• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterlibatan Masyarakat Dalam Penerimaan dan Pemanfaatan Hasil

Keterlibatan masyarakat dalam penerimaan dan pemanfaatan hasil merupakan suatu tahap yang menjadi tujuan dalam sebuah pembangunan. Tahap ini saat dimana masyarakat ikut terlibat dalam merasakan, menikmati hasil dari keberadaan kawasan ekowisata mangrove tersebut.

Partisipasi yang berbasis swadaya memang menjadi salah satu bentuk pembangunan yang efektif. Dengan menggunakan konsep “Swadaya” masyarakat diajak untuk melakukan gerakan berdasarkan pemahaman dari masyarakat itu sendiri, karena jelas bahwa masyarakatlah yang paling memahami dan mengerti bagaimana kondisi keberadaan lingkungan mereka, sehingga bentuk pembangunan ini lebih terasa manfaat dan hasilnya bagi masyarakat maupun pemerintah.

Tahap ini dimulai dengan melihat bagaimana pemahaman masyarakat mengenai hakikat pembangunan, kemudiaan kesediaan masyarakat dalam menerima dan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan, lalu kesediaan masyarakat dalam mengembangkan hasil pembangunan. Pemahaman yang tepat akan tujuan pembangunan akan mempengaruhi semangat partisipasi dari masyarakat tersebut.

Pembangunan merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk yang juga sebagai sumberdaya manusia, pada hakekatnya dilakukan melalui pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Di sisi yang lain sumberdaya manusia memiliki dimensi sebagai subyek dan sasaran pembangunan. Untuk dapat mengelola sumberdaya tersebut dituntut memiliki pengetahuan geografi terutama bagi para perencana dan pelaku pembangunan sehingga dengan demikian akan memahami potensi sumberdaya yang ada dan berbagai pemasalahannya. Seperti hasil penelitian pada masyarakat lingkungan XI Sicanang, Uji korelasi menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara partisipasi masyarakat dalam penerimaan dan pemanfaatan hasil terhadap ketersediaan sumber daya alam (tabel 4.18). Hal tersebut tentu saling berkaitan,

sebab tanpa tersedianya sumber daya mangrove di wilayah tersebut, masyarakat tidak akan bisa melakukan pembangunan kawasan ekowisata dan tidak dapat menikmati hasil dari penerimaan dan pemanfaatan hasil dari keberadaan kawasan tersebut.

Pemahaman masyarakat akan adanya potensi sumber daya mangrove di wilayah mereka memang belum merata. Hasil dari tabel tunggal menyatakan bahwa 58 responden (tabel 4.13) mengetahui secara betul adanya potensi mangrove dan mereka mengetahui persis bahwa potensi sumber daya itu dapat dikelola menjadi kawasan ekowisata, dimana kawasan tersebut dapat dibangun berbagai kawasan usaha seperti membangun restoran terapung yang menyajikan berbagai makanan laut hasil dari tangkapan mereka sebagai nelayan, dapat mengasah kemampuan mereka juga memanfaatkan buah-buah dari tumbuhan mangrove seperti buah nipah, buah jeruju yang dapat dikelola menjadi berbagai jenis makanan seperti kerupuk, dodol, minuman kesehatan dan sebagainya, kemudiaan adanya kawasan tersebut membuka akses bagi mereka untuk bisa mengembangkan usaha mereka lebih tinggi dikarenakan keberadaan mangrove tersebut banyak wisatawan luar daerah mereka yang datang dan menggunakan kapal mereka untuk berkeliling menikmati suasana mangrove di daerah tersebut.

