• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.4 Analisis Data

4.4.6 Menegakkan Hukum Atau Aturan Perpajakan

Tujuan dari adanya penegakan hukum agar seluruh tahapan administrasi perpajakan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga seluruh potensi penerimaan pajak yang telah diperhitungkan akan dapat direalisasikan.

Hal yang wajar memang adanya keterlambatan akan bayar pajak oleh wajib pajak yang mana hal tersebut juga masih dalam takaran wajar dan dapat dimaklumi, namun untuk meminimalisir keadaan yang tidak terduga perlu juga diberikannya sanksi yang tegas oleh pemerintah daerah tersebut. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Ardiano Setyawan, yaitu: “ada, mungkin mereka lupa, paling sanksi yang diberikan berupa surat teguran dan

memberikan denda berupa persen dari pajak yang mereka bayar yaitu bunya 2%. Apabila tidak diindahkan atau masih membandel dari STPD tersebut dikenakan kenaikan pajak 25%”.(Wawancara di kantor Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon. Senin, 15 September 2014 pukul 15:00 WIB)

Pernyataan dari Bapak Rahmatullah selaku Kasi Pendataan dan Dokumentasiakan sanksi tersebut adalah:

“bagi pegawai selama ini berupa teguran sebanyak 3 kali, apabila masih juga melanggar menyerahkannya kepada atasan tertinggi. Misalnya bawahan saya melakukan kesalahan maka saya tegur apabila masih melakukan kesalahan yang sama akan dilimpahkan kepada kepala pajak daerah. Bagi wajib pajak, wajib pajak menyetorkan sendiri pajaknya melalui PDL, setiap akhir bulan menyampaikan SPTPD kewajib pajak, kemudian wajib pajak mengisi dan melaporkan omset yang dia dapatkan paling lambat tanggal 15, dan apabila tidak melaporkan akan kita berikan surat teguran untuk mengembalikan SPTPD dalam waktu 7 hari dan apabila tidak mengembalikan, maka Kasi Pendataan akan menerbitkan memo internal. Melalui Kasi

Pendataan diterbitkan SKPDKB (sampai tanggal 30 kalau tidak stor juga”.

(Wawancara di kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Cilegon. Senin, 22 September 2014 pukul 14:00 WIB)

Adapun sanksi yang diberikan untuk para pegawai menurut Bapak Anwaryanto, yaitu:

“Bagi pegawai, kalau sanksi mangkirnya kita panggil, ngasih arahan pertama hingga arahan ketiga, ngasih teguran, ya kalau ngak mempan diberikan kepada atasan”.(Wawancara di kantor UPTD 1 Kota Cilegon. Selasa, 23 September 2014 pukul 15:10 WIB)

Dari hasil wawancara tersebut peneliti menarik analisis bahwa aturan yang berlaku telah diterapkan dengan semestinya, seperti adanya hukuman atau sanksi berupa teguran yang diberikan kepada pegawainyan melakukan kesalahan sebanyak 3 kali dan menyerahkan kepada atasan tertinggi untuk ditentukan nasibnya. Disisi lain apabila suatu kesalahan yang berbeda tingakatnya hanya diberikan teguran sebanyak 3 kali, dirasakan sanksi itu masih kurang karena tidak akan membuat mereka jera, karena teguran bukanlah hal yang menakutkan. Dari hasil wawancara diatas timbul pertanyaan pada bulan apakah dijadikannya bulan panutan pajak. Hal ini dijawab oleh Bapak Bagus Nurtajaya selaku Kepala Bidang Pajak Daerah, yaitu:

“Untuk pajak PBB dilakukakan pada bulan Juni atau Juli. Kita memberikan penghargaan pada wajib pajak yang berpotensi di tahun sebelumnya. Itu sesuai dengan kriteria yang kita tetapkan. Untuk pajak hotel berupa penghargaan kalo penghargaan di lakukan pada triwulan 4 (antara bulan Oktober, November, Desember), konsumen kita berikan penghargaan berupa doorprice seprti sepeda motor dan televisi.”.(

