ADMINISTRASI PERPAJAKAN DAERAH
PADA PAJAK HOTEL DI DINAS
PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH KOTA CILEGON
(Studi Kasus Rumah Kos Lebih Dari 10 Kamar
Di Kelurahan Kotabumi)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh : NONA ROSITA NIM. 6661101142
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
ABSTRAK
Nona Rosita. NIM. 6661101142. Skripsi. Administrasi Perpajakan Daerah Pada Pajak Hotel di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon (Studi Kasus Rumah Kos Lebih Dari 10 Kamar di Kelurahan Kotabumi). Pembimbing I: Anis Fuad., M.Si dan Pembimbing II: Deden M. Haris., M.Si
Kota Cilegon merupakan salah satu daerah industri yang memiliki pelabuhan dan tempat pariwisata. Maka dengan itu pajak hotel untuk rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari sepuluh adalah salah satu pendapatan yang sangat potensial untuk pembangunan Kota Cilegon. Kelurahan Kotabumi adalah salah satu wilayah yang sangat berpotensi untuk pendirian rumah kos lebih dari 10 kamar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang bagaimana administrasi perpajakan daerah pada pajak hotel di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon (Studi Kasus Rumah Kos Lebih Dari 10 Kamar di Kelurahan Kotabumi). Peneliti menggunakan teori tahapan administrasi perpajakan oleh M. Ikhsan dan Roy V. Salomo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan potensi pajak rumah kos dengan jumlah lebih dari sepuluh kamar pada Kelurahan Kotabumi belum terealisasikan secara optimal. Hal ini didukung dengan kurangnya sosialisasi, terbatasnya sumber daya manusia yang berkompeten dibidangnya dan kurang tegasnya sanksi yang berlaku. Peneliti menyarankan agar pemerintah terkait akan pajak daerah ini mengupayakan sosialisasi secara maksimal kepada masyarakat Kota Cilegon khususnya Kelurahan Kotabumi agar Pendapatan Asli Daerah akan potensi rumah kos meningkat.
ABSTRACT
Nona Rosita. 6661101142. Thesis. Administration Of Taxation Area The Hotel Tax At Departement Of Revenue And The Financial Management Area In Cilegon City (Case Studies Boarding Houses More Than 10 Rooms In Kotabumi Subdistrict). Advisior I : Anis Fuad., M.Si, Advisior II: Deden M. Haris., M.Si.
Cilegon city is one of the industrial area that has port and tourist places. Therefore, the hotel tax for boarding houses more than 10 rooms is one of potential income for development of Cilegon city. Kotabumi urban village is one of districts that potential to build the boarding houses building more than 10 rooms. The purpose of this research is to know about how the administration of taxation area on the hotel tax in department of revenue and the financial manajement area in Cilegon city (case studies boarding houses more than 10 rooms in Kotabumi subdistrict). The resercher used the theory of administration stage from M. Ikhsan and Roy V. Salomo. Research methodology that is used in this research is methodology descriptive with qualitative appoarch. The result of this research showed the potential boarding houses more than 10 rooms tax in Kotabumi subdistrict not been implemented optimal. This is supported by a lack of socialization, limited human resources who competent and lack of sanction. Researchers suggested that government will related this area tax seek socialization maximally to Cilegon society especially in Kotabumi subdistrict so original income area of potential boarding houses will be increase.
Barang siapa yang menginginkan kehidupan dunia, maka ia harus memiliki
ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun
harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka
itupun harus dengan ilmu
( HR. Thabrani )
Barang siapa tidak berani mengambil resiko maka ia tidak akan pernah
mencapai apa pun dalam hidupnya
( Muhammad Ali )
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Ama, Apa, Nenek, Uda-uda serta keluarga besar Sidi Basa
Sahabat-sahabatku
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur peneliti panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan jalan bagi penulis untuk
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini di susun dalam rangka
memenuhi salah satu syarat kelengkapan dalam menempuh ujian sarjana
program studi S-1 pada program studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Peneliti
dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul:
ADMINISTRASI PERPAJAKAN DAERAH PADA PAJAK HOTEL DI
DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
KOTA CILEGON (STUDI KASUS RUMAH KOS LEBIH DARI 10
KAMAR DI KELURAHAN KOTABUMI).
Dalam penyusunan skripsi ini penulis melibatkan banyak pihak yang
senantiasa memberikan bantuan, baik berupa bimbingan, dukungan moral
dan materil,maupun keterangan-keterangan yang sangat berguna hingga
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini terutama kepada:
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. Agus Safari, S.Sos, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Mia Dwiana, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Gandung Ismanto, S.Sos, MM., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Rahmawati, M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
7. Ipah Ema J., M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
8. Maulana Yusuf, S.IP, M.Si., Dosen Pembimbing akademik Program
Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
9. Anis Fuad, M.Si., Dosen Pembimbing I Skripsi Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
10. Deden M. Haris, M.Si., Dosen Pembimbing II Skripsi Program Studi
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
11. Yeni Widyastuti, M.Si., Ketua Penguji Sidang Skripsi. Program Studi
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
12. Titi Stiawati, M. Si., Anggota Penguji Sidang Skripsi. Program Studi
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
13. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
14. Seluruh Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
15. Seluruh pihak yang terkait dalam pengerjaan skripsi ini, yaitu:
Lembaga Badan Kesbangdanlinmas dan Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon, dan Kelurahan
Kotabumi yang telah membantu dan meluangkan waktunya dalam
proses pengerjaan skripsi ini berlangsung.
16. Kedua orangtuaku yang selalu memberikan dorongan baik moril
maupun materil dan senantiasa mengajarkan arti di setiap kehidupan
yang ada.
17. Nenek dan kakak-kakak tersayang yang senantiasa mendoakan dan
mendukung dalam berkuliah.
18. Sahabat-sahabatku: Achmad Fahrur Rozi Hakim (ojai), Dina Fariani
(dinot), Nafisaturrohmah (empis), Susi Lestari Agustina (susay),
Hesty Febri Emaninta Sitepu (echy), Nisyah Azzahra, Mayabela
Rengganis, Dian Novita Sari, dan Ade Irfan.
19. Teman-teman Ane B 2010 yang telah memberikan kehangatan dalam
kekeluargaan di dalam perbedaan baik ras maupun pemikiran.
21. Serta semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat
selesai tepat pada waktunya.
