• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Dalam dokumen menguak tabir g30s bagian pertama (Halaman 36-40)

Jakarta, 12 Juni 2003 N o m o r : KMA/403/VI/2003 Sifat : Biasa

Lampiran : 10 (sepuluh) surat Perihal : Permohonan Rehabilitasi Kepada Yth.

Sdr.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA di JAKARTA

Menimbang bahwa, berdasarkan ketentuan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Mahkamah Agung dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum, baik diminta maupun tidak, kepada Lembaga Tinggi Negara yang lain.

Menimbang bahwa, Mahkamah Agung banyak menerima surat-surat baik dari perorangan maupun dari berbagai kelompok masyarakat yang menyatakan diri sebagai korban Orde Baru, yang pada pokoknya mengharapkan agar memperoleh rehabilitasi.

Menimbang bahwa, wewenang memberikan rehabilatsi tidak ada pada Mahkamah Agung, karena hal tersebut merupakan hak prerogatif yang ada pada Saudara Presiden.

Menimbang bahwa, sekalipun demikian dengan dilandasi keinginan untuk mem- berikan penyelesaian dan kepastian hukum yang sama, serta didorong oleh semangat rekonsiliasi bangsa kita, maka Mahkamah Agung dengan ini memberikan pendapat dan mengharapkan Saudara Presiden untuk mempertimbangkan dan mengambil langkah-langkah konkrit ke arah penyelesaian tuntutan yang sangat diharapkan tersebut.

Demikian pendapat mahkamah Agung dalam masalah rehabilitasi tersebut, dan atas perhatian Saudara Presiden diucapkan terima kasih.

MAHKAMAH AGUNG R.I. Cap Mahkamah Agung

Tanda tangan BAGIR MANAN

Tembusan kepada : 1. Sdr. Ketua DPR – RI 2. Sdr. Menko POLKAM 3. Sdr. Ketua KOMNAS – HAM

4. Sdr. Ketua DPP Lembaga Perjuangan Rahabilitasi Korban Rezim Orde Baru (LPR - KROB)

5. Sdr. Ketua Tim Advokasi/Rehabilitasi POLRI.

6. Sdr. Koordinator Forum Komunikasi Ex Menteri Kabinet Dwikora Korban Penyalahgunaan Surat Perintah 11 Maret 1966.

7. Sdr. Ketua DPP Paguyuban Korban Orde Baru (PAKORBA) 8. Sdr. Ketua Tim Advokasi untuk Rehabilitasi ex Anggota TNI/AD 9. Sdr. Ketua Tim Advokasi untuk Rehabilitasi ex Anggota TNI/AL 10. Sdr. Ketua DPP Solidaritas Korban Pelanggaran HAM (SKP-HAM) 11. Sdr. Ketua Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI).

12. Sdr. Ketua Lembaga Penelitian Korban Peristiwa 1965 (LPKP '65)

13. Sdr.Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1965 (YPKP '65-'66) 14 Sdr. Ketua Tim Advokasi Perhimpunan Purnawirawan TNI/AU.

*********** 0 0 0 0 0 **********

Surat dari Mahkamah Agung tersebut adalah suatu kejutan dan secara obyektif sampai dengan saat ini merupakan hasil yang paling signifikan yang bisa dicapai dalam kaitan dengan upaya perjuangan nasib dari para korban peristiwa '65

KRONOLOGI:

Sebelum dikeluarkan surat Mahkamah dari Agung tersebut, ada beberapa langkah yang mendahuluinya, di mana langkah-langkah tersebut merupakan upaya yang terintegrasi guna mendorong semua potensi yang ada dalam perjuangan peng- hapusan diskriminasi terhadap nasib para korban peristiwa '65 dan keluarganya, yaitu:

1. 26 OKTOBER 2002: Adanya surat dari Lembaga Rehabilitasi Korban Rezim Orde Baru LPR-KROB) No. 349/Sek/SPP.U/X/2002 tanggal 26 Oktober 2002 yang meminta kesediaan Ketua Mahkamah Agung R.I. untuk bertemu. 2. 11 Maret 2003: adanya respons positip dari Mahkamah Agung melalui surat

jawaban No.204/Set-MA/III/2003 tanggal 11 Maret 2003, yang dilanjutkan dengan dilaksanakannya pertemuan Ketua Mahkamah Agung R.I. dengan delegasi dari LPR-KROB yang dipimpin oleh bapak Sumaun Oetomo di- dampingi Bp. Drs.Moh.Achadi (Ex. Menteri), Bp. Drs.R.Soebekti, Bp. Drs. Gunardi (Advokasi POLRI), Bp.Pradono, Bp.Koesnandar, Ibu Titi Soebron- to, Bp. Mujayien, Bp. Soeripto (LPR-KROB), Bp. Reinhard Parapat SH, Bp. Leonard Sitompul. SH (PBHI) dan Bp. Witaryono S Reksoprodjo.

3. 14 Maret 2003: Adanya usulan yang konstruktif dari Ketua Mahkamah Agung R.I., yang meminta Tim-Tim Advokasi maupun Lembaga-Lembaga Perjuangan Rehabilitasi Korban '65 untuk mengajukan surat permintaan rehabilitasi kepada Mahkamah Agung agar dapat menjadi dasar bagi Mahkamah Agung untuk menyampaikan pandangan/pendapat hukum kepada Presiden R.I.

