BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3.7 Teknik Keabsahan Data
Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Triangulasi adalah suatu pendekatan riset yang memakai suatu kombinasi lebih dari satu strategi dalam suatu penelitian untuk menjaring data/informasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Triangulasi merupakan suatu metode yang dipakai dalam penelitian kualitatif- sering juga dilakukan dalam metode kuantitatif-untuk mengukur validitas dan reliabilitas dalam penelitian kualitatif. Dengan mengumpulkan dan membandingkan multiple dataset satu sama lain, triangulasi membantu meniadakan ancaman bagi setiap validitas dan reliabilitas data. Triangulasi tidak hanya membandingkan data dari berbagai sumber data, akan tetapi juga mempergunakan berbagai teknik dan metode untuk meneliti dan menjaring data/informasi dari fenomena yang sama (Wirawan, 2011:156).
Dalam penelitian dapat dipergunakan 3 jenis triangulasi, yaitu (Bungin, 2011:264) :
1. Triangulasi dengan Sumber Data.
Dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan Moeleong, (2006) : 1). Penilaian hasil penelitian dilakukan oleh responden 2). Mengoreksi kekeliruan oleh sumber data 3). Menyediakan tambahan informasi secara sukarela .4).
memastikan informan dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisis data. 5). Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.
2. Triangulasi dengan Metode
Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dengan metode interview sama dengan metode observasi, atau apakah
hasil observasi sesuai dengan informasi ketika di interview. Begitu pula teknik ini dilakukan untuk meguji sumber data, apakah sumber data ketika di interview dan di observasi akan memberikan informasi yang sama atau berbeda.
3. Triangulasi dengan Teori.
Triangulasi dengan teori menurut Lincoln dan Guba (1981:307 dalam Moeloeng), berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa dengan derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Hal ini dapat dilakukan sebagai pembanding teori dengan menyertakan usaha pencarian teori dan cara lainnya untuk mengorganisasikan data yang mungkin mengarahkan pada upaya penemuan penelitian yang lebih relevan.
Ketiga macam triangulasi diatas, adalah cara peneliti dalam melakukan analisis data dengan menggunakan triangulasi sumber data dan teknik. Triangulasi sumber data dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan data hasil wawancara dari para informan yang dituju.
Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan mengkroscek atau mengecek data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yaitu data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yaitu data yang diperoleh dari wawancara,kemudian dicek dengan observasi dan dokumentasi.
BAB IV
HASI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Program Binjai Smart City melalui e-Dokter
Konsep Smart City adalah sebagai sebuah kota yang dapat menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh warga yang tinggal tetap atau pendatang yang tinggal sementara di kota tersebut untuk berbagai keperluan. Informasi Kota ini didesain dengan mengimplementasikan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi secara menyeluruh, dan digunakan untuk berbagai pelayanan yang dapat diberikan oleh sebuah sistem kota. Dengan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) juga mendorong transparansi publik pada sistem tata kelola pemerintah dan perencanaan yang melibatkan warga kota sebagai salah satu stakeholder. Konsep Smart City dibangun dan dikembangkan dalam enam dimensi, yang meliputi: dimensi ekonomi (smart economy), manusia (smart people), tata kelola (smart governance), mobilitas (smart mobility), lingkungan (smart environment), dan kehidupan (smart living).
Kota Binjai adalah satu-satunya kota yang telah menerapkan konsep Smart City di Sumatera Utara. Pengembangan konsep Binjai Smart City merupakan konsep pengembangan Kota Binjai yang menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh warga yang tinggal tetap atau pendatang yang tinggal sementara di Kota Binjai untuk berbagai keperluan dengan menggunakan berbagai media teknologi. Pengembangan e-Government adalah salah satu komponen pendukung untuk terwujudnya Smart City yang merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan pemerintahan
berbasis elektronik dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik.
Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-Government melalui Inpres Nomor 3 Tahun 2003 sebagai payung bagi seluruh kebijakan di bidang Government. Pengembangan e-Government akan melibatkan berbagai faktor yang memiliki andil dalam penciptaan suatu jasa layanan publik. Seluruh faktor tersebut perlu dirancang dari awal melalui suatu proses perencanaan yang matang agar dihasilkan program pengembangan e-Government yang dapat diterapkan mulai dari faktor kepemimpinan, sumber daya manusia, organisasi, dan sistem manajemen, sarana komunikasi, perangkat keras, perangkat lunak, anggaran, dan lain-lain yang harus dipadukan dengan sebuah perencanaan yang terpadu, holistik, bertahap, realistik, dan terukur.