Wawancara di kantor DPPKD. Jum’at, 12 Desember 2014 pukul 10:35 WIB)

Pernyataan dari Bapak Hadi Permana selaku Kasi Penagihan periode 2011-2014, yaitu:

“Biasanya bulan panutan PBB itu Juni or Juli. Kalo pajak hotel dan lain-lainnya tergantung kasinya. Tergantung keputusan kepala seksinya yang mengadainya maunya bulan apa gitu. Kegiatan sosialisasi pajak dulunya dibawah kasi penagihan, kalo sekarang katanya dibawah kasi pendataan.”(Wawancara via Blackbarry Messenger, Sabtu, 13 Desember 2014 pukul 15:25 WIB)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa panutan bayar pajak untuk pajak hotel sendiri ditentukan oleh kepala seksi yang bertanggung jawab untuk hal tersebut. Untuk meningkatkan kesadaran wajib pajaknya sendiri, Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon memberikan penghargaan untuk wajib pajak yang taat pajak. Selain itu diberikannya penghargaan berupa doorprice untuk para konsumen wajib pajak dengan memberikan hadiah berupa sepeda motor maupun televisi. Berdasarkan pernyataan tersebut timbul pertanyaan apa ada dilakukannya sidak sadar wajib pajak khususnya untuk rumah kos oleh Bidang Pajak, yang mana dijelaskan oleh Bapak Bagus Nurtajaya selaku Kepala Bidang Pajak Daerah, yaitu:

“Ada, tapi sekedar observasi/ intelejen sih ada, kalau sidak tidak ada. Kita kasih tahu dulu kalau memang kita ada sidak, itu dinamakan tongkrongan. Observasi itu penongkrongan, dilakukan sekitar tiga kali dalam setahun/ pertriwulan dengan lokus yang berbeda setiap triwulannya.” (Wawancara di kantor DPPKD koat Cilegon. Jum’at, 12 Desember 2014 pukul 10:35 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara di atas diketahui bahwa tidak adanya dilakukan sidak sadar wajib pajak secara langsung atau tiba-tiba dari bidang pajak daerah sebelum diberitahukan terlebih dahulu melalui surat pemberitahuan kepada wilayah yang terkait. Adapun nama dari kegiatan ini disebut tongkrongan atau observasi oleh bidang pajak daerah.

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil pemaparan deskripsi obyek penelitian dan deskripsi data yang telah didapatkan bahwa Peraturan Walikota Cilegon Nomor. 26 Tahun 2012 tentang pajak hotel dengan objek rumah kost belum berjalan dengan optimal. Hal tersebut dapat di lihat dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti selama dilapangan. Dari rumah kos yang lebih dari 10 kamar di Kelurahan Kotabumi hanya terdapat 1 wajib pajak yang sadar akan pajaknya. Padahal dari data yang didapatkan dilapangan terdapat lebih kurang dua puluh satu rumah kos yang lebih dari 10 kamar yang belum bayar pajak. Dari dua puluh satu rumah kos tersebut potensi pajak hotel untuk rumah kos di Kelurahan Kotabumi mencapai Rp. 25.208.333,- perbulan atau Rp. 294.220.000,- pertahunnya. Angka ini sangat jauh dari target perolehan pajak untuk jenis Losmen/ Rumah Penginapan/ Pesanggraha/ Hostel/ Rumah Kos Kota Cilegon yang hanya ditargetnya sebesar Rp. 50.000.000,- setahunnya. Adapun data wajib pajak hotel/ rumah kost/ kontrakan yang telah didapat dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon pada tahun 2014, yaitu:

