• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEWENANGAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERSEROAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERSEROAN

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kewenangan notaris yaitu melakukan legalisasi atau mempunyai arti mengesahkan

B. KEWENANGAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERSEROAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERSEROAN

Notaris bertindak sebagai pelayanan umum masyarakat sebagai pejabat yang diangkat oleh pemerintah dalam hal ini menteri yang memperoleh kewenangan secara atributif dari Negara untuk melayani masyarakat dalam hubungan hukum yang terjadi antara mereka yang digunakan sebagai alat bukti akan dokumen-dokumen legal yang memiliki kekuatan pembuktian sempurna.109

Notaris sebagai pejabat umum memiliki kewenangan untuk membuat suatu akta dimana akta itu dibuat, sebagaimana yang dijelaskan dalam ketentuan Pasal 1868 KUHPerdata. Selain itu, berdasarkan Pasal 20 UU No 30 Tahun 2004 tentang Peraturan Jabatan Notaris kewenangan notaris terdiri atas:

1. Kewenangan terhadap akta yang dibuat

109 GHS. Lumban Tobing, op.cit, h. 88.

2. Berwenang sepanjang mengenai orang-orang untuk kepentingan akta itu dibuat (Pasal 20 ayat (1) UU No. 30 Tahun 2004)

3. Berwenang mengenai tempat dan dimana akta itu dibuat

4. Notaris juga berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan akta itu dibuat.

Notaris harus berwenang sepanjang mengenai orang untuk kepentingan siapa akta itu dibuat. Artinya, bahwa Notaris tidak berwenang membuat akta untuk kepentingan setiap orang. Seperti halnya dalam Pasal 52 UUJN ditentukan bahwa Notaris tidak diperkenankan membuat akta untuk diri sendiri, istri/ suami, orang lain yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Notaris, baik karena perkawinan maupun hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah dan/ atau ke atas tanpa pembatasan derajat, serta dalam garis ke samping sampai dengan derajat ketiga, serta menjadi pihak untuk diri sendiri, maupun dalam suatu kedudukan ataupun dengan perantaraan kuasa. Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut menyebabkan akta Notaris tidak lagi berkedudukan sebagai akta otentik, tetapi hanya sebagai akta di bawah tangan.110

Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat dimana akta dibuat.

Maksudnya bagi setiap Notaris ditentukan wilayah jabatan sesuai dengan tempat kedudukannya. Untuk itu Notaris hanya berwenang membuat akta yang berada di dalam wilayah jabatannya. Akta yang dibuat di luar wilayah jabatannya hanya berkedudukan seperti akta di bawah tangan.

Notaris harus berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan akta itu.

Maksudnya adalah Notaris tidak boleh membuat akta selama masih cuti atau dipecat dari jabatannya, demikian pula Notaris tidak berwenang membuat akta sebelum memperoleh Surat Pengangkatan (SK) dan sebelum melakukan sumpah jabatan.

Berdasarkan kewenangan notaris diatas dapat melihat salah satu kewenangan notaris yaitu melakukan legalisasi atau dalam bahasa hukum nya mempunyai arti mengesahkan akta dibawah tangan. Akta dibawah tangan lazim digunakan dalam kehidupan bemasyarakat, tidak sedikit dari mereka meminta jasa notaris untuk melegalisasi atau mengesahkan akta dibawah tangan ini dengan tujuan agar apabila dikemudian hari terdapat persengketaan dapat menambah kekuatan pembuktian terhadap akta dibawah tangan tersebut.111 Legalisasi dan Waarmeking diatur secara khusus dalam Pasal 15 ayat (2) huruf a dan huruf b Undang Nomor 30 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, dalam Kitab Undang-Undang-Undang-Undang Hukum Perdata Sendiri juga mengatur legalisasi hal ini termuat dalam Pasal 1874 KUHPerdata yang menyatakan bahwa:

... “Sebagai tulisan-tulisan dibawah tangan dianggap akta-akta yang ditandatangani dibawah tangan surta-surat, register-register, surat-surat urusan rumah tangga dan lain-lain tulisan yang dibuat tanpa peraturan seorang pegawai umum. Dengan penandatanganan sepucuk tulisan dibawah tangan dipersamakan suatu cap jempol, dibubuhi dengan suatu pernyataan yang bertanggal dari seorang notaris atau

110 Pasal 2 Undang-Undang No 2 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

111 G.H.S Lumban Tobing, op.cit., h.32.

seorang pegawai lain yang diitunjuk oleh undang-undang dimana ternyata bahwa ia mengenal si pembubuh cap jempol atau bahwa orang ini telah diperkenalkan kepadanya, bahwa isinya akta telah dijelaskan kepada orang itu dan bahwa setelah itu cap jempol tersebut dibubuhkan dihadapan pegawai umum. Pegawai itu harus membukukan tulisan tersebut dengan undang-undang dapat diadakan aturan-aturan lebih lanjut tentang pernyataan dan pembukuan termaksud”.112

Kewenangan merupakan suatu tindakan hukum yang diatur dan diberikan kepada suatu jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur jabatan yang bersangkutan, dengan demikian setiap wewenang ada batas-batas aturannya sebagimana yang diatur dalam UUJN berkaitan dengan jabatan pejabat umum yang bersangkutan. Dalam hukum administrasi, wewenang dapat diperoleh secara Atribusi, delegasi, dan Mandat.113

Wewenang secara atribusi adalah pemberian kewenangan yang baru kepada suatu jabatan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan atau aturan hukum, sedangkan kewenangan delegasi merupakan pemindahan atau pengalihan kewenangan yang berdasarkan aturan hukum dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan, sedangkan kewenangan secara mandat adalah pemberian wewenang kepada seseorang yang memiliki kompetensi.

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang No.30 Tahun 2004 Jo. Undang-Undang No 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, bahwa notaris memiliki tugas dan kewenangan, yaitu membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana

dimaksud dalam UUJN. Kewenangan lain sebagaimana dimaksud merujuk pada Pasal 15 ayat (1), (2) dan ayat (3) UU Jabatan Notaris.

Berdasarkan ketentuan UUJN tersebut notaris sebagai pejabat umum memperoleh kewenangan secara atribut yang kewenangannya diatur dan ditentukan langsung untuk notaris yang diatur dalam Undang-Undang No 30 tahun 2004 Jo. Undang-Undang No 2 Tahun 2014 tentang Peraturan Jabatan Notaris. Adapun kewenangan notaris yang merupakan kewenangan yang didapat secara atributif dapat dilihat dalam Pasal 15 ayat (1) sampai dengan ayat (3) UUJN. Kewenangan notaris tersebut dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) bagian, yaitu kewenangan umum notaris, kewenangan khusus notaris, dan kewenangan notaris yang ditentukan kemudian.

Kewenangan umum notaris dapat dilihat sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1 UUJN, yaitu membuat akta secara umum. Selain itu kewenangan notaries juga diatur dalam Pasal 15 ayat (1) UUJN. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang jabatan notaris, kewenangan notaris adalah membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang

112 Pasal 1874 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

113 Habib Adjie, Hukum Notariat di Indonesia-Tafsiran Tematik Terhadap UU No.30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Refika Aditama, Bandung,2004, h. 110.

berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,

semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan dan dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. Selain

kewenangannya untuk membuat akta otentik, dalam arti “verlijden” (menyusun, membacakan dan menanda-tangani) notaris wajib untuk membuatnya, kecuali terdapat alasan yang mempunyai dasar untuk menolak pembuatannya sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 16 huruf d Undang Nomor 30 Tahun 2004 Jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris.

Berdasarkan kewenangan diatas, Notaris berwenang membuat aktasepanjang dikehendaki oleh para pihak atau menurut aturan hukum yang wajib dibuat dalam bentuk akta otentik. Pembuatan akta tersebut harus berdasarkan aturan hukum yang berkaitan dengan prosedur pembuatan akta Notaris.