Selain itu, penulis sebagai penyusun menyadari akan adanya
kekurangan yang dimiliki, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak. Disisi lain peneliti berharap semoga penelitian
skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamualaikum wr.wb
Serang Desember 2014
Nona Rosita
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
ABSTRACT
LEMBAR PERSETUJUAN
PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 12
1.3 Batasan Masalah ... 13
1.5 Tujuan Penelitian ... 13
1.6 Manfaat Penelitian ... 14
1.6.1 Manfaat Teoritis ... 14
1.6.2 Manfaat Praktis ... 14
1.7 Sistimatika Penulisan ... 14
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori ... 17
2.1.1 Teori Tahapan Administrasi Perpajakan ... 17
2.1.2 Konsep Pajak Daerah ... 19
2.1.3 Tarif Pajak Daerah ... 25
2.1.4 Pengenaan Pajak ... 26
2.1.5 Definisi Pajak Hotel ... 27
2.1.6 Hukum Pemungutan Pajak Hotel ... 29
2.1.7 Cara Pemungutan Pajak Hotel ... 30
2.1.8 Analisis Potensi Pajak Hotel ... 31
2.2 Definisi Rumah Kos ... 32
2.3 Penelitian Terdahulu ... 33
2.4 Kerangka Pemikiran ... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ... 43
3.2 Fokus Penelitian ... 44
3.3 Lokasi Penelitian ... 44
3.4 Fenomena Yang Diamati ... 45
3.4.1 Definisi Konsep ... 45
3.4.2 Definisi Operasional ... 46
3.5 Instrumen Penelitian ... 47
3.6 Informan Penelitian ... 47
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 49
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ... 49
3.7.2 Teknik Analisis Data... 51
3.8 Pengujian Keabsahan Data ... 54
3.9 Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 56
4.1.1 Gambaran Umum Kota Cilegon ... 56
4.1.2 Gambaran Umum Kelurahan Kotabumi Kecamatan Purwakarta Kota Cilegon ... 58
Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) Kota
Cilegon ... 58
4.1.3.1 Visi dan Misi DPPKD Kota Cilegon ... 59
4.1.3.2 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi DPPKD Kota Cilegon ... 60
4.1.3.3 Susunan Organisasi DPPKD Kota Cilegon ... 62
4.1.3.4 Sumber Daya Manusia DPPKD Kota Cilegon ... 63
4.1.3.5 Sarana dan Prasarana Kerja DPPKD Kota Cilegon ... 64
4.1.3.6 Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan DPPKD Kota Cilegon ... 65
4.2 Informan Penelitian ... 68
4.3 Deskripsi Data dan Analisis Data ... 70
4.4 Analisis Data ... 73
4.4.2 Mengidentifikasi subjek dan atau objek pajak
daerah penentuan wajib pajak ... 73
4.4.3 Melakukan Penilaian (Assessment) dan Penetapan Nilai Pajak Terhutang ... 83
4.4.4 Melakukan Penagihan atau Penerimaan Setoran Pajak ... 90
4.4.5 Melakukan Pembukuan Penerimaan Pajak ... 95
4.4.6 Menegakkan Hukum atau Aturan Perpajakan ... 98
4.5 Pembahasan... 101
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 109
5.2 Saran ... 110
DAFTAR PUSTAKA ... 111
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Realisasi Pajak Hotel Kota Cilegon ... 6
Tabel 1.2 Realisasi Pajak Hotel Terhadap Rumah Kos ... 7
Tabel 1.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Kualitas Rumah di
Kota Cilegon Tahun 2012 ... 8
Tabel 1.4 Data Wajib Pajak Hotel/ Rumah Kost/ Kontrakan Tahun
2014 ... 9
Tabel 3.1 Daftar Informan ... 48
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 55
Tabel 4.1 Data Wajib Pajak Hotel/ Rumah Kost/ Kontrakan Tahun
2013 ... 76
Tabel 4.2 Data Wajib Pajak Hotel/ Rumah Kost/ Kontrakan Tahun
2014 ... 77
Tabel 4.3 Target dan Realisasi Pajak Hotel Pada Tahun 2013-2014 .. 93
Tabel 4.4 Target dan Realisasi Untuk Rumah Kos Lebih Dari 10
Kamar Pada Tahun 2013-2014 ... 94
Tabel 4.5 Data Wajib Pajak Hotel/ Rumah Kost/ Kontrakan Tahun
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 41
Gambar 3.1 Teknis Analisis Data Model Interaktif Miles and
Huberman ... 52
Gambar 4.1 Peta Kota Cilegon ... 57
Gambar 4.2 Profil Perkembangan Penduduk Kota Cilegon 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat permohonan ijin mencari data kepada Kesbanglinmas Kota Cilegon
Lampiran 2 Surat rekomendasi penelitian dari Badan Kesbanglinmas Kota Cilegon.
Lampiran 3 Surat ijin penelitian Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon
Lampiran 4 Surat permohonan ijin mencari data Kepada Kelurahan Kotabumi Kecamatan Purwakarta.
Lampiran 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun
2010 Tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah Atau Dibayarsendiri Oleh Wajib Pajak.
Lampiran 6 Peraturan Walikota Cilegon No. 26 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Cilegon No.49 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Hotel
Lampiran 7 Draf pertanyaan
Lampiran 8 Catatan lapangan
Lampiran 9 Member Check
Lampiran 10 Surat Keterangan
Lampiran 12 Data wajib pajak hotel tahun 2013
Lampiran 13 Data wajib pajak hotel tahun 2014
Lampiran 14 Data Target dan Realisasi Pajak Hotel
Lampiran 15 Data Potensi Pajak Hotel Untuk Rumah Kost Di Kelurahan Kotabumi
Lampiran 16 Struktur organisasi DPPKD
Lampiran 17 Struktur organisasi bidang pajak daerah DPPKD Kota Cilegon
Lampiran 18 Daftar nominatif pegawai bidang pajak daerah DPPKD Kota Cilegon
Lampiran 19 Rekapitulasi diklat/bintek bidang pajak daerah DPPKD Kota Cilegon.
Lampiran 20 Struktur organisasi Kelurahan Kotabumi Kecamatan Purwakarta Kota Cilegon
Lampiran 21 Daftar Hadir Bimbingan Skripsi
Lampiran 22 Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada era desentralisasi pelaksanaan pembangunan hanya terpusat
pada pembangunan perkotaannya saja sehingga terjadinya kesenjangan
pembangunan antara perkotaan dan perdesaan. Dalam masa otonomi saat
ini diharapkan setiap daerah di Indonesia dapat mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri. Untuk mewujudkan pembangunan yang merata
pemerintahan daerah dituntut agar dapat mencari sumber-sumber
pendapatan dan membiayai setiap pengeluaran pemerintahan daerahnya
untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan daerahnya
dengan lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Selain
pemerintahan daerah dituntut dapat membiayai segala kebutuhan daerahnya
sendiri namun hak yang diberikan kepada pemerintah daerah tidak terlepas
dari Undang-Undang yang telah ada.
Dalam pelaksanaan otonomi daerah tersebut, pemerintah telah
mengeluarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang mana pemerintah berharap
setiap daerah di Negara Indonesia dapat membangun daerahnya sendiri agar
diharapkan adanya peningkatan Pendapatan Asli Daerah untuk mampu
membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan dapat meningkatkan
pelayanan kepada masyarakatnya. Sumber pembiayaan PAD (Pendapatan
Asli Daerah) ini dimana komponen utamanya adalah penerimaan yang
berasal dari komponen pajak daerah, contohnya saja pembangunan yang
dilakukan pemerintah daerah dalam hal sarana dan prasarana (perbaikan
jalan, jembatan, rumah sakit) dan lain-lain sesuai dengan program
pemerintah daerahnya.
Pendapatan daerah itu sendiri tergantung pada kondisi yang dimiliki
setiap daerah, misalnya saja jumlah penduduk, kekayaan daerah, luas
wilayah, tingkat pertumbuhan ekonominya mempengaruhi pendapatan
daerahnya. Dengan adanya sumber daya alam dan potensi yang menonjol
pada daerah tersebut dan dapat dikelola dengan baik, pemerintah daerah
dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan dapat meningkatkan
pembangunan daerahnya.
