• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.4 Analisis Data

4.4.2 Mengidentifikasi subjek dan atau objek pajak daerah/ penentuan wajib pajak

Tahap ini sering dinamakan dengan tahap pendataan, aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah mengidentifikasi objek pajak dan atau subjek pajak daerah. Tahap ini instansi yang berwenang memungut pajak daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah yang mana harus mengidentifikasi subjek atau obyek dari masing-masing jenis pajak daerah yang akan dipungut. Tahap ini merupakan salah satu tahapan yang sangat penting karena pada tahap inilah jumlah objek dan subjek pajak sangat diperlukan terhadap pajak daerah yang obyek pajaknya relatif rendah mudah disembunyikan, sehingga wajib pajaknya mudah untuk melakukan penghindaran pajaknya. Dalam hal ini siapa target objek dan atau subjek dan siapa wajib pajak dari Pajak Hotel.

Dalam mengidentifikasi subjek dan/atau objek pajak daerah harus adanya sosialisasi terlebih dahulu terhadap subjek maupun objek pajaknya tersebut terlebih dahulu. Adapun sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah terkait perubahan terhadap Perwal tersebut adalah dengan cara mengundang langsung wajib pajak hotel tersebut dan melakukan sosialisasi secara tidak langsung dengan membuat iklan masyarakat baik itu dengan media elektronik maupun media cetak. Hal ini sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Bapak Ardiano Setyawan Selaku Kasi Pendataan dan Dokumentasi, yaitu:

“kalau sosialisasi sudah sih, seperti mengundang wajib pajak dan sosialisasi melalui media”. (Wawancara di kantor Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon. Senin, 15 September 2014 pukul 15:00 WIB)

Berdasarkan wawancara selanjutnya, hal yang hampir sama juga disampaikan oleh Bapak Akhmad Khotib selaku Kasi Penetapan, yang menyatakan bahwa:

sosialisasinya lewat radio, televisi, media koran dan secara langsung khusus pajaknya secara global kita mengambil tempat di hotel atau rumah makan seperti Grand Mangkuputra dan Sari Kuring (Wawancara di kantor Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon. Senin, 15 September 2014 pukul 14:00 WIB).

Dari hasil pernyataan tersebut peneliti masih kurang puas dengan jawaban yang diberikan oleh kedua informan tersebut, peneliti mendatangi Bapak Anwaryanto selaku Kasi Penetapan periode 2011-2014, yang mana pernyataan dari beliau :

“udah kita laksanakan, kita undang wajib pajak ngak secara sekaligus, dilakukan setiap tahunnya. Bukan berarti Wajib Pajak baru juga, yang dilakukan masih penongkrongan dan audit (masih menghimbau). Sudah semua wajib pajak di Sari Kuring Indah “. (Wawancara di kantor UPTD 1 Kota Cilegon. Selasa, 23 September 2014 pukul 15:10 WIB).

Untuk memperkuat pernyataan tersebut, peneliti mendatangi Bapak Bagus Nurtajaya selaku Kepala Bidang Pajak Daerah DPPKD Kota Cilegon yang mana penjelasannya berikut:

sosialisasinya mengundang langsung/penyuluhan langsung pada wajib pajak hotel dan tidak langsungnyamembuat iklan layanan masyarakat seperti media elektronik maupun media cetak. Di satu kota kita adakan di gedung pertemuan hotel, tapi tidak tetap satu hotel. Di lain itu kita memberikan penghargaan kepada hotel yang patuh”. (Wawancara di kantor Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon. Selasa, 30 September 2014 pukul 10:20 WIB)

Dari pernyatakan-pernyataan diatas, dapat dianalisis bahwa jawaban yang diberikan rata-rata berbeda, walaupun pada intinya sama menyatakan bahwa sudah ada dilakukannya sosialisasi baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Adapun sosialisasi langsung yang dilakukan oleh pemerintah terkait yaitu Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon dengan cara mengundang calon wajib pajak/ kelurahan terkait di hotel maupun restoran. Sosialisasi langsung yang pernah dilakukan dengan mengundang calon wajib pajak telah dilakukan sebanyak dua kali setelah adanya perubahan terhadap Perwal Kota Cilegon tersebut. Selain itu pemerintah terkait juga melakukan sosialisasi secara tidak langsung dengan memasang iklan di media elektronik maupun media cetak.