Dengan mengacu pada Inpres Nomor 3 Tahun 2003, Pemerintah Kota Binjai mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016-2021, dan kemudian menyusun rencana induk pengembangan Smart City Kota Binjai 2016-2021. Di bawah kepemimpinan Walikota Dan Wakil Walikota, yaitu Muhammad Idaham dan Timbas Tarigan, dan membuat Visi Pembangunan Kota Binjai Tahun 2016-2021 “Terwujudnya Kota Cerdas yang Layak Huni, Berdaya Saing dan Berwawasan Lingkungan Menuju Binjai yang Sejahtera,” serta dengan misi pembangunan Kota Binjai Tahun 2016-2021 sebagai berikut :
1. Mewujudkan pemerintahan yang cerdas (smart governance) melalui birokrasi yang berkesinambungan guna mewujudkan tata kelola pemerintah kota yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
2. Membangun sumber daya manusia yang berkualitas (smart people) dengan kualifikasi pintar, sehat, produktif dan sejahtera.
3. Mengoptimalkan produktifitas pergerakkan masyarakat (smart mobility) melalui kualitas infrastruktur daerah yang mampu meningkatkan fungsi ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.
4. Meningkatkan perekonomian kota melalui peningkatan sumber daya alam berkelanjutan dan pengembangan sumber daya manusia yang terampil, kreatif, inovatif, dan produktif (smart economy dan smart environment)
5. Meningkatkan kualitas standar hidup (smart living) dalam aspek kelayakan kesejahteraan, keadilan dan kenyamanan.
Visi pembangunan Kota Binjai Tahun 2016-2021, Kota Binjai sebagai Smart City yang mengambil visi “Terwujudnya Kota yang Menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi Pada Konsep Smart City Binjai Menuju Kota Digital yang Nyaman, Transparan, Aman yang Berkelanjutan dan Menumbuhkan Ekonomi Kreatif, Inovatif dan Produktif Pada Tahun 2021”. Dan mengambil misi dengan dijabarkan sebagai berikut (Rencana Induk Pengembangan Smart City Kota Binjai Tahun 2016-2021) : 1. Peningkatan tata kelola: transparansi, informatif, dan responsive melalui
penerapan e-Government pada setiap SKPD.
2. Peningkatan partisipasi masyarakat pada pembangunan dan perubahan sikap dan budaya yang lebih baik melalui penerapan aplikasi layanan dan pengaduan masyarakat.
3. Peningkatan kemudahan dan kenyamanan akses layanan umum (transportasi, wisata, dan publik servis) baik bagi warga ataupun pengunjung kota Binjai melalui penerapan aplikasi informasi kota.
4. Peningkatan perekonomian kota dengan pertumbuhan digital entrepreneurship dan peningkatan kunjungan dan transit dengan pengupayaan penerapan apliaksi-aplikasi informasi usaha dan jasa yang informatif dan kemudahan dalam mengakses.
Dengan adanya visi-misi tersebut Pemerintah Kota Binjai mengeluarkan Peraturan walikota sebagai dasar untuk melaksanakan Binjai Smart City yang termuat dalam Peraturan Walikota Nomor 53 Tahun 2017 tentang Penyelanggaraan Binjai Smart City , yang diyakini sebagai
pedoman agar semua program Binjai Smart City yang dibuat dapat dilaksanakan berdasarkan peraturan tersebut.
Dalam rangka pembangunan dan pengembangan Binjai Smart City , pemerintah Kota Binjai membuat beberapa program-program dengan salah satu strateginya adalah membangun aplikasi-aplikasi yang telah diidentifikasi sesuai dengan Blueprint sistem aplikasi e-Government untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, dunia bisnis dan lingkungan pemerintahan seperti pada dimensi manusia (smart people) yang menjadi salah satu misi Pembangunan Kota Binjai 2016-2021. Pembangunan sistem aplikasi pada dimensi smart people salah satunya difokuskan pada bidang kesehatan. Aplikasi yang dibuat adalah salah satu program Pemerintah Kota Binjai dalam pengembangan Smart City di Kota Binjai dengan tujuan, pemberi maupun penerima pelayanan pemerintah dapat menjadi sumber daya manusia yang cerdas.