Untuk melakukan pembangunan daerah tersebut maka pemerintah
melakukan pemungutan pajak yang telah diatur dalam perundang-undangan
atau peraturan daerah yang berlaku untuk dapat dipahami dan ditaati oleh
masyarakatnya sebagai sumber penerimaan asli daerah yang dibutuhkan
oleh daerahnya itu sendiri. Pemungutan pajak tersebut dapat meningkatkan
meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mentaati pembayaran pajak,
maka besarnya kemungkinan kegiatan pemerintah daerah untuk
menyejahterakan masyarakatnya terlaksana tepat waktu dan berjalan
semestinya. Pembayaran pajak daerah oleh masyarakatnya merupakan suatu
bukti bahwa masyarakat ikut serta membangun daerahnya.
Untuk mengatur tentang pajak daerah dan retribusi daerah itu
sendiri, maka pemerintah beserta DPR mengeluarkan Undang-Undang No.
28 Tahun 2009. Undang- undang ini menjadi landasan hukum dalam
pemungutan pajak dan retribusi daerah yang memberikan kewenangan
kepada setiap daerah untuk memungut pajak dan untuk tidak memungut
suatu jenis pajak dan retribusi pajak pada daerahnya. Pemungutan pajak
haruslah dilakukan dengan adil, berdasarkan Undang-Undang yang ada dan
tidak mengganggu perekonomian, efisien, dan sederhana.
Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah merupakan
iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau kepada daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah
(Mardiasmo, 2009:12). Jadi pajak daerah merupakan sumber pendapatan
daerah. Setiap daerah dituntut supaya dapat meningkatkan sumber
pendapatan asli daerahnya agar mampu membiayai penyelenggaraan
pemerintahan dan melakukan pemerataan pembangunan dengan baik dalam
segala bidang.
Retribusi Daerah yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan
oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi ataupun
badan-badan yang berkepentingan. Dalam peningkatan pendapatan asli daerah
dapat dilakukan dengan upaya meningkatkan efisiensi sumber daya yang
terbatas serta mengoptimalkan potensi yang ada dan menggali
sumber-sumber pendapatan yang baru.
Kota Cilegon merupakan pintu gerbang pulau Jawa dari pulau
Sumatera dengan luas daerah 175,50 km² dengan jumlah penduduk Kota
Cilegon sebanyak 442.556 jiwa yang mana diantaranya terdapat 441.787
jiwa berstatus Warga Negara Indonesia dan 769 jiwa berstatus Warga
Negara Asing. Kota Cilegon memiliki 8 kecamatan dan 43 kelurahan
dengan ruas jalan sepanjang 280,20 km2, dan 350,199 Ha diantaranya merupakan luas wilayah Kelurahan Kotabumi dengan jumlah penduduk
11.943 jiwa (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil tahun 2012). Adapun
jumlah penduduk versi data profil potensi Kelurahan Kotabumi Kecamatan
Cilegon juga merupakan daerah tujuan investasi yang menarik bagi calon
investor. Semakin berkembangnya zaman, maka akan terlihat adanya
perbedaan kebutuhan terutama akan tempat tinggal.
Tempat tinggal atau rumah penginapan termasuk fasilitas tempat
tinggal jangka pendek, adapun yang setara yaitu; cottage, motel,
pesanggarahan (hostel), losmen. Adapun jenis tempat tinggal yang
dimaksud disini yaitu rumah kost yang jumlah kamarnya 10 (sepuluh) atau
lebih dikenakan pajak hotel yang besarnya 10%. Untuk itu dikeluarkannya
Peraturan Walikota Cilegon No. 26 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Walikota Cilegon No. 49 Tahun 2011 Tentang Tata Cara
Pemungutan Pajak Hotel. Peraturan tersebut mengubah pasal 1 angka 12
dan menghapus pasal 1 angka 22 yang mana diantaranya menjelaskan
bahwa pasal 1 angka 9 adalah pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak
adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Adapun pasal 1 angka 12
yang telah diubah berbunyi hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/
peristrirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang
mencakup juga motel, losmen, gubug pariwisata, wisma pariwisata,
Penginapan Remaja (Youth Hostel), Home Stay, Guest House, Town House,
Villa, Cottage serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
Pajak hotel di Kota Cilegon merupakan salah satu pendapatan yang
potensial untuk perkembangan pembangunan dengan mengingat Kota
Cilegon merupakan daerah industri dan memiliki pelabuhan dan pariwisata.
Jadi tidak heran bila disetiap sudut Kota Cilegon banyak sekali tempat
penginapan untuk para wisatawan baik itu berupa rumah kontrakan maupun
rumah kosan. Adapun sebagian dari mereka lebih banyak memilih rumah
kontrakan ataupun rumah kost karena selain murah dari penginapan juga
telah dilengkapi fasilitas dan dekat dengan tempat kerja mereka. Apabila
dikelola dengan baik (efektif dan efisien) sektor ini mempunyai prospek
yang sangat bagus bagi penerimaan daerah kota Cilegon.
Secara geografis Kota Cilegon merupakan jalur transit antara pulau
Sumatera dan pulau Jawa, yang mana dituntut agar dapat memaksimalkan
segala sumber daya yang ada pada daerahnya baik dari sumber daya
alamnya maupun sumber daya manusianya sehingga Pemerintah Kota
Cilegon diberikan tanggung jawab terhadap pembangunan daerahnya.
Dengan adanya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kota
Cilegon maka pertumbuhan ekonomi dalam penerimaan pajak daerah
seharusnya semakin meningkat setiap tahunnya terutama dari sektor pajak
banyaknya para investor dari luar daerah baik dari dalam negeri maupun
luar negeri yang menanamkan modal usahanya seperti pembangunan hotel
dan sebagainya di Kota Cilegon.
