitan dengan keuangan, dan sarana-prasarana juga menjadi dukungan dalam
pelaksanaan sebuah program. Pada bagian ini ingin dijelaskan bahwa dalam implementasian program e-Dokter di Kota Binjai, apakah didukung dengan sumber-sumber daya yang tepat dan memadai atau tidak.
Sebagai pelaksana yang ikut mengembangkan program e-Dokter, Dinas kominfo mengungkapkan bahwa sejauh ini masih ada kekurangan dari sumber daya manusia, meskipun sumber daya sarana-prasarana juga telah mendukung. Hal inilah yang diungkapkan salah satu informan di bawah ini:
“Kalau sumber daya dalam program e-government ini, karena kami sudah ditunjuk, ya harapannya sih bisa cukup meskipun sebenarnya kurang untuk mengembangkan aplikasi. Melihat juga masih dalam tahap awal, wajar kalau tidak semua dari dinas kominfo dilibatkan dalam pelaksananya, tetapi bukan berarti yang lain tidak membantu karena tidak ditunjuk, tetapi mungkin tugasnya akan lebih menjadi tanggung jawab kami sebagai SDM yang sudah ditunjuk. Fasilitas yang dibutuhkan untuk keberlangsungan program tersebut sangat banyak ya terutama dalam bidang IT. dan alhamdullillah semuanya meskipun masih dalam tahap awal sudah sangat mencukupi, seperti provider, jaringan, wifi, kabel dan lain-lainnya. Dan semua itu adalah dari anggaran pemerintah kota Binjai dalam menyongsong program Binjai Smart City” (Informasi dari hasil wawancara 24 April 2018, transkrip wawancara hal. 35).
Peneliti juga telah melakukan observasi dan dokumentasi pada 04 April 2018 terkait dengan sarana dan prasarana yang ada di dinas kominfo terutama pendukung untuk program Binjai Smart City khususnya e-Dokter.
Gambar 4.8. Fasilitas Pendukung Program Binjai Smart City Di Dinas Kominfo Binjai
Sumber: Observasi dan Dokumentasi, 04 April 2018
Dari hasil observasi dan dokumentasi yang peneliti dapat, untuk sumber daya-sumber daya berupa fasilitas sudah sangat memadai, mulai dari komputer, jaringan sampai hardware maupun software dalam mendukung pengembangan government terkhusus aplikasi e-Dokter. Namun meskipun di Dinas Kominfo sudah bisa dibilang mencukupi, walaupun ternyata sumber daya-sumber daya di Rumah Sakit baik milik pemerintah maupun swasta serta puskesmas-puskesmas masih belum memadai dalam mendukung program e-Dokter. Seperti yang diungkapkan beberapa informan di bawah ini, yaitu:
“Kalau untuk sumber daya apa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan e-dokter tidak ada yang terlalu signifikan ya, kami memanfaatkan sdm yang ada saja, karena mereka dibagian pendaftaran pasien dan mereka juga paham penggunaan teknologi dan biasa nya juga berhubungan dengan pasien langsung, maka dari itu kami memilih mereka berdua yaitu buk desi dan pak adi sebagai operator e-dokter diRumah Sakit ini.