Tabel 4.5

Data Wajib Pajak Hotel/ Rumah Kos/ Kontrakan Tahun 2014

NO. NAMA WAJIB PAJAK ALAMAT

1. Ibu Sari Kontrakan Link. Kalanganyar RT.001/001

2. Maimunah, Hj.Kontrakan Jl.Tengku Umar, Kalanganyar, RT.006/001, Kedaleman, Cibeber, Cilegon

3. Masitah Kontrakan Link. Kadipaten RT.006/002

4. Masnuni, H. Kontrakan Jl.Sambiranggon RT.002/005

5. Mubarok Kontrakan Jl.Tengku umar RT.01/01

6. Puri Pavilliun Kontrakan Jl.Jombang Kali. No.12A RT. 02/09

7. Rochili Soleh, H.

8. Rumah Abah Kontrakan Jl. G. Pulosari No. 1 Damkar Ks Cilegon Sumber: Kasi Pendapatan dan Dokumentasi DPPKD Kota Cilegon 2014

Dari data yang diperoleh diatas hanya delapan wajib pajak yang terdata dengan status sebagai kontrakan hingga tahun 2014, sedangkan dilapangan sendiri terdapat banyak rumah kost yang lebih dari 10 kamar yang berada di Cilegon khususnya sendiri pada Kelurahan Kotabumi. Namun tidak hanya di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah, di Kelurahan Kotabumi sendiripun belum data terkait aktivitas kegiatan yang dilaksanakan berupa usaha rumah kos/ kontrakan pada profil potensi Kelurahan tersebut. Adapun data wajib pajak yang telah melaporkan pajaknya di Kelurahan Kotabumi yang terdata di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon sudah ada satu nama wajib pajak yang bernama “Rumah Abah Kontrakan” yang berada di jalan Gunung Pulosari No. 1 Damkar Krakatau Steel. Di sisi lain sistem perpajakan yang dipakai untuk pajak hotel adalah Self Assessment System

yang mana wajib pajak menghitung, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terhutang tanpa campur tangan fiskus hal ini guna memberikan kepercayaan yang sebesar-besarnya bagi wajib pajak untuk meningkatkan kepatuhan pajaknya

Berdasarkan informasi yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara, tentang administrasi perpajakan daerah dengan objek rumah kos disebabkan karena, pertama

kurangnya pemahaman dari pemilik kosan akan sadar pajak, hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya objek pajak rumah kos lebih dari 10 kamar yang belum dilaporkan. Kurangnya sosialisasi langsung dan tidak merata ke semua wilayah oleh Dinas Pendapatan Daerah yang mengakibatkan sedikitnya masyarakat yang mempunyai kesadaran untuk melaporkan wajib pajaknya terhadap usaha yang dilakukannya. Kurangnya sosialisasi yang diberikan pemerintah tentang adanya perubahan atas Peraturan Walikota Cilegon No. 49 Tahun 2011 ke Peraturan Walikota Cilegon No. 26 Tahun 2011 yang mana rumah kos dengan jumlah lebih dari sepuluh kamar dikenakan pajak hotel sebesar 10 %.

Kedua, terbatasnya sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten dan memiliki latar belakang pendidikan perpajakan. Kualitas pendidikan seseorang dapat mempengaruhi kualitas pekerjaan yang dilakukan. Begitu pula dengan bidang pajak daerah yang kesehariannya bersangkutan dengan perpajakan namun tidak memiliki pegawai yang berlatar belakang pendidikan perpajakan. Untuk menutupi kelemahan yang ada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah telah melakukan peningkatan kapasitas dengan memberikan diklat/ bintek maupun memberikan tugas belajar untuk pendidikan diploma 1 untuk program

keuangan spesifikasi pajak konsentrasi PBB-P2 dan konsentrasi OC PBB-P2 selama satu tahun di STAN Tangerang Selatan. Adapun diklat maupun bintek ini telah dilakukan oleh delapan orang pegawai dari tahun 2011-2014.