Namun dari data yang di dapat dilapangan, sosialisasi yang dilakukan tidaklah maksimal dimana dari data yang diperoleh jumlah wajib pajak tahun 2013 dan tahun 2014 di

triwulan dua untuk kategori rumah kos/ kontrakan hanya mengalami penambahan dua wajib pajak, yang mana datanya sebagai berikut:

Tabel 4.1

Data Wajib Pajak Hotel/ Rumah Kos/ Kontrakan Tahun 2013

No. Nama Wajib Pajak Alamat

1. Ibu Sari Kontrakan Link. Kalanganyar RT.001/001

2. Masitah Kontrakan Link. Kadipaten RT.006/002

3. Masnuni, H. Kontrakan Jl.Sambiranggon RT.002/005

4. Mubarok Kontrakan Jl.Tengku umar RT.01/01

5. Puri Pavilliun Kontrakan Jl.Jombang Kali. No.12A RT. 02/09

6. Rochili Soleh, H.

Kontrakan Jl.Tengku Umar Link. Kalanganyar RT.005/001

Sumber: Kasi Pendapatan dan Dokumentasi DPPKD Kota Cilegon 2013

Untuk data wajib pajak rumah kos/ kontrakan pada tahun 2014 ini adalah data pada triwulan pertama pada 31 Maret 2014. Adapun data per enam lebih tidak mengalami kenaikan calon wajib pajak untuk pajak hotel apalagi untuk pajak rumah kos/ kontrakan. Adapun data terakhir wajib pajak rumah kos/ kontrakan pada tahun 2014, yaitu:

Tabel 4.2

Data Wajib Pajak Hotel/ Rumah Kos/ Kontrakan Tahun 2014

No. Nama Wajib Pajak Alamat

1. Ibu Sari Kontrakan Link. Kalanganyar RT.001/001

2. Rochili Soleh, H. Kontrakan Jl.Tengku Umar Link. Kalanganyar RT.005/001

3. Masitah Kontrakan Link. Kadipaten RT.006/002

4. Masnuni, H. Kontrakan Jl.Sambiranggon RT.002/005

5. Mubarok Kontrakan Jl.Tengku umar RT.01/01

6. Puri Pavilliun Kontrakan Jl.Jombang Kali. No.12A RT. 02/09

7. Maimunah, Hj.Kontrakan Jl.Tengku Umar, Kalanganyar, RT.

006/001, Kedaleman, Cibeber, Cilegon

8. Rumah Abah Kontrakan Jl. G. Pulosari No. 1 Damkar Ks Cilegon

Sumber: Kasi Pendapatan dan Dokumentasi DPPKD Kota Cilegon 2014

Berdasarkan tabel diatas, hanya terdapat dua nama wajb pajak baru dari data wajib pajak hotel/ rumah kos/ kontrakan pada periode sebelumnya. Dapat dianalisis bahwa belum maksimalnya kinerja yang dilakukan oleh para pegawai Dinas Pendapatan dan Pengelolaan

Keuangan Daerah Kota Cilegon Bidang Pajak Daerah dalam memberikan sosialisasi terhadap wajib pajak hotel/ rumah kos/ kontrakan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Bapak Hadi Permana selaku Kasi Penagihan periode 2011-2014 menyatakan bahwa:

“kemaren itu baru di Kecamatan Cibeber dan Jombang dan sudah ada yang jadi wajib pajak, kitakan ada delapan Kecamatan yang harusnya tahun ini. Untuk Kelurahan Kotabumi rasanya sih belum”. (Wawancara di kantor Sekretariat Daerah Kota Cilegon. Selasa, 23 September 2014 pukul 16:20).

Berdasarkan dari wawancara yang dilakukan dengan Kasi Penagihan periode 2011-2014, pantas saja kalau jumlah wajib pajak rumah kos/ kontrakan hanya mengalami kenaikan dua wajib pajak dari tahun 2013. Hal ini dikarenakan belum maksimal dan meratanya sosialisasi yang dilakukan pada masa jabatan beliau. Dilain itu semua, mengajak para pengelola untuk menjadi wajib pajak daerah memang bukan hal yang mudah. Apalagi kurangnya sosialisasi langsung dari dinas terkait kemasyarakat maupun lingkungannya. Selain itu, sosialisasi sebenarnya telah dilakukan oleh Kelurahan Kotabumi kapada warganya namun belum ada kelanjutan dari sosialisasi tersebut, yang disampaikan oleh Bapak Bambang A. Umala, yang menyatakan bahwa:

pernah ada, kita kumpulkan di Aula Kelurahan Kotabumi dan memanggil ketua RT/RWnya. Namun saya lupa kapan tepatnya dilakukan dan setelah diadakan tidak ada laporan balik akan data rumah kos dari para pengelola”. (Wawancara di kantor Kelurahan Kotabumi. Rabu, 17 September 2014 pukul 14:15 WIB).