Program Binjai Smart City pada dimensi smart people ini adalah e-Appointment atau yang disebut di Kota Binjai yaitu e-Dokter. E-Dokter adalah program Pemerintah Kota Binjai dalam bentuk e-Government yang menyongsong Kota Binjai Smart City . Dalam rencana induk pengembangan Smart City Kota Binjai 2016-2021, e-Dokter adalah sistem pendaftaran pasien rawat jalan pada Rumah Sakit Daerah, dimana pasien tidak perlu untuk antri panjang menunggu dokter di Rumah Sakit, pasien melakukan registrasi online melalui e-Appontment (e-Dokter), dan pasien akan mendapatkan waktu kunjungan rawat jalan di poliklinik yang dituju.
Tujuannya adalah memudahkan pasien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan secara terukur.
Layanan e-Dokter ini terpusat di jaringan sistem di menara Binjai Comand Center yang berletak di Kantor Walikota Binjai. Dalam pelaksanannya, SKPD terkait dalam fasilitator aplikasi dan jaringan e-Dokter adalah Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai, dan awalnya sebagai pelaksana teknis program e-Dokter adalah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM. Djoelham, dan sebagai pemegang koordinasi fasilitas kesehatan di tingkat Puskesmas adalah Dinas Kesehatan Kota Binjai.
Program Binjai Smart City dengan e-Dokter ini bisa diakses melalui website, dan juga aplikasi Android. Pasien yang ingin berobat harus mendaftarkan data pribadi seperti memasukkan NIK, No KK, No BPJS, Nama, dan Tempat Tanggal Lahir untuk memiliki akun e-Dokter yang nantinya akan digunkan untuk membuat janji pertemuan dengan dokter.
Akun e-Dokter bisa digunakan seterusnya dalam proses pendaftaran pasien e-Dokter. Dalam pengembangannya, e-Dokter versi 1 (satu) ini menawarkan beberapa Rumah Sakit diantaranya Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM. Djoelham, Rumah Sakit Umum Tentara, Rumah Sakit Umum Bidadari, Rumah Sakit Bangkatan dan Rumah Sakit Umum Sylvani Kota Binjai, dan juga menawarkan Puskesmas-Puskesmas faskes tingkat I, yaitu Puskesmas Tanah Tinggi, Puskesmas Kebun Lada, Puskesmas Jati Makmur, Puskesmas H.A.H Hasan, Puskesmas Bandar Senembah, Puskesmas Binjai Kota, Puskesmas Rambung dan Puskesmas Binjai Estate,
serta 138 jumlah dokter yang terdaftar di dalam aplikasi e-Dokter yang dapat dipilih.
Pasien yang menggunakan e-Dokter dapat memilih dokter-dokter sesuai waktu yang tertera di tampilan layar baik di Rumah Sakit ataupun Puskesmas. Pasien yang membuat janji dengan dokter ke Rumah Sakit harus dipastikan memiliki surat rujukan sebagai syarat untuk mendapatkan pelayanan dokter di Rumah Sakit. Setelah memilih dokter, poliklinik dan waktu, pasien bisa mencetak tiket sebagai bukti sudah membuat janji di Rumah Sakit ataupun Puskesmas. Alurnya, pasien e-Dokter datang ke Rumah Sakit atau Puskesmas dengan membawa syarat Fotocopy KTP, Fotocopy KK, Kartu BPJS asli, surat rujukan (jika ke Rumah Sakit), dan juga tiket janji e-Dokter yang sudah dicetak. Setelah itu perawat e-Dokter memeriksa kelengkapan data dan selanjutnya diserahkan ke loket untuk mendapatkan buku riwayat penyakit, setelah itu pasien diarahkan untuk ke poliklinik yang dituju di aplikasi e-Dokter untuk diperiksa dokter, setelah pemeriksaan dokter selesai, pasien diarahkan ke apotek untuk mengambil resep obat. Sejalan dengan e-Dokter ini, pasien tersebut tidak perlu mengantri lama dalam setiap proses nya.