Tabel 1.1
Realisasi Pajak Hotel Kota Cilegon
NO. TAHUN ANGGARAN REALISASI
1. 2011 Rp. 3.700.000.000,00 Rp. 4.850.177.829,00
2. 2012 Rp. 4.595.000.000,00 Rp. 5.259.350.214,00
3. 2013 Rp. 6.350.000.000,00 Rp. 7.013.839.457,00
4. 2014 (Triwulan II) Rp. 6.360.000.000,00 Rp. 4.441.671.803,00
Sumber: DPPKD Kota Cilegon 2014
Penerimaan pajak daerah memiliki kontribusi yang cukup signifikan
terhadap perolehan PAD (Pendapatan Asli Daerah) suatu daerah. Salah
satunya yaitu kontribusi penerimaan pajak daerah terhadap perolehan PAD
di Kota Cilegon. Penerimaan pajak daerah terhadap hotel di Kota Cilegon
setiap tahunnya meningkat yang mana hal tersebut tidak terlepas dari
kesadaran masyarakat/ wajib pajak. Hal tersebut diperkuat dengan data yang
diperoleh dari Dinas pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Cilegon
pada tahun 2014 yang mana menyatakan bahwa pada tahun 2013 realisasi
pajak hotel Kota Cilegon telah mencapai Rp. 7.013.839.457,00 dari
anggaran yang diperkirakan sebesar Rp.6.350.000.000,00. Walaupun begitu
perolehan atas pajak hotel tersebut dirasakan masih jauh dari kenyataannya
kawasan Kota Cilegon. Berikut akan disajikan tabel realisasi pajak hotel
padaLosmen/ Rumah penginapan/ Pesanggrahan/ Hostel/ Rumah Kos pada
Kota Cilegon dari tahun 2011 sampai tahun 2014 triwulan II pada Juni 2014
:
Tabel 1.2
Realisasi Pajak Hotel Terhadap Rumah Kos
NO. TAHUN REALISASI
1. 2011 Rp. 28.599.963,00
2. 2012 Rp. 33.307.356,00
3. 2013 Rp. 58.707.400,00
4. 2014 (Triwulan II) Rp. 39.173.469,00
Sumber: DPPKD Kota Cilegon 2014
Dengan adanya perbaikan infrastruktur jalan, transportasi dan
kawasan wisata maka pertumbuhan ekonomi dalam penerimaan pajak
semakin meningkat terutama di sektor pajak hotel khususnya rumah kos,
peningkatan penerimaan pajak pada rumah kos ditandai dengan banyaknya
pengelola rumah kos yang sadar akan kewajibannya melaporkan wajib
pajaknya. Pada Kelurahan Kotabumi (Kecamatan Purwakarta) terdapat
rumah kosan yang memiliki lebih dari 10 (sepuluh) kamar. Berdasarkan
informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan penjaga/ pengelola
rumah kos yang bernama Rusmadi pada 5 April 2013 penghuni rumah
kosan yang berada di kawasan Kelurahan Kotabumi yaitu para
Berdasarkan data dari Inkestra Kota Cilegon Tahun 2012, persentase
Rumahtangga menurut Kualitas Rumah di Kota Cilegon adalah :
Tabel 1.3
Persentase Rumah Tangga Menurut Kualitas Rumah di Kota Cilegon Tahun 2012
NO STATUS TEMPAT
TINGGAL 2010 PERSENTASE 2011 2012
1. Milik Sendiri 71,20 72,66 82,87
2. Kontrak 3,71 3,48 1,91
3. Sewa 17,09 12,74 13,40
4. Bebas Sewa - - 1,48
5. Dinas/ Lainnya 8,00 11,13 0,34
Sumber: BPS Kota Cilegon 2012 dan Inkestra Kota Cilegon Tahun 2012
Dilihat dari data persentase rumah tangga menurut kualitas rumah di
Kota Cilegon diatas terlihat sekali angka signifikan dari bangunan tempat
tinggal berstatus milik sendiri dari tahun 2011 ke tahun 2012 sebanyak
10,21 persen, hal ini dipengaruhi dari bertambahnya jumlah penduduk yang
bekerja didaerah Cilegon yang mengharuskan untuk tinggal dalam jangka
panjang. Walaupun persentase status bangunan dengan status tempat tinggal
milik sendiri naik signifikan tapi tidak hal tersebut tidak berlaku
mempengaruhi persentase tempat tinggal dengan status kontrak dan sewa.
Adapun presentase tempat tinggal dengan status kontrak yang mana
presentasenya terus menurun dari tahun 2011 hingga tahun 2012
penurunannya sebanyak 1,57 persen. Persentase tempat tinggal dengan
sebanyak 4,35 persen dan persentasenya naik sebesar 0,66 persen pada
tahun 2012.
Perkembangan Kota Cilegon yang semakin meningkat menyebabkan
banyaknya pembangunan penginapan khususnya rumah kos. Namun
kenyataan dilapangan masih ada para wajib pajak yang tidak melaporkan
pajaknya sehingga penerimaan pajak masih belum optimal. Hal ini
didukung oleh data diatas yang mana presentase status tempat tinggal
dengan kategori kontrak dan sewa mengalami penurunan dan kenaikan yang
tidak begitu menonjol. Adapun realisasi yang dicapai masih rendah dari
objek pajak hotel lainnya.
Berdasarkan observasi awal, peneliti menjumpai berbagai masalah
yang terjadi dalam administrasi perpajakan daerah melalui pajak hotel
terhadap rumah kost lebih dari 10 kamar di Kelurahan Kotabumi Kecamatan
Purwakarta Kota Cilegon, diantaranya yaitu: pertama, kurangnya
pemahaman dari pemilik kosan akan sadar pajak, hal ini dibuktikan dengan
masih banyaknya objek pajak rumah kost lebih dari sepuluh kamar yang
belum dilaporkan oleh wajib pajak. Untuk Kelurahan Kotabumi di
Kecamatan Purwakarta sendiri terdapat sekitar 21 rumah kos yang belum
melaporkan omset pajaknya. Hal ini dipengaruhi dengan belum efektifnya
sosialisasi yang dilakukan dinas yang bersangkutan. Dimana dari data yang
Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah. Adapun data jumlah
wajib pajak hotel untuk rumah kos/ kontrakan pada tahun 2014 untuk Kota
Cilegon sebanyak delapan wajib pajak yaitu:
Tabel 1.4
Data Wajib Pajak Hotel/ Rumah Kos/ Kontrakan Tahun 2014
NO. NAMA WAJIB PAJAK ALAMAT
1. Ibu Sari Kontrakan Link. Kalanganyar RT.001/001
2. Maimunah, Hj.Kontrakan Jl.Tengku Umar, Kalanganyar, RT.006/001, Kedaleman, Cibeber, Cilegon
3. Masitah Kontrakan Link. Kadipaten RT.006/002
4. Masnuni, H. Kontrakan Jl.Sambiranggon RT.002/005
5. Mubarok Kontrakan Jl.Tengku umar RT.01/01
6. Puri Pavilliun Kontrakan Jl.Jombang Kali. No.12A RT. 02/09
7. Rochili Soleh, H.
Kontrakan Jl.Tengku RT.005/001 Umar Link. Kalanganyar
8. Rumah Abah Kontrakan Jl. G. Pulosari No. 1 Damkar Ks Cilegon
Sumber: Kasi Pendapatan dan Dokumentasi DPPKD Kota Cilegon
2014
Dari delapan wajib pajak tersebut terdapat salah satu wajib pajak
yang berada dikawasan Kelurahan Kotabumi di Kecamatan Purwakarta
mana mayoritas huniannya dijadikan tempat usaha rumah kos namun hanya
baru satu wajib pajak yang telah melaporkan pajaknya. Menurut informasi
yang telah didapat dari Hadi Permana selaku Kepala Seksi Penagihan Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon periode
2011-2014, menjelaskan bahwa telah dilakukannya sosialisassi penyuluhan akan
media cetak dan bioskop. Adapun sosialisasi secara langsung baru
dilakukan dengan cara mengundang calon wajib pajak rumah kost dari
daerah Pulomerak, Jombang dan Cibeber. Dengan kurangnya sosialisasi
langsung dari petugas ke setiap Kecamatan di Kota Cilegon, wajar saja
banyak dari masyarakat yang kurang mengetahui adanya perubahan pada
pasal 1 angka 12 pada Peraturan Walikota Cilegon No. 49 Tahun 2011 dan
yang terbaru Peraturan Walikota Cilegon No.26 Tahun 2012 yang mana
usaha rumah kos yang melebihi sepuluh kamar dikenakan pajak hotel.