Berbagai manfaat diatas telah dirasakan oleh sebagian masyarakat yang mau terlibat aktif dari dasar perencanaan pembangunan kawasan ekowisata. Hal tersebut seperti pernyataan dari Informan (Lydia) :

“...Manfaat dari mangrove ini ya jelas ada ya Bu, dulu saya ya Cuma ibu rumah tangga biasa dirumah, jaga anak tidur-tiduran nunggu suami pulang ngelaut. Adanya mangrove ini saya kan udah bisa jualan disini jadi udah ada penghasilan juga dari

adanya mangrove ini. Sehari jualan minum-minuman ini bersihnya bisa 100rb Bu, kalau Sabtu-Minggu rame bisa sampai 900rb-an Bu...”

Penerimaan dan Pemanfaatan hasil pada masyarakat lingkungan XI Sicanang memang belum banyak dari segi materi. Sebab mereka mengakui bahwa mereka sampai saat ini masih terus merintis pembangunan mangrove ini. namun untuk waktu ±2 tahun pelaksanaan pembangunan ini cukup pesat dan signifikan.

Setiap bulannya selalu ada yang baru dalam pembangunan kawasan ekowisata ini. Hal tersebut ditopang oleh usaha dari salah seorang masyarakat yang memiliki hati yang begitu antusias terhadap pembangunan ekowisata ini. Sebagai ketua pengelola mangrove informan (Rusmiono) memang memberi pengaruh yang begitu luarbiasa terhadap pembangunan kawasan tersebut. Seperti pernyataannya yang mengatakan :

“...Cerita hasil sebenarnya kalau dari materi belum banyak Bu. Ini asli merintis Bu. Sampai sekarang aja belum ada sepeserpun dana dari Pemerintah untuk pembangunan ini Bu. Itu kalaupun ada foto mereka dan tanda tangan disini hanya sebatas izin Bu. Sebenarnya saya ada niat buat ngajukam proposal Bu, tapi saya pikir-pikir ulang Bu. Saya takut kehilangan semangat anggota- anggota mangrove ini kalau udah ada bantuan Bu. Kalau sekarang kan masih pada gigih dan semangat Bu. Kalau udah dapat bantuan saya yakin ini semua jadi terlena Bu, karena ibaratnya tinggal uang yang kerja kan Bu. Sekarang ya uang pemasukkannya masih terpakai buat kebutuhan pembangunan mangrove semua Bu...”

Informan lainnya (Markus) juga menegaskan :

“...Manfaat dari mangrove ini kalau dari segi uang hasil mangrove belum ada Bu, karena memang masih minus untuk kebutuhan kawasan ini Bu, karena kan masih banyak yang belum dibuat Bu. Niatnya kan ini bakal sampai ada restoran, aula yang bisa dipakai buat acara-acara, untuk foto-foto prawed gitu, jadi uang masuk ke mangrove itu masih dipakai smua untuk itu Bu. Cuma manfaat yang saya dapat dari sini,

saya kan ngelaut Bu, kan banyak orang datang kesini juga pesan-pesan kepiting, udang gitu nah kepiting, udang, ikan yang dimasak itu ya hasil tangkapan kami jadi masarkannya gak sampai ke pasar disini bisa diolah Bu. Apalagi kalau ada acara- acara besar ya banyak kali pemasukkan Bu. Semua ya hasil dari adanya mangrove ini...”

Pernyataan masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat bersedia dalam melestarikan bahkan mengembangkan hasil pembangunan tersebut. Usaha mereka yang terlihat jelas dari bulan ke bulan menunjukkan sikap antusias mereka dalam mencapai target-target yang telah mereka susun bersama.

Dari hanya adanya jalanan yang terbuat dari bambu kini mereka membuat aula yang memiliki ruang cukup luas diatas laut tersebut. Dimana mereka memiliki keinginan bahwa kelaknya kawasan mangrove ini dapat dijadikan tempat-tempat pertemuan rapat, rekreasi bagi pejabat-pejabat negara, sehingga Pemerintah bisa melihat bahwa ada masyarakat-masyarakat yang memiliki kepeduliaan terhadap keberadaaan lingkungan yang perlu dijaga dan dilestarikan sehingga tidak punah dengan begitu saja. Sekalipun mereka hanya masyarakat yang memiliki banyak keterbatasan tetapi mereka ingin membuktikan bukan berarti mereka tidak bisa menghasilkan hal yang berguna bagi diri sendiri, orang lain, masyarakat sekitar maupun negara.

