• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketidaktegasan pemerintah terkait dalam pemberian sanksi kepada petugas maupun wajib pajak, sehingga rendahnya kesadaran wajib pajak untuk melaporkan omsetnya

BAB IV HASIL PENELITIAN

HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian

3. Ketidaktegasan pemerintah terkait dalam pemberian sanksi kepada petugas maupun wajib pajak, sehingga rendahnya kesadaran wajib pajak untuk melaporkan omsetnya

Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja para implementor kebijakan mempunyai korelasi yang cukup signifikan, hal ini terlihat pada semakin baik kinerja dan kredibilitas para birokrat dan implementor kebijakan maka semakin baik juga tingkat kesadaran masyarakat akan peraturan yang ada dan begitu pula sebaliknya.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti mengajukan beberapa saran berupa rekomendasi kebijakan, sebagai berikut:

1. Untuk upaya peningkatan kesadaran wajib pajak hotel dengan objek rumah kost lebih dari sepuluh kamar dalam melaporkan pajaknya, perlu kiranya Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah melakukan sosialisasi langsung secara menyeluruh terhadap semua kelurahan ataupun kecamatan yang ada di Kota Cilegon.

2. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon juga perlu kiranya mengadakan tugas belajar D3/ SI untuk jurusan perpajakan.

3. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon juga perlu kiranya menambah jumlah pegawai untuk bagian bidang pajak daerah.

4. Pemerintah Daerah Kota Cilegon melalui dinas terkait, harus tegas dalam melaksanakan mekanisme sanksi bagi para pegawai yang tidak disiplin jam kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Abut, Hiralius. 2005. Perpajakan. Jakarta: Diadit Media.

Alwasilah, A. C. 2006. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Brajakusumah dan Solihin. 2004. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Jakarta: Garamedia.

Denzim, K. Norman dan Tvonna. S. Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ikhsan, M & Roy V. Salomo. 2002. Keuangan Daerah di Indonesia. Jakarta: STIA LAN Press. Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu- Ilmu Sosial. DIA FISIP

Universitas Indonesia.

Kalnadi, Septo. 2012. Himpunan PERDA dan Peraturan Walikota Cilegon Tentang Pajak Daerah. Cilegon: Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon.

Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Erlangga.

Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Moleong, J. Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muljono, Djoko. 2009 PPH DAN PPN untuk berbagai kegiatan usaha. Yogyakarta: Andi

Yogyakarta.

Siahaan, Marihot P. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Slamet, Edi Irianto. 2009. Pajak Negara dan Demokrasi (konsep dan implementasinya di

Indonesia). Yogyakarta: LaksBang Mediatama.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta Bandung.

________. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung.

________. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Bandung. Suparmoko. 2002. Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah.

Waluyo, 2009. Perpajakan Indonesia edisi 9. Jakarta: Salemba Empat.

Zain, Mohammad. 2008. Manajemen Perpajakan Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat.

Dokumen

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Pemerintahan Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi.

Peraturan Pemerintah No. 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah Atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak.

Peraturan Walikota Cilegon No. 26 Tahun 2012 tentang Tatacara Pemungutan Pajak Hotel.

Sumber Lain

BPS Kota Cilegon Tahun 2011 BPS Kota Cilegon Tahun 2012

Jamjani, Andi. 2011. Efektivitas Pengelolaan Pajak Hotel di Dinas Pengelolaan dan Aset Daerah Kabupaten Serang. Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Jurnal. 2007. “Siapkah Pusat Melepas Pajak Daerah?”: Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan Pengadilan Pajak.

Siregar, Hendra Prawira W. 2004. Pelaksanaan Administrasi Pemungutan Pajak Hotel di Dinas Pendapatan Kota Depok pada tahun 2001/2002. Depok: Program Sarjana Ekstensi Universitas Indonesia.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2010

T E N T A N G

JENIS PAJAK DAERAH YANG DIPUNGUT BERDASARKAN PENETAPAN KEPALA DAERAH ATAU DIBAYAR SENDIRI

OLEH WAJIB PAJAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 98 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Jenis

Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan

Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

MEM UTUS

KAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG JENIS PAJAK DAERAH YANG DIPUNGUT BERDASARKAN PENETAPAN KEPALA DAERAH

ATAU DIBAYAR SENDIRI OLEH WAJIB PAJAK. P a s a l 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut

Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk

keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar Pajak, pemotong Pajak, dan pemungut Pajak, yang mempunyai hak dan

kewajiban perpajakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

3. Pemungutan Pajak adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek Pajak,

penentuan besarnya Pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan Pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya.