4. 1 April 2003: Dilakukannya mobilisasi pengajuan surat dari 12 (dua belas) organisasi yang terdiri dari Tim-Tim Advokasi maupun Lembaga Perjuangan Rehabilitasi Korban Peristiwa '65, kepada Mahkamah Agung R.I. yang pada pokoknya meminta dilakukannya rehabilitasi terhadap korban peristiwa '65 dan keluarganya yang selama ini mendapat perlakukan diskriminaf. (ke 12 organisasi tersebut adalah yang tercantum dalam organisasi yang men- dapatkan tembusan surat dari Mahkamah Agung).

1. 5 April 2003: Bersamaan dengan proses pengajuan surat kepada MA, maka

tasi bagi para korban peristiwa '65, yakni dengan berangkatnya Dr. Tjiptaning, Ir. Setiadi Reksoprodjo, Heru Atmodjo, Ibrahim Isa dan Ny. Tatiana sebagai Delegasi Korban '65 ke Sidang Komisi Tinggi Hak-Hak Asasi Manusia (UN-HCHR) di Jenewa, serta dilakukannya upaya pende- katan kepada Menko POLKAM Bambang Yudhoyono oleh Marsekal TNI (Purn) Saleh Basaran (Advokasi TNI/AU), Mayjen TNI (Purn) Moersjid, Letjen Marinir (Purn) Ali Sadikin, Laksamana TNI (Purn)Waloejo Soegito dan Irjen Pol. (Purn) R.Subekti, guna guna memberikan bahan masukan tentang hal-hal yang berkaitan dengan tuntutan rehabilitasi korban peristiwa '65, kepada Menko POLKAM selaku anggota Kabinet dan pembantu utama Presiden di bidang Politik dan Keamanan.

2. 13 Juni 2003: Mahkamah Agung R.I. , selaku Lembaga Tertinggi Negara di

bidang Yudikatif, melalui surat No. KMA/403/VI/2003 tanggal 13 Juni 2003 yang ditanda tangani oleh Ketua Mahkamah Agung, Bagir Manan S.H., telah memberikan/pendapat/rekomendasi/ pendapat hukum kepada Presiden R.I.yang pada inti meminta Presiden untuk mengambil langkah- langkah konkrit ke arah penyelesaian hukum dengan rehabilitasi umum bagi korban rezim Orde Baru, khususnya pata korban peristiwa '65.

*********** 0 0 0 0 0 ********** Sedangkan di bawah ini merupakan ulasannya yang ditulis oleh: bung_karno@minister.com dkk.:

MENYIKAPI SURAT MAHKAMAH AGUNG R.I. No.: KMA/403/VI/2003.

(Oleh: bung_karno@minister.com)

Ada banyak pandangan dan argumentasi yang muncul terhadap surat Mahkamah Agung R.I. kepada Presiden R.I. No. KMA/403/VI/2003. Tetapi satu hal obyektif yang harus diakui adalah bahwa surat itu memang merupakan terobosan yang mengejut- kan dari Lembaga Tertinggi Negara di bidang hukum tersebut dan sekalipun ada juga yang menanggapinya secara pesimis, namun surat tersebut selayaknya dinilai secara positif berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:

1. Surat Mahkamah Agung tersebut janganlah dlilihat semata-mata pada materi kata perkatanya saja, tetapi penting pula dipahami bagaimana proses surat itu dibuat, sehingga dengan demikian kitapun akan dapat memberikan apresiasi yang lebih obyektif dan proporsional. Dalam mekanisme internal Mahkamah Agung, prosedur standar sebelum Ketua MA menanda tangani suatu surat penting, apalagi merupakan pandangan hukum kepada Presiden, maka terlebih dahulu haruslah mendapat perse- tujuan dan disepakati oleh para Hakim Agung lainnya.

2. Dalam kondisi politik saat ini yang tidak berpihak pada nasib para korban peristiwa '65, di mana banyak instansi lain justru menghindar untuk mem- bahasnya atau bahkan cenderung memberikan perlakuan yang diskriminatif

kepada para korban '65 dan keluarganya. Mahkamah Agung dapat secara tegas memberikan pandangan yang menghendaki diakhirinya kondisi diskri- minasi tersebut.

3. Mahkamah Agung berani mengambil sikap yang mengedepankan suara hati nurani dan memberikan pertimbangan hukum yang berdasarkan kea- dilan terhadap masalah korban peristiwa '65. Hal ini merupakan suatu lang- kah terobosan dari Lembaga Yudikatif tersebut, di mana kedua lembaga tinggi lainnya, yakni Lembaga Eksekutif dan Legeslatif justru terkesan tidak ambil peduli dan bahkan lebih mengedepankan pertimbangan-pertimba- ngan politis ketimbang menegakkan masalah keadilan.

4. Mahkamah Agung sebagai lembaga tertinggi di bidang hukum, melalui surat tersebut telah secara implisit menyatakan bahwa para korban peristiwa '65 tersebut tidak terbukti bersalah secara hukum dan karenanya harus diberi- kan rehabilitasi umum oleh Presiden sebagai pemegang hak prerogatif dalam hal permberian rehabilitasi.

*********** 0 0 0 0 0 ********** Subject : press release

Date : Thu, 24 Jul 2003 10:01:30 +0700

Press release

Dalam dokumen menguak tabir g30s bagian pertama (Halaman 36-40)