Kedua, terbatasnya sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten
dan berpendidikan tinggi. Dari 44 orang pegawai pelaksana yang didapat
dari proses pengumpulan data awal masih terdapat 17 orang pegawai
berstatus pendidikan tamatan Sekolah Menengah Atas, tiga diantaranya
berpendidikan ijazah Sekolah Menengah Atas dengan berpangkat golongan
Pengatur Muda/ IIa dibidang pelaksana (Profil DPPKD Kota Cilegon,
2010). Adapun data terbaru yang di diperoleh terdapat 6 (enam) orang yang
berpendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas dan bahkan tidak ada
satupun yang berpendidikan dengan lulusan perpajakan. Terkait dengan hal
tersebut kualitas pendidikan seseorang dapat mempengaruhi kualitas
pekerjaan yang dilakukan khususnya dibidang pajak daerah baik itu dalam
melakukan penagihan dan penerimaan setoran pajak karena harus memiliki
pengalaman dan pembelajaran khusus. Seseorang yang berpendidikan tinggi
Ketiga, ketidaktegasan pemerintah dalam pemberian sanksi kepada
petugas dan wajib pajak. Hal ini didukung tidak adanya kegiatan sidak sadar
wajib pajak oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota
Cilegon. Menurut kepala seksi pendapatan dan dokumentasi bidang pajak
daerah DPPKD Kota Cilegon periode 2008-2014 beliau menerangkan
bahwa wajib pajak menyetorkan sendiri pajaknya melalui Petugas Dinas
Luar (PDL), setiap akhir bulan menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah (SPTPD) kepada wajib pajak kemudian wajib pajak mengisi dengan
benar dan lengkap jumlah omset/ pendapatan selama 1 bulan kalender pada
masa pajak bulan tersebut dan disampaikan ke dinas selambat-lambatnya 15
(lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak dan apabila tidak
melaporkan pajaknya akan diberikan teguran secara tertulis untuk
memberikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dalam waktu
tujuh hari dan apabila tidak mengembalikan, maka dari Kasi Pendataan akan
menerbitkan memo internal dan apabila sampai tanggal 30 belum
memberikan SPTPDnya maka Kasi Pendataan akan menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB). Adapun sanksi yang
diberikan untuk pegawai menurut kepala seksi penetapan bidang pahak
daerah DPPKD Kota Cilegon periode 2011-2014, sanksi yang diberikan
untuk pegawai hanya berupa teguran hingga tiga kali saja dan seterusnya
yang diberikan kepada pegawai dirasakan kurang begitu tegas dengan
jumlah wajib pajak yang kurang dari yang diharapkan.
Berdasarkan data diatas, maka peneliti memiliki ketertarikan untuk
meneliti tentang “Administrasi Perpajakan Daerah Pada Pajak Hotel di
Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon
(Studi Kasus Rumah Kos lebih dari 10 kamar di Kelurahan
Kotabumi)”, sehingga peneliti dapat mengkaji lebih jauh upaya Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon dalam rangka
meningkatkan penerimaan pajak hotel.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan hasil observasi awal
di kantor Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota
Cilegon dan pengelola rumah kos di Kelurahan Kotabumi, maka peneliti
mengidentifikasi masalah diatas yang terkait dengan:
1. Kurangnya pemahaman dari pemilik kosan akan sadar pajak.
2. Terbatasnya sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten dan
berpendidikan tinggi.
3. Ketidaktegasan pemerintah dalam pemberian sanksi kepada
1.3 Batasan Masalah
Mengingat masalah yang diteliti merupakan masalah yang komplek
dan telah diatur dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 dan Peraturan
Walikota Cilegon No. 26 Tahun 2012 seharusnya telah berjalan dengan baik
berapa tahun belakangan. Maka dengan itu peneliti membatasi ruang
lingkup kajian penelitian pada aspek yang berkaitan dengan “Administrasi
Perpajakan Daerah Pada Pajak Hotel di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan Daerah Kota Cilegon (Studi Kasus Rumah Kos lebih dari 10
kamar di Kelurahan Kotabumi)”.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan pada pendahuluan diatas dan
memperhatikan fokus penelitian pada batasan masalah, maka rumusan
masalah yang menjadi kajian peneliti adalah: Bagaimana Administrasi
Perpajakan Daerah Pada Pajak Hotel di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan Daerah Kota Cilegon (Studi Kasus Rumah Kos lebih dari 10
kamar di Kelurahan Kotabumi)?
1.5 Tujuan Penelitian
Dalam sebuah penelitian, peneliti harus menentukan tujuan yang
ingin dicapai sebab tanpa adanya tujuan yang jelas maka seorang peneliti
akan mengalami kesulitan. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah
perpajakan daerah pada pajak hotel di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan Derah Kota Cilegon (Studi Kasus Rumah Kos lebih dari 10
kamar di Kelurahan Kotabumi).
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dilakukan dengan memiliki tujuan untuk
“Mengetahui Bagaimana Administrasi Perpajakan Daerah Pada Pajak Hotel
di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon
(Studi Kasus Rumah Kos lebih dari 10 kamar di Kelurahan Kotabumi)”.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1.6.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
serta dapatmenambah pengetahuan juga wawasan dan
pemahaman lebih tentang pajak daerah umumnya dan
pajak hotel dengan objek rumah kost pada khususnya.
1.6.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis pada penelitian ini diharapkan dapat
memberikan umpan balik (feedback) kepada Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD)
dalam merumuskan kebijakan untuk mengoptimalkan
1.7 Sistimatika Penulisan
Penulisan penelitian ini tersusun atas sitematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri dari latar belakang yang menerangkan
ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti dalam
bentuk deduktif, dari lingkup yang paling umum sehingga menukik
ke masalah paling khusus atau spesifik. Kemudian selanjutnya yaitu
identifikasi masalah, dalam hal ini identifikasi maslah mendeteksi
aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari tema/ topik/
judul penelitian atau masalah. Kemudian terdapat juga kegunaan
penelitian yang akan diteliti, dan yang terakhir yaitu sistematika
penelitian yang menjelaskan dari bab per bab yang ada dalam
penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan mengenai uraian sistematika
tentang teori dan (bukan sekedar pendapat dari para para ahli
ataupun penulis buku) dan hasil- hasil penelitian yang relevan
dengan variable dan kemudian disusun secara teratur dan rapi.
Terdiri dari metode penelitian yang menjelaskan tentang
penggunaan metode yang digunakan. Instrumen penelitian
menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan
data.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Menjelaskan tentang deskripsi objek penelitian dimana
berisikan tentang penjelasan dari lokus penelitian, deskripsi data
merupakan penjabaran dari data-data yang sudah di dapat,
interpretasi hasil penelitian dan pembahasan merupakan penjabaran
lebih lanjut dari hasil penelitian yang sudah didapat.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini peneliti menjelaskan mengenai; kesimpulan dari
hasil penelitian yang telah dilakukan, kemudian memberikan
saran-saran yang bersifat konstruktif pada instansi yang terkait dalam
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Memuat daftar pustaka (literature lainnya) yang
dipergunakan dalam penelitian.
Menyajikan lampiran-lampiran yang dianggap perlu untuk
penelitian yang berhubungan dengan data penelitian dan tersusun
BAB II
DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori
Deskripsi teori digunakan untuk memperkuat uraian sebelumnya.
Pada bab ini peneliti menggunakan beberapa teori untuk mendukung
masalah dalam penelitian. Teori berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi
panduan dalam penelitian. Maka dari itu, pada bab ini peneliti akan
menjelaskan beberapa teori yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian
ini.