Selain itu sangat disayangkan bahwa sosialisasi hanya dilakukan satu kali dengan hanya memanggil ketua RT/ RW dan tidak dilanjutkan kembali. Dari pernyataan tersebut timbul pertanyaan kenapa tidak adanya perubahan data wajib pajak periode 31 Maret 2014 hingga per bulan September sedangkan waktunya sudah berjalan enam bulan. Selalu Kasi Pendataan dan Dokumentasi Bapak Ardiano Setyawan mengatakan bahwa:

“data wajib pajak untuk rumah kos atau rumah kontrakan masih sama dengan data yang diberikan oleh Bapak Rahmat, belum ada perubahan. Belum ada yang melaporkan pajaknya”. (Wawancara di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon. Selasa, 30 September 2014 pukul 11:10).

Hal ini memberikan pengakuan bahwa tidak adanya kinerja yang dilakukan ataupun yang dihasilkan dalam enam bulan belakangan ini. Hal ini diperkuat dengan tidak adanya perubahan akan data wajib pajak periode 31 Maret 2014 dengan periode bulan Juni maupun hingga bulan September bahkan hingga bulan Oktober pada tahun 2014 ini. Padahal dari hasil observasi peneliti, terdapat beberapa rumah kos/ kontrakan lebih dari 10 kamar yang berada dikawasan bagian barat Kota Cilegon tepatnya pada Kelurahan Kotabumi Kecamatan

Purwakarta Kota Cilegon, namun sangat disayangkan dari data yang diperoleh di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon hanya satu wajib pajak yang terdata menjadi wajib pajak yaitu Rumah Abah Kontrakan.

Adapun alasan kurangnya sosialisasi langsung akan perubahan pada Perwal No. 26 Tahun 2012 ini oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon, yang disampaikan oleh Bapak Akhmad Khotib selaku Kasi Penetapan adalah:

“mungkin karena petugas pajak ini bukan satu pajak, kan banyak juga pajak yang lainnya, hal ini juga bisa disebabkan beban kerjanya, lingkungan wajib pajaknya yang jauh-jauh selain itu wajib pajaknya juga susah ditemui”. (Wawancara di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon. Senin, 15 September 2014 pukul 2014)

Karena banyaknya pengelola atau wajib pajak rumah kos lebih dari sepuluh kamar yang sulit ditemui atau bahkan berpura-pura tidak sebagai pemiliknya memang menjadi kendala dalam pemberian sosialisasi langsung. Sedangkan pada Peraturan Walikota Cilegon No. 26 Tahun 2012 tetang Tatacara Pemungutan Pajak Hotel pada pasal 1 angka 12 menyebutkan bahwa hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/ peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubug pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya atau dengan istilah Penginapan Remaja (Youth Hostel), Home Stay, Guest House, Town House, Villa, Cottage serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).Hal ini sangatlah disayangkan mengingat banyak rumah kos lebih dari sepuluh kamar belum menjadi wajib pajak hanya dikarenakan kurangnya sosialisasi maupun kesadran dari wajib pajaknya. Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Bapak Hadi Permana selaku Kasi Penetapan periode 2011-2014 yaitu:

“faktor-faktor kendala untuk sosialisasi rumah kost itu, adanya resistensi dari wajib pajak yang tidak mengetahui kos-kosannya lebih dari 10 kamar dikenakan pajak hotel, mungkin lokasi seperti yang mojok-mojok atau lokasi yang sulit diketahui kalau adanya kos-kosan dan data kecamatan dan kelurahan yang tidak lengkap”. (Wawancara di kantor Sekretariat Daerah Kota Cilegon. Selasa, 23 September 2014 pukul 16:20 WIB)