Berangkat dari penjelasan diatas, delapan pegawai yang disekolahkan oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon periode 2011-2014 sebanyak delapan orang dan disekolahkan untuk diploma 1 untuk pajak PBB. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan yang diberikan hanya dikhususkan untuk PBB saja atau bisa disebut belajar untuk menghitung pajak. Jumlah pegawai bidang pajak dirasakan tidak sebanding dengan beban kerja yang ada, yang diketahui ada banyak jenis pajak yang lain yang dikelola oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon dan semuanya juga membutuhkan perhatian khusus. Walaupun ada pelatihan-pelatihan lain yang dapat membantu pekerjaan dalam perpajakan, tentunya masih banyak hambatan-hambatan dalam prosesnya. Hambatan-hambatan tersebut bisa berujung pada penumpukan pekerjaan atau bahkan tidak terperhatikannya jenis pajak lain yang sebenarnya sangat berpotensi. Hal ini terbukti kurangnya sosialisasi atau perhatian pada pajak hotel untuk rumah kos lebih dari sepuluh kamar. Dengan jenis pajak yang tergolong baru, pajak hotel akan rumah kos lebih dari sepuluh kamar ini seharusnya lebih diperhatikan baik itu berupa sosialisasi maupun penongkrongan face to face

dari dinas terhadap masyarakat dikarenakan dengan sistem perpajakan yang memakai Self Assessment System, dibutuhkannya kesadaran dari wajib pajak itu sendiri untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terhutang. Untuk itu pentingnya pemerintah menjelaskan secara jelas apa saja kriteria objek pajak yang kena pajak dan manfaat dari membayar pajak guna terwujudnya kesadaran dari masyarakat/ wajib pajak itu sendiri.

Ketiga, ketidaktegasan pemerintah terkait dalam pemberian sanksi kepada petugas maupun wajib pajak. Hal ini didukung dengan tidak adanya kegiatan sidak sadar wajib pajak oleh Sinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon Bidang Pajak Daerah. Permasalahan kurang tegasnya sanksi yang diberikan pemerintah tergadap petugas pajak dan masyarakat, sehingga rendahnya kesadaran masyarakat untuk melaporkan pajaknya. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja para implementor kebijakan mempunyai korelasi yang cukup signifikan, hal ini terlihat pada semakin baik kinerja dan kredibilitas para birokrat dan implementor kebijakan maka semakin baik juga tingkat kesadaran masyarakat akan peraturan yang ada, dan begitu pula sebaliknya. Selain itu tingkat pemahaman masyarakat terhadap pentingnya peraturan daerah, dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakatnya dalam menyikapi setiap peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Semakin baik tingkat

pengetahuan masyarakat tersebut semakin baik juga tingkat kesadaran masyarakat tersebut akan keberadaan peraturan daerah dan melaksanakannya dengan baik.

Untuk itu penegakan hukum atau aturan perpajakan sangatlah penting untuk mengatur jalannya suatu program pemerintah dalam peningkatan penerimaan pajak daerahnya. Adanya payung hukum atau aturan yang jelas akan membuat masyarakatnya sadar akan guna bayar pajak, hal ini bisa dirasakan secara tidak langsung oleh masyarakatnya pada pembagunan daerah seperti insfrastruktur jalan, penerangan, fasilitas kesehatan dan lain-lainnya. Rendahnya sanksi hukum bagi mereka yang melanggar membuat masyarakat semakin tidak sadar akan kewajibannya sebagai warga negara dan menjadikan masyarakat tersebut tidak peduli terhadap aturan yang ada atau bahkan bersikat apatis terhadap hukum dan peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah. Kurang tegasnya sanksi yang diberikan mengakibatkan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pelaporan wajib pajak terhadap rumah kosannya. Sehingga pemerintah akan merasakan kesulitan dalam melakukan kerjasana yang baik dengan masyarakatnya.