Selanjutnya kewenangan khusus notaris dapat dilihat berdasarkan Pasal 15 ayat (2) UUJN, Notaris memiliki wewenang sebagai berikut:

a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;

b. membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;

c. membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;

d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;

e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta;

f. membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan, dan g. membuat akta risalah lelang.

Selain itu, notaris memiliki kewenangan khusus lainnya yang diatur dalam Pasal 51 UUJN, yang berwenang untuk memperbaiki kesalahan tulisan atau kesalahan ketikan yang terdapat dalam Minuta Akta yang telah ditandatangani, dengan cara membuat Berita Acara Pembetulan dan Salinan atas Berita Acara pembetulan tersebut notaris wajib menyampaikan kepada para pihak yang berpentingan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 15 ayat (3) notaris memiliki kewenangan sepanjang menyangkut akta yang dibuat, yang berarti tidak semua akta dapat dibuat oleh notaris, akta-akta yang dapat dibuat oleh notaris hanya akta-akta tertentu yang ditugaskan atau dikecualikan kepada notaris berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dapat

disimpulkan bahwa kewenangan notaris dari segi UUJN terdapat dalam Pasal 15 aya (1) ayat (2) dan ayat (3) UUJN.

Kewenangan notaris tidak hanya terdapat dalam UU No 30 tahun 2004 Jo. UU No 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, kewenangan notaris juga diatur dalam UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dasar hukum kewenangan notaris dalam pembuatan Akta Pendirian PT ditentukan dalam Pasal 7 Ayat (1) UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang menentukan bahwa ”Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia”. Dalam ketentuan tersebut di atas, terlihat jelas bahwa akta Notaris merupakan syarat mutlak untuk berdirinya suatu Perseroan. Begitu juga dengan akta perubahan dalam perseroan terbatas sebagaimana yang terdapat didalam pasal 21 ayat (4) UU No 40 Tahun 2007 bahwa “perubahan anggaran dasar dinyatakan dalam akta notaris dalam bahasa Indonesia”.

Notaris membuatkan akta pendirian PT yang memuat anggaran dasar dan

keterangan lainnya, kemudian notaris memintakan pengesahan kepada Kementeri Hukum dan HAM. Selanjutnya hal-hal yang diatur dalam akta pendirian disebutkan dalam pasal 8 ayat (1) UUPT tersebut yaitu memuat Anggaran Dasar dan Keterangan lain yang

berkaitan dengan pendirian perseroan. Anggaran Dasar sebagiamana yang disebutkan dalam pasal tersebut memuat sekurang-kurangnya:

a. Nama dan tempat kedudukan perseroan;

b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;

c. Jangka waktu berdirinya perseroan;

d. Besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor;

e. Jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk setiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham;

f. Nama jabatan dan jumlah anggota direksi dan Dewan Komisaris;

g. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS;

h. Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris;

i. Tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden

Sedangkan keterangan lain selain anggaran dasar adalah:

a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama tempat kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum dari pendiri perseroan;

b. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang pertama kali diangkat;

c. Nama pemegang saham yang telah mengambil saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor.

Apabila terjadi perubahan dalam perseroan maka perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS114. ada 2 jenis di dalam pembuatan RUPS, ada golongan akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, ada golongan akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham dan notaris memiliki kewenangan membuat akta tersebut.

Berkaitan dengan wewenang yang harus dimiliki oleh Notaris, Notaris hanya diperkenankan untuk menjalankan jabatannya di daerah yang telah ditentukan dan ditetapkan dalam UUJN dan di dalam daerah hukum tersebut Notaris mempunyai

wewenang. Apabila ketentuan itu tidak diindahkan, akta yang dibuat oleh Notaris menjadi tidak sah.

114 Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB III

KEDUDUKAN SUATU AKTA BERITA ACARA RAPAT UMUM PEMEGANG