2.1.1 Teori Tahapan Administrasi Perpajakan
Menurut M. Ikhsan & Roy V. Salomo (2002:109), tahapan
administrasi perpajakan daerah terhadap efektivitas perpajakan adalah:
1.Mengidentifikasi Subjek dan Objek pajak daerah/ penentuan wajib pajak;
2.Melakukan penilaian (assessment) dan penetapan nilai pajak terhutang;
3.Melakukan penagihan atau penerimaan setoran pajak;
4.Melakukan pembukuan penerimaan pajak;
Tahap pertama, penentuan wajib pajak yang perlu dilakukan adalah
identifikasi wajib pajak secara cermat, terutama terhadap objek pajak yang
relatif mudah untuk disembunyikan, sehingga wajib pajak tidak mudah
untuk melakukan penghindaran pembayaran pajak. Identifikasi wajib pajak
dilakukan upaya untuk menjaga akurasi dan aktualitas data objek dan subjek
pajak yang mana dibutuhkannya updating data atau pembaharuan data
mengingat jumlah objek pajak sangat rentan terhadap kondisi ekonomi yang
terus berubah.
Tahap kedua, instansi yang berwenang mengadministrasikan suatu
jenis pajak (misalnya Dinas Pendapatan Daerah) melakukan penilaian
kembali terhadap keberadaan subjek dan atau objek pajak yang telah
teridentifikasi. Penilaian kembali ini memiliki dua tujuan yaitu sebagai
suatu cara untuk memperkirakan jumlah pendapatan yang akan diterima dari
suatu objek pajak tertentu dan sebagai suatu cara untuk melakukan
penetapan pajak terutang bagi objek pajak yang tidak terdata dengan baik
karena subjek pajak belum atau tidak melakukan pembukuan dengan baik.
Pada tahap ini seringkali diperlukannya keterlibatan wajib pajak, terutama
bila informasi yang dibutuhkan untuk menilai objek pajak tidak dimiliki
oleh petugas pajak
Tahap ketiga, cara pemungutan pajak dapat lebih mudah bila tarif
pajak ditetapkan secara otomatis atau dengan cara menagitkan pembayaran
Dalam tahap penagihan pajak ini petugas pajak yang menagih tidak boleh
sama dengan petugas pajak yang melakukan penetapan pajak terhutang.
Yang tidak kalah pentingnya penerimaan pajak sebaiknya dapat
direalisasikan tepat pada waktunya, karena jika tidak akan dapat
mengakibatkan terjadinya tunggakan pajak yang mana akan membawa
implikasi pada bertambahnya aktivitas dalam administrasi perpajakan yang
pada gilirannya dapat menambah cost. Untuk mencegah terjadinya
tunggakan pajak dan penghindaran pajak maka yang perlu dilakukan adalah
melakukan penyuluhan yang terus menerus kepada para wajib pajak.
Tahap keempat, pembukuan menyangkut bagaimana penerimaan
pajak tersebut dicatat dan masuk dalam kas daerah atau rekening
pendapatan pajak daerah. Dalam hal ini pegawai tidak perlu harus memiliki
tingkat keahlian yang tinggi, namun yang lebih dibutuhkan adalah pegawai
dengan tingkat kejujuran yang tinggi dan diperlukannya sistem akuntansi
yang baik, yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima
umum, mudah dilaksanakan, transparan, serta mudah menjamin keutuhan
hasil pendapatan dari pajak yang sudah diterima.
Penegakan aturan perpajakan tidak saja diperlukan terhadap wajib
pajak yang belum membayar pajak, memiliki tunggakan pajak, maupun
mereka yang dengan sengaja melakukan upaya penghindaran pajak, namun
juga perlu dilakukan terhadap para petugas pajak sendiri agar melakukan
Menurut M. Ikhsan & Roy V. Salomo (2002:122), faktor-faktor yang
mempengaruhi efektifitas perpajakan adalah :
1. Penghindaran pajak oleh wajib pajak.
2. Kolusi antara wajib pajak dengan petugas pajak.
3. Penyelewengan atau penyalahgunaan wewenang oleh petugas
pajak.
2.1.2 Konsep Pajak Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah dari
hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan
hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, serta lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah (Brajakusumah dan Solihin, 2004:169).
Pendapatan asli daerah merupakan sumber penerimaan yang sangat penting
dan harus ditingkatkan untuk dapat membiayai penyelenggaraan/ wewenang
pemerintah daerah dalam pembangunan daerahnya untuk dapat mandiri
menjalankan pemerintahannya disegala aspek yang ada. Dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang termasuk
kedalam sumber Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan daerah dari
hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan
hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, serta lain-lain
yang paling efektif untuk mendistribusikan beban pemerintah kepada
rakyatnya.
Zain (2008:11) mengemukakan pengertian pajak sebagai berikut:
Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sector swasta ke sector pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapatkan imbalan yang langsung dan proposional agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.
Adapun pengertian pajak menurut Sumirat (2005:1), pajak adalah
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
Menurut Marihot (2005:7), pajak adalah pungutan dari masyarakat
oleh negara (pemerintah) berdasarkan undang- undang yang bersifat dapat
dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak
mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/ balas jasa) langsung, yang
hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan. Pengertian diatas
menunjukkan bahwa pajak adalah pembayaran wajib yang dikenakan
berdasarkan undang-undang yang tidak dapat dihindari bagi yang
berkewajiban dan bagi mereka yang tidak mau membayar pajak dapat
dilakukan secara paksa. Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan
1. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
2. Pembayaran pajak harus masuk kepada kas Negara, yaitu kas pemerintah pusat atau kas pemerintah daerah (sesuai dengan jenis pajak yang dipungut)
3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi individu oleh pemerintah (tidak ada imbalan langsung yang diperoleh si pembayar pajak). Tidak adanya hubungan langsung antara jumlah pembayaran pajak dengan kontra prestasi secara individu.
4. Penyelenggaraan pemerintahan secara umum merupakan manifestasi kontra prestasi dari Negara kepada para pembayar pajak.
5. Pajak dipungut karena adanya suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang menurut peraturan perundang-undang an pajak dikenakan pajak.
6. Pajak memiliki sifat dapat dipaksakan, artinya wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban pembayaran pembayaran pajak, dapat dikenakan sanksi, baik sanksi pidana maupun denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Menurut Slamet (2009:241), ada beberapa unsur pajak yang
disimpulkan oleh Isnanto (2001:16) sebagai berikut ini:
dengan besarnya pajak. Keempat, untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang bersifat umum, dalam arti bahwa pengeluaran-pengeluaran pemerintah tersebut mempunyai manfaat bagi masyarakat secara umum”.
Ditinjau dari lembaga pemungutan pajaknya, pajak dibedakan
menjadi dua, yaitu pajak pusat (pajak negara) dan pajak daerah. Pembagian
ini di Indonesia dikarenakan hierarki pemerintahan yang berwenang
menjalankan pemerintahan dan memungut sumber pendapatan Negara,
khusunya pada masa otonom daerarah saat ini. Pajak neagara seperti Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai atas Barang dan Jasa (PPN),
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Bea Materai, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB), Bea Masuk, Bea Keluar (Pajak Ekspor) dan Cukai.
Pada pajak daerah, pemungutan pajak yang dilakukan berupa pajak daerah
dan retribusi daerah.
Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerahnya sendiri (daerah
Otonom). Menurut Mardiasmo (2009:12), pajak daerah merupakan iuran
wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan
Jadi pajak daerah merupakan sumber pendapatan yang cukup
memberikan kontribusi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah yang
mana setiap daerah dituntut agar dapat meningkatkan sumber pendapatan
asli daerahnya agar mampu membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan
melakukan pemerataan pembangunan dengan baik dalam bidang ekonomi,
sosial, dan sebagainya. Untuk dapat membiayai dan memajukan daerahnya
tersebut, antara lain dapat ditempuhsuatu kebijaksanaan yang mewajibkan
setiap orang untuk membayar pajak sesuai dengan kewajibannya.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan
Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Pemerintah Pusat
dan Daerah menetapkan bahwa penerimaan daerah dalam pelaksanaan
desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan pembiayaan. Sumber
pendapatan daerah yaitu;
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh
daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, meliputi; pajak daerah, retribusi
daerah termasuk didalamnya hasil dari pelayanan badan layanan
umum (BLU) daerah, lain-lain PAD yang sah.
2. Dana perimbangan, merupakan dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Menurut Undang-Undang Pajak Daerah Nomor 34 Tahun 2000 yang
kemudian diubah kedalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, jenis
Pajak Propinsi terdiri dari
1. Pajak Kendaraan Bermotor;
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
4. Pajak Air Permukaan; dan
5. Pajak Rokok
Jenis Pajak Kabupaten/ Kota terdiri dari 11 jenis pajak, yaitu; Pajak
Hotel; Pajak Restoran; Pajak Hiburan; Pajak Reklame; Pajak Penerangan
Jalan; Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; Pajak Parkir; Pajak Air
Tanah; Pajak Sarang Burung Walet; Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan; dan Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Adapun fungsi pajak menurut Waluyo (2009:6), terbagi atas dua,
sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh: dimaksukkan pajak dalam APBN
sebagai penerimaan dalam negeri. Yang kedua yaitu Fungsi Mengatur
(Reguler) yang mana pajak berfungsi sebagai alat untuk
mengatur/melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai
contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras,
dapat ditekan, demikian pula terhadap barang mewah. Pada dasarnya objek
pajak merupakan manifestasi dari taatbestand (keadaan yang nyata).
Taatbestand adalah keadaan, peristiwa, atau perbuatan yang menurut
peraturan perundang-undangan pajak dapat dikenakan pajak. Kewajiban
pajak dari seseorang terjadi apabila orang/ masyarakat tersebut memenuhi
hal tersebut. Penentuan yang menjadi objek pajak daerah saat ini dapat
dilihat pada Permen No. 65 Tahun 2001 tentang pajak daerah yang
merupakan pengganti dari Permen No. 19 Tahun 1997 tentang pajak daerah.
Hal ini merupakan penentuan objek pajak daerah secara garis umum, yang
mana dilihat pemberlakuan suatu jenis pajak daerah pada suatu propinsi atau
kabupaten/ kota ditetapkan dengan peraturan daerah yang mana untuk
mengetahui apa saja yang menjadi objek pajak yang harus dilihat, dan apa
yang ditetapkan peraturan daerah sebagai objek pajak daerahnya. Dalam hal
pemungutan pajak daerah terdapat dua istilah yang berbeda yaitu subjek
pajak dan wajib pajak. Subjek pajak adalah orang prbadi atau badan yang
badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak,dan pemungutan pajak,
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
22.Tarif Pajak Daerah
Menurut Waluyo (2009:17) tarif pajak adalah tarif untuk menghitung
besarnya pajak terutang (pajak yang harus dibayar). Tarif pajak daerah dapat
dipungut oleh pemerintah daerah yang mana telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 yang ditetapkan dengan pembatasan atas
tarif paling tinggi, yang berbeda-beda untuk setiap jenis pajaknya, yaitu:
1. Pajak Kendaraan Bermotor untuk kendaraan pribadi pertama paling besar 2% dan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya paling besar 10%.
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, ditetapkan paling tinggi penyerahan pertama 20% dan peyerahan kedua dan seterusnya 1%
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi 10%
4. Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi 10%
5. Pajak Rokok ditetapkan paling tinggi 10%
6. Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi 10%
7. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi 10%
9. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi 25 %
10. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi 10%
11. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan paling tinggi 25%
12. Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi 30%
13. Tarif Pajak air tanah ditetapkan paling tinggi 20%
14. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi 10%
15. Tarif PBB Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi 0,3%
16. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 5%
Tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi sepuluh persen dan
ditetapkan dalam peraturan daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
Dengan adanya penetapan tarif pajak ini dimaksudkan agar pemerintah
Kabupaten/ Kota dapat berkreasi dan leluasa dalam menetapkan tarif pajak
sesuai dengan kondisi daerahnya sendiri.
2.1.4 Pengenaan Pajak
Dasar pengenaan pajak Kabupaten/ Kota adalah sebagaimana
disebutkan di bawah ini:
1. Pajak Hotel dikenakan atas jumlah pembayaran yang dilakukan
kepada hotel. Jika pembayaran dipengaruhi oleh hubungan
pasar yang wajar pada saat pemakaian jasa hotel/ yang termasuk
dalam jenis pajak hotel.
2. Pajak Restoran dikenakan atas jumlah pembayaran yang dilakukan
kepada restoran.
3. Pajak Hiburan dikenakan atas jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar untuk menonton dan atau menikmati hiburan.
4. Pajak Reklame dikenakan atas nilai sewa reklame yang didasarkan
atas nilai jual objek pajak reklame dan nilai strategis pemasangan
reklame.
5. Pajak Penerangan Jalan dikenakan atas nilai jual tenaga listrik yang
terpakai.
6. Pajak Parkir dikenakan atas penerimaan penyelenggaraan parker
yang berasal dari pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk
pemakaian tempat parkir kendaraan bermotor.
2.1.5 Definisi Pajak Hotel
Menurut Marihot (2005:245) pajak hotel adalah pajak atas pelayaan
Hotel adalah fasilitas penyediaan jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Pemungutan pajak hotel saat ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
Pengenaan pajak hotel tidak mutlak ada pada seluruh Kabupaten/
Kota yang ada di Indonesia. Pada dasarnya pemerintah daerah terlebih
dahulu harus menerbitkan peraturan daerah tentang pajak hotel. Peraturan
yang diterbitkan tersebut akan menjadi landasan hukum operasional dalam
teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak hotel didaerah
Kabupaten/ Kota yang bersangkutan.
Menurut Marihot (2005:246), ada beberapa terminology yang perlu
diketahui dalam pemungutan pajak hotel, yaitu:
1. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan/atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu dikelola, dan dimiliki oleh pertokoan dan perkantoran.
2. Rumah penginapan adalah penginapan dalam bentuk dan klasifikasi apapun beserta fasilitasnya yang digunakan untuk menginap dan disewakan untuk umum.
3. Pengusaha hotel adalah pribadi atau badan bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha dalam bidang penginapan.
5. Bon penjualan (bill) adalah bukti pembayaran, yang sekalipun sebagai bukti pungutan pajak, yang dibuat oleh wajib pajak pada saat mengajukan atas jasa pemakaian kamar atau tempat penginapan beserta fasilitas penunjang lainnya kepada subjek pajak.
Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan hotel dengan
pembayaran, termasuk:
1. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek. Yang
dimaksud disini adalah rumah penginapan termasuk rumah kost
dengan jumlah kamar sepuluh atu lebih yang menyediakan fasilitas
seperti rumah penginapan. Fasilitas penginapan/fasilitas jangka
pendek antara lain: gubuk pariwisata (cottage), motel, wisma
pariwisata, pesanggrahan (hostel), losmen dan rumah penginapan.
2. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau
tingkat jangka pendek yang bersifat memberikan kemudahan dan
kenyamanan, antara lain telepon, facsimile, teleks, fotocopy,
pelayanan cuci, setrika, taksi, pengangkutan lainnya yang disediakan
dan dikelola oleh hotel.
3. Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu
4. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di
hotel.
Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran kepada hotel. Subjek pajak adalah konsumen yang menikmati
dan membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha hotel ataupun
penginapan baik itu rumah kos, losmen, motel dan lainnya. Menurut
Muljono (2009), wajib pajak adalah pengusaha hotel, yaitu orang pribadi
atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau
pengusaha dibidang jasa penginapan. Dalam menjalankan kewajibannya/
perpajakannya sebagai wajib pajak dapat diwakili oleh pihak tertentu yang
diperkenankan oleh undang-undang dan peraturan daerah tentang pajak
hotel, dan bertanggung jawab secara pribadi dalam pembayaran pajak
terutang. Wajib pajak juga dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat
kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakannya.
2.1.6 Hukum Pemungutan Pajak Hotel
Pemungutan pajak hotel di Indonesia didasarkan pada dasar hukum
yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak
terkait. Dasar hukum pemungutan pajak hotel pada suatu Kabupaten/Kota
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
danm Retribusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5049);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5161);
3. Peraturan Pemerintah Nomo 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak
Daerah yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau
Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 153);
4. Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota yang mengatur pajak hotel.
Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 6 Tahun 2011 tentang
tatacara pemungutan pajak hotel.
5. Keputusan Bupati/ Walikota yang mengatur tentang pajak hotel
sebagai aturan pelaksana peraturan daerah tentang pajak hotel pada
Kabupaten/Kota yang dimaksud. Peraturan Walikota Cilegon No.
2.1.7 Cara Pemungutan Pajak Hotel
Setiap pengusaha hotel (yang menjadi wajib pajak) wajib
menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak
hotel yang terutang dengan menggunakan SPTPD. Ketentuan ini
menunjukkan system pemungutan pajak hotel pada dasarnya merupakan
Self Assessment System yaitu suatu system pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak
yang terutang dengan ciri-ciri:
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
wajib pajak sendiri;
2. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang;
3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi (Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten/ Kota, yang ditunjuk oleh Bupati/ Walikota
menjadi fiskus).
Penetapan pajak setiap daerah tidak semuanya diserahkan
sepenuhnya kepada wajib pajak, tetapi ditetapkan oleh kepala daerah.Pada
daerah yang wajib pajaknya ditetapkan oleh Bupati/ Walikotanya, jumlah
Daerah (SKPD), yang mana wajib pajak tetap memasukan SPTPD tanpa
perhitungan pajak.Berdasarkan SPTPD yang disampaikan tersebut dan
pendataan yang dilakukan oleh fiskus, Bupati/ Walikota/pejabat yang
ditunjuk oleh Bupati/ Walikota menetapkan pajak hotel yang terutang
dengan menerbitkan SKPD. SKPD tersebut harus dilunasi oleh wajib pajak
paling lama tiga puluh hari sejak diterimanya SKPD oleh wajib pajak yang
bersangkutan. Namun tidak semua kegiatan pemungutan pajak hotel dapat
diserahkan kepada pihak ketiga, yaitu kegiatan penghitungan besarnya pajak
yang terutang, pengawasan penyetoran pajak, dan penagihan pajak.
2.1.8 Analisis Potensi Pajak Hotel
Potensi adalah sesuatu yang sebenarnya sudah ada, hanya belum
didapatkan atau diperoleh di tangan (Mahmudi, 2010:48). Untuk
memperoleh potensi tersebut, misalnya saja potensi sumber daya tambang
perlu upaya eksplorasi dan eksploitasi, untuk potensi pajak perlu dilakukan
upaya pajak (tax effort). Potensi pendapatan masing-masing daerah pastilah
tidak sama karena adanya perbedaan faktor demografi, ekonomi, sosiologi,
budaya geomorfologi dan lingkungan wilayahnya. Walaupun adanya
potensi yang sama antara satu daerah dengan daerah yang lain pastinya
sumber daya manusia yang mengolahnya berbeda kemampuan dan
pemikiran sehingga berpengaruh terhadap pendapatannya. Suatu daerah
potensi dan kemampuannya dalam mengelola potensi dikategorikan atas
1. Memiliki potensi dan kemampuan mengelola yang tinggi;
2. Memiliki potensi yang tinggi namun kemampuan mengelolanya rendah;
3. Memiliki potensi yang rendah namun kemampuan mengelola yang
tinggi
4. Memiliki potensi yang rendah dan kemampuan mengelolanya rendah.
Perhitungan potensi pendapatan dibagi atas dua pendekatan,
pendekatan basis makro, misalnya dilakukan melalui teknik estimasi dengan
modal regresi ekonometrik yang menggunakan variabel makro ekonomi
sebagai proksi, pendekatan basis mikro dilakukan dengan cara melakukan
survey dan observasi terhadap objek dan subjek kemudian dilakukan
perhitungan (assessment) potensi pendapatan yang ada. Adapun cara
menghitung potensi pajak hotel menurut Mahmudi (2010:66) adalah:
Rumus:
Potensi Pajak Hotel : Rata-rata Hunian Kamar x Tarif Rata-rata x 360 hari x Tarif
Pajak
2.2 Definisi Rumah Kost
Menurut Dinas Perumahan Provinsi DKI Jakarta adalah:
pemondokan. Kos-kosaan dirancang untuk memenuhi kebutuhan hunian yang bersifat sementara dengan sasaran pada umumnya adalah mahasiswa dan pelajar yang berasal dari luar kota atau luar daerah.
Walaupun sasaran dari rumah kos adalah mahasiswa dan pelajar,
tidak sedikit pula rumah kos ditempati oleh masyarakat umum yang tidak
memiliki rumah pribadi dan menginginkan berada pada lokasi
beraktifitasnya sehari-hari.
2.3 Penelitian Terdahulu
Untuk menunjang penelitian ini, peneliti menggunakan tiga
penelitian terdahulu, yaitu:
1. Penelitian dengan judul “Pelaksanaan Administrasi Pemungutan
Pajak Hotel di Dinas Pendapatan Kota Depok pada tahun
2001/2002”, yang diteliti oleh Hendra Prawira W. Siregar dalam
Program Sarjana Ekstensi Universitas Indonesia pada tahun
2004.
Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui
bagaimana pelaksanaan administrasi Pajak Hotel berdasarkan
ketentuan perundang-undangan Pajak Hotel dan untuk
mengetahui bagaimana efektivitas administrasi pemungutan
Pajak Hotel di Dispenda Depok. Permasalahan pokok pada
penelitian terdahulu adalah bagaimana pelaksanaan administrasi