Selain dari masyarakat yang menikmati hasil dari keberadaan mangrove ini secara langsung, terdapat juga sekitar 84 responden (tabel 4.13) yang hanya mengetahui bahwa adanya sumber daya mangrove tersebut namun mereka tidak ikut terlibat langsung dalam menikmati hasil dan manfaat dari adanya kawasan tersebut. Mereka adalah masyarakat sekitar yang hanya tinggal di sekitaran mangrove namun tidak ikut langsung dalam pengelolah kawasan mangrove

tersebut. Sehingga mereka menyatakan mereka memang menikmati manfaat adanya keberadaan mangrove ini diantaranya kawasan mereka jadi ramai dikunjungi oleh masyarakat-masyarakat luar daerah mereka, kehadiran pengunjung di kawasan tersebut secara tidak langsung juga memunculkan rasa bangga bagi mereka melihat khalayak ramai yang berbondong-bondong mengujungi wilayah mereka. Mereka yang juga bertempat tinggal dekat mangrove menikmati hasil jualan mereka semakin meningkat semenjak adanya kawasan ekowisata mangrove tersebut.

Penerimaan dan Pemanfaatan hasil dari adanya kawasan ekowisata ini juga tidak memandang umur responden maupun pendidikan responden (tabel 4.29) Seperti hasil uji kruskal yang menyatakan bahwa tidak terdapat tingkat perbedaan usia maupun pendidikan dalam menerima dan memanfaatkan hasil tersebut. Sehingga penerimaan dan pemanfaatan hasil dari adanya kawasan ini bisa dirasakan semua kalangan usia dan semua golongan pendidikan. Hal tersebut dikarenakan masyarakat yang berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan maupun penerimaan dan pemanfaatan hasil memiliki usia yang beragam dan status pendidikan yang beragam pula sehingga tidak terdapat golongan yang mendominasi dalam pembangunan kawasan ekowisata mangrove ini

Dalam menjaga penerimaan dan pemanfaatan hasil ini bisa tetap dirasakan bersama maka masyarakat melakukan evaluasi setiap sebulan sekali untuk mengetahui bahwa setiap anggota pengelola mangrove tetap merasakan manfaat dari keberadaan kawasan tersebut. Seperti hasil uji korelasi (tabel 4.19) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara penerimaan dan

pemanfaatan hasil dengan faktor keamanan. Dimana masyarakat yang terlibat dalam kelompok pengelola mangrove menyatakan mereka mau bergabung dalam kelompok masyarakat yang dapat menjaga supaya setiap manfaat dari keberadaan kawasan tersebut tetap dirasakan bersama dan mereka menolak jika ada pihak- pihak pribadi yang ingin menguasai kawasan ekowisata tersebut. Hal tersebut dilengkapi dengan pertanyaan informan (Reza) :

“...kami setiap bulan ada dikumpulkan gitu untuk tanya tanya gimana mengenai hasil selama sebulan kak, terus kadang kalau terbentur masalah sesama anggota kami kayak buat musyawarah penyelesaian gitu kak.. ini kan milik rakyat jadi janganlah sampai ada yang mau makan sendiri kak...”

Sekalipun pembangunan kawasan ekowisata tersebut telah berlangsung sekitar 2 tahun, namun belum terdapat konflik yang cukup serius dalam kawasan tersebut sehingga hasil uji korelasi antara penerimaan dan pemanfaatan hasil masih cukup rendah dalam kawasan tersebut. Konflik yang terjadi masih sekitar antara anggota kelompok yang biasanya hanya perkara masalah-masalah individu saja yang diselesaikan oleh musyawarah bersama.