4. Kepala Daerah adalah gubernur bagi Daerah provinsi atau bupati bagi Daerah kabupaten atau walikota bagi Daerah kota.

P asal 2 (1) Pajak terdiri atas: a. Pajak provinsi; dan b. Pajak kabupaten/kota

(2) Jenis Pajak provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

terdiri atas:

a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

d. Pajak Air

Permukaan; dan e. Pajak Rokok.

(3) Jenis Pajak kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

g. Pajak Parkir; h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan

Perkotaan; dan

dan

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

P a s a l 3

Jenis Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf d dan ayat (3) huruf d, huruf h, huruf j dipungut berdasarkan penetapan Kepala Daerah.

P a s a l 4

- 5

-Jenis Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c, huruf e dan ayat (3) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, huruf f, huruf g, huruf i, huruf k dibayar sendiri oleh Wajib Pajak.

P a s a l 5

Pemungutan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 dilarang diborongkan.

P a s a l 6

(1) Setiap Wajib Pajak wajib membayar Pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan Pajak atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak

berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

(2) Pemungutan Pajak terutang

berdasarkan surat ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pembayaran Pajak terutang oleh Wajib Pajak berdasarkan penetapan

Kepala Daerah dengan menggunakan: a. Surat Ketetapan Pajak Daerah atau

dokumen lain yang dipersamakan; atau b. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang. (3) Pemungutan Pajak terutang dengan cara

dibayar sendiri oleh Wajib Pajak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pembayaran Pajak terutang oleh Wajib Pajak dengan menggunakan:

a. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah;

b. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar;

dan/atau

c. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan. P a s a l 7

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya,

memerintahkan pengundangan Peraturan

Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapka n di Jakarta

pada tanggal 27 Desember 2010 PRESIDEN REPUBLIK

NESI A, ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 27 Desember 2010 MENTERI HUKUM DAN HAK

ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, t td. PATRI ALIS AKBA R

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 153

BERITA DAERAH KOTA CILEGON

TAHUN : 2012 NOMOR : 26

PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 26 TAHUN

2012 TENTA

NG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 49 TAHUN 2011

TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

ESA WALIKOTA CILEGON,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pemungutan pajak

hotel agar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku, maka perlu dilakukan perubahan atas Peraturan Walikota Cilegon Nomor 49 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Hotel;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Cilegon Nomor 49

Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Hotel; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan

Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000

Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3987);

2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3828);

3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4189);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomr 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5234); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 5161);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179);

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

13. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 13 Tahun 2002 Tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Kota Cilegon (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2002 Nomor 122); 14. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 4 Tahun 2008

Tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Kota Cilegon (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2008 Nomor 4);

15. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kota Cilegon (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2008 Nomor 7);

16. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Pajak Hotel (Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2011 Nomor 6);

17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan Lain-lain;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Walikota Cilegon Nomor 49 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Hotel, diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 1 angka 12 diubah dan angka 22 dihapus, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1

Dalam Peratuan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Cilegon.

2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Walikota adalah Walikota Cilegon.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya dapat disingkat DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Cilegon.

5. Dinas adalah Dinas yang membidangi pendapatan daerah. 6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas yang membidangi

pendapatan daerah.

7. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang perpajakan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

8. Bendahara Penerimaan, adalah bendahara penerimaan pada Dinas yang membidangi pendapatan dan pengelolaan keuangan daerah yang ditunjuk untuk menerima, mencatat pembayaran pajak yang disetor oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dan menyetorkan ke Kas Umum Daerah.

9. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

10. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

11. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.

12. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/ peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubug pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya atau dengan istilah seperti Penginapan Remaja (Youth Hostel), Home Stay, Guest House, Town House, Villa, Cottage serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

13. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan daerah.

14. Pajak Yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

15. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data Objek dan Subjek Pajak, penentuan besarnya pajak yang terhutang sampai kegiatan penagihan

pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan

penyetorannya.

16. Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Wajib Pajak melunasi utang pajak daerah dan biaya penagihan pajak daerah dengan menegur atau memperingatkan,

melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,

memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksana kan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

17. Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak

yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus,

pemberitahuan Surat Paksa, dan/atau penyitaan.

18. Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Wajib Pajak, guna dijadikan jaminan

untuk melunasi utang pajak menurut peraturan

perundang-undangan.

19. Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan/atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli.

20. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

21. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Walikota.

22. Dihapus.

23. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besamya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besamya sanksi administratif dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

24. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

25. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya

disingkat SKPDN, adalah surat ketetapan yang

menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

26. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

27. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.

28. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan.

29. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.

30. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan Wajib Pajak.

31. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak daerah dan biaya penagihan pajak daerah.

32. Pengawasan adalah serangkaian kegiatan untuk mengawasi pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan

menegakkan pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan daerah.

33. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya guna menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Perpajakan Daerah dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

34. Berita Acara Hasil Pemeriksaan, adalah kumpulan pernyataan Wajib Pajak yang menerima dan atau menolak seluruh prosedur pemeriksaan.

35. Pemeriksaan Khusus adalah pemeriksaan di tempat usaha maupun kantor Wajib pajak yang meliputi seluruh jenis pajak untuk tahun yang berjalan atau tahun-tahun sebelumnya. yang dilakukan dengan menerapkan teknik pemeriksaan yang lazim digunakan dalam pemeriksaan pada umumnya.

36. Pengadilan Pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi Wajib Pajak yang mencari keadilan terhadap sengketa pajak.

2. Ketentuan Pasal 2 ayat (2), ayat (3) dan ayat (7) diubah, dan diantara ayat (3) dan ayat (4) disisipkan ayat baru yaitu ayat (3a), sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 2

(1) Setiap orang pribadi atau badan yang memiliki kewajiban

untuk membayar Pajak Hotel kepada Daerah

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, wajib mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD).

(2) Bagi Wajib Pajak (WP) penyedia jasa Rumah Kos, wajib mendaftarkan diri disertai dengan bukti kepemilikan seperti Akte Jual Beli Tanah/Bangunan, Sertifikat Hak Milik/Hak Guna Bangunan atau SPPT Pajak Bumi dan Bangunan dan/atau izin mendirikan bangunan/izin sejenisnya.

(3) Bagi orang pribadi atau badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang belum mendaftarkan diri, Dinas wajib mendata dan mendaftarkan untuk diberikan NPWPD.

(3a) Wajib Pajak (WP) Hotel wajib mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) sesuai dengan masa pajaknya.

(4) SPTPD yang telah diisi dengan benar dan lengkap disampaikan ke Dinas selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak.

(5) SPTPD diisi berdasarkan jumlah omzet/pendapatan selama 1 (satu) bulan kalender pada masa pajak bulan tersebut.

(6) SPTPD yang belum disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib ditegur secara tertulis oleh Dinas.

(7) Keterlambatan pengembalian SPTPD setelah ditegur akan dikenakan sanksi administratif berupa bunga 2% (dua persen) sebulan dihitung dari besarnya pajak yang kurang atau terlambat dibayar.

(8) Apabila kewajiban menyampaikan SPTPD tidak dipenuhi, pajak terutang dikenakan secara jabatan ditambah sanksi administratif berupa kenaikan 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak dan ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.

(9) Bentuk dan isi NPWPD dan SPTPD sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Walikota ini.

3. Ketentuan Pasal 5 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 5

Penyetoran pajak dilakukan oleh Wajib Pajak ke Kas Daerah yang telah ditunjuk atau melalui Bendahara Penerimaan pada Dinas berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

4. Ketentuan Pasal 8 ayat (5) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 8

(1) Jumlah pajak yang terutang berdasarkan Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang tidak dibayar pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.

(2) Surat Paksa sekurang-kurangnya harus memuat : a. Nama wajib pajak;

b. Dasar penagihan;

c. Besarnya utang pajak; dan d. Perintah untuk membayar. (3) Surat Paksa diterbitkan apabila :

a. Jumlah Pajak yang masih harus dibayar oieh Wajib Pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Peringatan, Surat Teguran, atau surat lain yang sejenis.

b. Telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus terhadap Wajib Pajak; atau

c. Wajib Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dinyatakan dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

(4) Penagihan seketika dan sekaligus terhadap wajib pajak dilakukan oleh jurusita pajak apabila :

a. Wajib pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama- lamanya atau berniat untuk itu.

b. Wajib pajak menghentikan atau secara nyata mengecilkan kegiatan perusahaan atau pekerjaan

yang dilakukannya di Indonesia ataupun