Faktor beban kerja, lokasi maupun data terkait yang tidak lengkap atau bahkan tidak ada menjadi permasalahan yang umum dalam sosialisasi terhadap masyarakat. Mengingat jumlah pegawai yang di kategorikan cukup sepertinya hal beban kerja tidak begitu menjadi alasan kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat dikarenakan banyaknya jadwal longgar dan tidak diharuskan pada bulan khusus saja. Hal ini dibuktikan pada saat peneliti datang berkali-kali ke kantor tersebut banyak diantaranya yang mempunyai waktu kosong. Di lain itu beban kerja juga tidak mungkin dirasakan apabila pegawainya menggunakan waktunya sebaik mungkin dan

bermanfaat. Adapun alasan lokasi menjadi faktor penghambat dirasakan alasan mengada-ada padahal wilayah tersebut terlihat jelas di jalur masuk pintu tol Serang Barat dan bisa diakses oleh kendaraan roda empat. Walaupun iya alasannya mungkin yang punya rumah kosan tersebut tidak berada di wilayah tersebut sehingga sulit untuk ditemui. Selain itu memang adanya kesulitan data yang bisa diperoleh dari kecamatan maupun kelurahan terkait mengenai kurang lengkapnya data yang dibutuhkan hal ini dibuktikan oleh Bapak Bambang A. Umala selaku Kasi Trantib Kelurahan Kotabumi, yang menyatakan bahwa:

“paling kita untuk kos-kosan belum kita data, soalnya saya masih baru paling pendataan dilakukan untuk warga baru”. (Wawancara di kantor Kelurahan Kotabumi. Rabu, 17 September 2014 pukul 14:15 WIB)

Pernyataan tersebut telah mengungkapkan bahwa baru terbentuknya trantib di wilayah Kelurahan Kotabumi itu sendiri. Mengingat hal ini wajar saja belum adanya pendataan akan potensi pajak rumah kost sepuluh kamar di Kelurahan Kotabumi. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Bapak Fatoni selaku Kasi Tapem Kelurahan Kotabumi, yaitu:

“bukan kita ngak ngerjain yah neng, kan sekarang sistem online. Udah kita kerjain ilang lagi, kalau ngerjain siang ngak bisa kita ngerjainnya malam. Ya kalau tentang potensi usaha rumah kos merekanya ngak lapor ke kita. Kalau data tentang itu coba minta kepusatnya ajah “. (Wawancara di kantor Kelurahan Kotabumi. Jum’at, 17 Oktober 2014 pukul 14:00 WIB).

Gambar 4.2 Profil Perkembangan Penduduk Kota Cilegon 2013 (Data Kelurahan Kotabumi)

Dari hasil wawancara dan data yang diperoleh di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tidak dilakukannya pendataan akan potensi usaha rumah kos oleh Kelurahan Kotabumi. Hal ini didukung dengan tidak adanya pelaporan dari Kepala RT/ RW maupun wajib pajak sendiri

akan jenis usaha penginapan yang mereka miliki. Wajib pajak langsung melaporkan omset penghasilan rumah kosnya sendiri ke pusat.

Sebagian masyarakat yang mengetahui adanya sosialisasi baik secara langsung maupun tidak langsung tidak ada yang terketuk hatinya untuk melaporkan pajaknya, hal ini diutarakan oleh pengelola/ penjaga rumah kost lebih dari 10 kamar di Kelurahan Kotabumi yaitu Ibu Eliyah selaku penjaga/ pengelola rumah kost lebih dari 10 kamar:

“pernah dikasih tau sama pak RT, tapi kitanya aja yang ngak datang kesana, kalo dari media ibu ngak pernah dengar baru dari adek”.(Senin, 22 September 2014 pukul 16:00 WIB)

Hal serupa juga didapat dari, Bapak Muhamad Yadi selaku penjaga/ pengelola rumah kost lebih dari 10 kamar:

“kalo itu ngak tau yah ada apa ngaknya, ya pernah dengar sih di radio”. (Jum’at, 26 September 2014 pukul 18:30 WIB)

Kurangnya sosialisasi langsung dari pemerintah pajak terkait akan penyampaian informasi dikenakannya pajak hotel sebesar 10% untuk pajak kosan lebih dari sepuluh kamar terhadap masyarakat. Dilain itu kurangnya kesadaran akan bayar pajak dari diri masyarakat itu sendiri. Hal seperti ini adalah pekerjaan rumah untuk pemerintah terkait untuk mengatur strategi kepada masyarakatnya agar sadar pentingnya membayar pajak. Hal ini merupakan kewajiban masyarakatnya juga untuk membangun daerah mereka.