Kalau untuk pemilihan dokter-dokter spesialis untuk melayani di aplikasi e-dokter yang bisa dipilih itu tidak ada ya, itu adalah pilihan dokter yang namanya termasuk sebagai dokter BPJS saja, tetapi kami maunya dokter-dokter yang ada didalam
aplikasi adalah dokter-dokter yang profesional. Dan untuk anggaran khsusus dari pemerintah tidak ada, kami memanfaatkan komputer dan wifi yang sudah ada saja. Paling fasilitas yang diberikan dari dinas kominfo seberti booklet e-dokter dan banner untuk Rumah Sakit sebagai bentuk sosialisasi kepada masyarakat. dan menurut saya sudah mencukupi dari sdm operator, dokter dan fasilitasnya”
(Informasi dari hasil wawancara 26 April 2018. Transkrip wawancara hal. 36)
Hal yang sama juga diungkapkan informan yang berada di Rumah Sakit swasta, yaitu :
“Dalam pelaksanaan e-dokter kami mebutuhkan banyak sumber daya finasial, Karen untuk kebutuhan untuk menambah jaringan wifi, komputer dan kemudian memberikan honor kepada pegawai yang mengoprasionalkan e-dokter. kalau untuk sumber daya manusia kita bisa saja menunjuknya, namun kan kita harus pikirkan apakah nantinya dengan menambah tugas tambahan ia tidak diberi honor tambahan. Karena berhubung kami juga Rumah Sakit swasta jadi tidak ada anggaran khsus dari Pemerintah untuk e-dokter, paling untuk booklet dan banner, dan akun e-dokter yyang diberikan Dinas Kominfo agar kami bisa menjalankannya” (Informasi dari hasil wawancara 18 April 2018. Transkrip wawancara hal. 37) Begitu juga yang diungkapkan informan yang ada di puskesmas-puskesmas, yaitu:
“Menurut saya sih, sumberday any masih kurang, karena saat ini masih cuma saya yang tahu dan ditunjuk sebagai operator e-dokter, jadi rasanya harus saya yang sosialisasi, yang melayanai dibagian pendaftaran pasien, seharusnya semua sdm juga bisa terlibat dalam pelaksanaan e-dokter. setau saya juga fasilitas yang diberikan pemerintah masih pemberian akun saja, banner dan selebaran tentang e-dokter” (Informasi dari hasil wawancara 02 April 2018. Transkrip wawancara hal. 38)
“Sejauh ini fasilitas yang diberikan masih banner, karena belum terlalu mendesak. Kalau untuk sumber daya manusia yang dibutuhkan dan digunakan dalam e-dokter saya rasa sudah cukup paling ditambah lah dokter spesialis, karena di puskesmas ini tidak ada dokter spesialis, namun yang lainnya perlu pelatihan khusus saja untuk lebih memperjelas tugas yang akan dikerjakan bagi operator e-dokter nantinya. Kalau soal anggaran untuk pelaksanaan e-dokter tidak ada yang diberikan pemerintah” (Informasi dari hasil wawancara 21 April 2018.
Transkrip wawancara hal. 38)
Dari hasil wawancara di atas, peneliti memahami bahwa sumber daya-sumber daya terutama sarana prasarana dalam pelaksanaan e-Dokter belum memadai, ini terlihat dari pengakuan beberapa informan bahwa belum adanya fasilitas yang lebih, selain hanya brosur dan spanduk tentang e-Dokter. Peneliti juga telah melakukan observasi dan mendokumentasikan pada tanggal 04 April 2018, yaitu sarana-prasarana yang ada untuk fasilitas kesehatan baik Rumah Sakit maupun puskesmas, dan ternyata fasilitas pendukung e-Dokter masih minim sekali. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.9. Fasilitas pendukung e-dokter di Rumah Sakit dan Puskesmas-Puskesmas di Kota Binjai
Sumber: Observasi dan Dokumentasi, 04 April 2018
Secara keseluruhan, peneliti menginterpretasikan bahwa isi kebijakan Smart City melalui program layanan e-Dokter dengan indikator sumber-sumber yang digunakan dalam pengimplementasiannya belum sesuai dari harapan kebijakan yang dibuat. Dimana, idealnya bahwa sebuah program bisa berhasil
dilaksanakan apabila didukung dari sumber daya-sumber dayanya yang ada, baik sumber daya manusia, sumber daya finansial dan sarana prasarana. Pada pelaksanaan e-Dokter di Kota Binjai untuk sumber daya manusia masih perlu adanya tambahan, dimulai dari tim pelatihan aplikasi e-Dokter, tim sosialisasi, tim yang melayani pasien dan tim yang memonitoring. Kemudian, minimnya sumber daya finansial yang juga menyebabkan sarana prasarana tidak bisa terpenuhi baik di Rumah Sakit maupun puskesmas termasuk tambahan insentif bagi para pelaksana program karena ini bukan termasuk tugas pokoknya.