Adapun sanksi administratif keterlambatan pengembalian SPTPD setelah ditegus akan dikenakan sanksi berupa bunga 2% sebulan dihitung dari besarnya pajak yang kurang atau terlambat dibayarkan. Dan apabila kewajiban menyampaikan SPTPD tidak dipenuhi, pajak terutang dikenakan secara jabatan ditambah sanksi administratif berupa kenaikan 25% dari pokok pajak dan ditambah sanksi administratif berupa bunga 2% sebulannya. Adapun sanksi hukum apabila tidak bayar pada waktunya dapat dilakukan penagihan dengan Surat Paksa. Surat paksa diterbitkan apabila: pertama, jumlah pajak yang masih harus dibayar oleh wajib pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Peringatan, Surat Teguran, atau surat lain yang sejenisnya. Kedua, telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus terhadap wajib pajak. Ketiga, wajib pajak tidak memenuhi ketetentuan sebagaimana dinyatakan dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak. Penagihan seketika dan sekaligus terhadap wajib pajak dilakukan oleh jurusita pajak apabila: wajib pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk itu; wajib pajak menghentikan atau secara nyata mengecilkan kegiatan perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia ataupun memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasainya; terdapat tanda-tanda wajib pajak akan membubarkan usahanya atau menggabungkan usahanya atau memekarkan usahanya atau memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya atau melakukan perubahan bentu lainnya; badan usaha dibubarkan oleh Negara; terjadinya penyitaan atas barang wajib pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan. Penerbitan Surat Paksa dilakukan oleh pejabat setelah lewat 21

hari sejak tanggal diterima nya Surat Teguran atau Surat Peringatan. Apabila wajib pajak menolak Surat Paksa dengan alasan sedang mengajukan keberatan pajak atau lainnya, maka salinan Surat Paksa dimaksud ditinggalkan di tenpat tinggal, tempat usaha atau tempat kedudukan wajib pajak dan dicatat dalam berita acara penyampaian surat paksa bahwa wajib pajak menolak menerima salinan Surat Paksa, sehingga Surat Paksa dianggap sudah diberitahukan. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 bulan sejak tanggal SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB, SKPDN dan pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan daerah diterima wajib pajak. Dalam jangka waktu paling lama 12 bulan sejak menerima Surat Keberatan, Kepala Dinas harus memberikan keputusan atas keberatan yang dinyatakan, apabila setelah lewat 12 bulan sejak permohonan keberatan diterima dan Kepala Dinas tidak memberikan keputusan, maka permohonan keberatan dianggap diterima sepenuhnya.

Untuk teguran lisan yang diberikan atasan terhadap bawahannya belum dapat meyakinkan bahwa mereka akan patuh akan peraturan yang ada. Walaupun pada dasarnya belum ada pengakuan akan adanya pegawai yang melakukan kesalahan, namun hal ini berguna untuk mengatur dan menjaga kedisiplinan pegawai itu sendiri, baik itu dalam segi jam kerja yang mestinya dimanfaatkan dengan secara bijaksana.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil paparan di bab-bab sebelumnya tentang masalah-masalah dan temuan di lapangan mengenai “Administrasi Perpajakan Daera Pada Pajak Hotel di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangn Daerah Kota Cilegon (Studi Kasus Rumah Kos Lebih Dari Sepuluh Kamar di Kelurahan Kotabumi)”, didapatkan kesimpulan akhir sebagai berikut:

1. Kurangnya pemahaman dari pemilik kosan akan sadar pajak yang dikarenakan kurangnya sosialisasi yang diberikan pemerintah tentang adanya perubahan atas Peraturan Walikota Cilegon No. 49 Tahun 2011 ke Peraturan Walikota Cilegon No. 26 Tahun 2012 yang mana rumah kos dengan jumlah lebih dari sepuluh kamar dikenakan pajak hotel sebesar 10 %.

2. Terbatasnya sumber daya manusia (SDM) baik yang berkompeten dan memiliki latar belakang pendidikan perpajakan. Kualitas pendidikan seseorang dapat mempengaruhi kualitas pekerjaan yang dilakukan.

3. Ketidaktegasan pemerintah terkait dalam pemberian sanksi kepada petugas maupun