4.2 Implementasi Program Binjai Smart City Melalui Elektronik Dokter (e-Dokter) di Kota Binjai
Pada tahapan kebijakan publik, implementasi kebijakan publik adalah tahapan yang paling penting dan harus dilalui untuk mencapai output dari kebijakan yang telah dirumuskan sebelumnya. Implementasi kebijakan publik merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan
melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan akhir yaitu tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih.
Untuk melaksanakan implementasi kebijakan perlu ditentukan variabel-variabel yang terkait dalam proses pelaksanaaan suatu kebijakan dimaksud. Berdasarkan variabel-variabel tersebut, para implementor akan mengetahui keberhasilan dan kegagalan sebuah kebijakan yang sudah dijalankan, sedang berlangsung atau belum dijalankan. Pada tahap implementasi lainnya akan sangat membantu untuk perbaikan dan penyempurnaan atau evaluasi tahapan implementasi kebijakan dimasa yang akan datang.
Pada bab pembahasan ini, peneliti membahas bagaimana implementasi kebijakan yang saat ini tengah berlangsung dengan menggunakan teori yang disampaikan Merille S.Grindle bahwa sebuah Implementasi Kebijakan akan berhasil atau gagal dengan menentukan sebelumnya konten dan konteks kebijakan yang telah dibuat, yaitu konten/
isi kebijakan, dan konteks implementasi kebijakan. Pelaksanaan kebijakan yang ditentukan oleh isi atau konten dan lingkungan atau konteks yang diterapkan, maka dapat diketahui apakah para implementor kebijakan tersebut telah membuat sebuah kebijakan sesuasi dengan apa yang diharapkan, apa yang dibutuhkan masyarakat dan apakah sebuah kebiajakan
tersebut dipengaruhi oleh suatu lingkungan sehingga tingkat perubahan yang diinginkan terjadi.
Dalam penelitian ini, Implementasi Program Binjai Smart City melalui elektronik dokter (e-Dokter) di Kota Binjai dapat dideskripsikan dengan model analisis kebijakan dari model Merille S. Grindle yang disebut dengan Implementation as A Political and Administration Process. Model ini terdiri dari beberapa variabel yakni :
A. Isi Kebijakan (Content of Policy), dengan indikator sebagai berikut;
a. Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi b. Jenis manfaat yang bisa diperoleh
c. Derajat Pperubahan yang ingin dicapai d. Letak Pengambilan Keputusan
e. Pelaksana Program
f. Sumber-sumber daya yang digunakan.
B. Konteks Implementasi (Context of Policy), dengan indikator sebagai berikut;
a. Kekuasaan, kepentingan-kepentingan dan program dari aktor yang terlibat
b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa c. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana
4.2.1 Isi Kebijakan (Content of Policy)
Dalam membuat sebuah kebijakan maka hal yang paling penting yang perlu diperhatikan adalah isi dari sebuah kebijakan yang dibuat tersebut, dimana isi kebijakan harus dapat bisa memenuhi kebutuhan
kelompok sasaran dari sebuah kebijakan yang dibuat. Isi kebijakan menjadi hal yang paling penting dalam mennetukan keberhasilan implementasinya, karena kualitas kebijakan dinilai berhasil karena telah melalui tahapan penetapan dan penentuan isi kebijakan sebelum dilaksanakan.
Dalam teori implementasi kebijakan Merille S. Grindle juga menetapkan bahwa isi kebijakan menjadi hal yang paling penting dalam implementasiannya, dimana ia mengkategorikan bahwa implementasi kebijakan dapat berjalan apabila isi kebijakannnya memiliki enam kriteria yang ia maksudkan yaitu kepentingan-kepentingan terkait, jenis manfaat yang diperoleh, perubahan yang diinginkan, letak pengambilan keputusan, pelaksana program dan sumber-sumber daya yang digunakan untuk melaksanakan kebijakan. Dalam pelaksanaan implementasi e-Dokter di Kota Binjai ingin dilihat apakah kebijakan e-e-Dokter telah memenuhi enam kategori isi kebijakan yang sesuai dengan teori Merille, berikut ini adalah penjelasan implementasi e-Dokter di Kota Binjai menurut indikator-indikator dari isi kebijakan.
4.2.1.1 Implementasi e-Dokter di Kota Binjai denganKepentingan-Kepentingan Terkait
Kebijakan adalah salah satu cara pemerintah untuk menyelesaikan masalah-masalah kompleks di tengah masyarakat dan juga mengatasi permasalahan di lingkungan internal Pemerintah dengan melibatkan kepentingan-kepentingan dari pihak-pihak tertentu ataupun kepentingan-kepentingan terkait pada tahap implementasi
kebijakan tersebut. Indikator ini juga menjelaskan bahwa kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan dari kepentingan tersebut akan dinilai sejauhmana kepentingan-kepentingan tersebut memberikan manfaat dan membawa pengaruh terhadap implementasinya.
Dalam sebuah program sekelas Smart City , implementasi kebijakan sangatlah berat, apalagi menggunakan konsep e-Government untuk melaksanakannya. Dengan konsep e-e-Government, berarti sebuah Pemerintah harus mampu mengembangkan, mengelola sistem informasi dan komunikasi berbasis teknologi. Kota Binjai adalah kota yang memiliki visi dengan menjadikan Kotanya sebagai Kota yang Smart City , yang selanjutnya pemerintah Kota Binjai membuat Peraturan Walikota Binjai Tahun 2017 Nomor 53 tentang Peenyelenggaraan Smart City , yang salah satu ruang lingkupnya adalah smart government dan smart people.
Dalam sasaran kebijakan Smart City tersebut yang menjadikan kota Binjai sebagai kota smart government dan smart people adalah bagaimana kemudian dengan kebijakan tersebut pemerintah dan masyarakat menjadi cerdas.Disusunlah program Smart City itu salah satunya di bidang kesehatan sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam melaksanakan kebijakan Smart City yaitu dengan membuat aplikasi e-Dokter. Sasaran dari program e-Dokter adalah semua lapisan masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan dokter secara
cepat dan mudah tanpa harus mengantri lama ketika datang ke Rumah Sakit atau Puskesmas.
Dalam penelitian ini, peneliti melihat bahwa sasaran program e-Dokter belum mencakup seluruh kepentingan yang ada, baik kepentingan Rumah Sakit maupun pemerintah, selain dibuat untuk mendukung pengembangan Binjai Smart City saja. Hal ini pula yang diungkapkan informan perencanaan program Binjai Smart City , yaitu:
“Pada awalnya kepentingan membuat perencanaan program e-dokter ini hanya untuk mendukung Binjai Smart City saja, artinya memang dengan mempermudah pelayanan secara online maka masyarakat juga akan terbiasa menggunakannya dalam perkembangan teknologi yang sangat pesat ini dan sejauh ini belum ada kepentingan-kepentingan yang lain.”.
(Informasi dari hasil wawancara hari Selasa, 7 Mei 2018, Transkrip wawancara hal 12).
Hal yang sama juga diungkapkan informan lainnya, yaitu
“Kepentingan e-dokter sejauh ini saya lihat masih mengacu pada pengembangan Binjai Smart City, dan belum lah menjadi kepentingan masyarakat, melihat kondisi sosial masyarakat kota binjai yang tidak semua paham teknologi. Dan sebenarnya kepentingan kami dalam program e-dokter tidak lah terlalu ada, namun pada dasarnya kami ikut mendukung program pemerintah ini dalam pelaksanaan e-dokter di Rumah Sakit kami ini. Karena sejauh ini e-dokter yang diluncurkan pemerintah kota binjai saat ini sifatnya belum manjadi keharusan untuk dijalankan di Rumah Sakit khususnya sylvani, meskipun direktur Rumah Sakit umum daerah yang sudah menjalankan adalah pemilik Rumah Sakit sylvani ini”.
(Informasi dari hasil wawancara hari Rabu, 18 April 2018, Transkrip wawancara hal 15).
Dalam pelaksanaan e-Dokter, kepentingan-kepentingan terkait juga belum terlihat pada dokter-dokter di Rumah Sakit Djoelham dalam melayani pasien e-dokter. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan pada 02 Mei 2018 pukul 11.00 wib, terlihat bahwa dokter-dokter di poli masih belum tepat waktu datang untuk melayani,
padahal pasien sudah menumpuk antara pasien non e-dokter maupun pasien e-dokter untuk dilayani. Informasi ini lah yang dilihat peneliti telah menunjukkan bahwa dokter-dokter belum menaruh adanya kepentingan dalam program e-Dokter, (Informasi dari hasil Observasi, transkrip observasi hal 57).
Sejalan dengan hasil informasi melalui metode dokumentasi dapat dilihat bahwa dalam implementasi e-Dokter di Kota Binjai tidak melibatkan banyaknya kepentingan terutama target group belum terlihat di dalam pengimplementasiannya yang sudah berjalan satu tahun ini, sebagaimana dikemukakan dibawah ini:
Gambar 4.1 Daftar Pasien E-Dokter RS. Djoelham
Sumber: Dokumentasi, 26 April 2018 dan 02 April 2018 Gambar 4.2 Daftar Pemilik Akun E-Dokter
Sumber: Dokumentasi, 26 April 2018 dan 02 April 2018
Dari hasil dokumentasi di atas dapat dilihat bahwa, dalam waktu satu tahun pelaksanaan e-Dokter jumlah pasien yang memesan e-Dokter hanya ada pada satu Rumah Sakit, yaitu RSUD Dr. RM Djoelham Kota Binjai. dan pasien yang memesan e-Dokter dalam rekapitulasi pasien e-Dokter adalah pasien yang berulang, artinya pasien yang berobat dalam satu bulan bisa sampai empat kali, padahal jika dilihat pemilik akun e-Dokter sudah melebihi 500 orang yang mendownloadnya dan mendaftarkan emailnya. (Informasi dari hasil Dokumentasi, transkip dokumentasi hal.81 dan 95 )
Dari hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, penullis menginterpretasikan bahwa pada indikator kepentingan-kepentingan terkait implementasi e-Dokter ini, belum berjalan maksimal sejak ditetapkan isi kebijakan yang sesungguhnya, terutama pada Rumah Sakit Tentara, Rumah Sakit Sylvani, Puskesmas Tanah Tinggi, Puskesmas Rambung, Puskesmas Binjai Kota, Puskesmas Kebun Lada dan Puskesmas Binjai Estate karena peneliti menemukan bahwa belum berjalannya e-Dokter di tempat tersebut. Artinya sejauh ini implementasi e-Dokter belum tergambarkan kepentingan-kepentingan para pelaksana di dalamnya maupun kelompok sasaran yang masih sedikit menggunakan e-Dokter untuk kebutuhan mendapatkan pelayanan kesehatan, sehingga hasil e-Dokter masih jauh dari harapan kebijakan Smart City yang berkembang sebenarnya.
4.2.1.2 Manfaat Implementasi e-Dokter di Kota Binjai
Pada model implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh Merille S. Grindle, variabel kedua dalam menentukan keberhasilan sebuah kebijakan atau program yang dilaksanakan adalah indikator jenis manfaat yang bisa diperoleh. Dari sebuah kebijakan harus bisa ditunjukkan jenis manfaat yang dapat diperoleh sebagai dampak positif jika sebuah kebijakan tersebut diimplementasikan. Pada dasarnya sebuah kebijakan yang dibuat akan lebih mudah untuk diimplementasikan jika memberikan banyak manfaat bagi para pelaksana maupun bagi kelompok sasarannya. Itulah sebabnya mengapa sebuah kebijakan dibuat harus memberikan manfaat bagi banyak kelompok maupun pihak, karena sangat terkait dengan keberhasilan atau kegagalan implementasinya.
E-Dokter adalah salah satu inovasi e-Government pemerintah Kota Binjai dalam mewujudkan misi smart people. Sejalan dengan e-Dokter masyarakat diminta untuk cerdas untuk mendapatkan pelayanan yang cepat dan tidak cenderung legowo. E-Dokter yang dibuat Pemerintah harus juga memberikan manfaat bagi para pihak yang terlibat dalam pengimplemntasiannya.
Dinas Kominfo yang juga dibantu tim pendamping implementasi e-Government di Kota Binjai sebagai Leader dengan landasan MoU Pemerintah Kota Binjai dengan Politeknik Negeri Medan, saat ini sebagai fasilitator aplikasi dan jaringan e-Dokter, Kominfo harus memastikan bahwa dalam pengembangan aplikasi dan
jaringan tidak ada mengalami gangguan, kemudian memastikan juga bahwa e-Dokter bisa diakses oleh semua orang yang ingin menggunakannya.
Dari hasil wawancara peneliti, peneliti mendapatkan informasi
Dari hasil wawancara peneliti, peneliti mendapatkan informasi