• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pernyataan tentang penjualan saham yang disebutkan tersebut adalah tidak benar, menurut saksi Ny Sulastri tidak pernah menjual saham miliknya kepada

Adinata Tupel, dan saksi Sriwati (isteri Alm Hernalis Encu Dehen) menerangkan

bahwa suami saksi tidak pernah menjual saham baik kepada Adinata Tupel

maupun kepada

Masdundung karena suami saksi yang bernama Hernalis Encu Dehen

pada tahun 2006 telah meninggal dunia, bagaimana mungkin alm menghadiri RUPS dan menjual sahamnya pada tahun 2009 sebagaimana disebutkan dalam akta nomor 101 tersebut.

Selama persidangan terdakwa tidak dapat membuktikan tentang kebenaran akta yang dibuatnya tersebut, baik dengan mengajukan bukti surat yang dapat menerangkan tentang terjadinya RUPS, pengunduran diri dari Ny. Sulastri dan Hernalis Encu Dehen, dan terdakwa tidak dapat membuktikan tentang kebenaran atas adanya penjualan saham tersebut. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur menyuruh memasukkan keterangan palsu ke dalam suatu akta otentik, mengenai suatu hal yang kebenarannya harus dinyatakan oleh akta itu telah terpenuhi.

3. Unsur dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai akta itu seolah-olah keterangan itu benar

Bahwa unsur ini adalah bersifat alternatif, sehingga jika salah satu dari bagian unsur ini terpenuhi, maka unsur yang lain tidak perlu dipertimbangkan atau dengan kata lain, bahwa majelis hakim tidak perlu mempertimbangkan bagian unsur secara

keseluruhan.

Berdasarkan fakta di persidangan dari keterangan saksi Herlinawaty saksi Sovia Agustina, saksi Kusnadi bin Halijam, saksi Ir. Masdundung yang menerangkan bahwa akta nomor 101 dibuat oleh Notaris AP kemudian saksi Adinata Tupel. Saksi Kusnadi bin Halijam menerangkan bahwa akta nomor 101 setelah diajukan oleh terdakwa ke Menkum HAM untuk mendapat pengesahan, akan tetapi karena adanya permasalahan di

Kemenkum HAM dalam hal ini Ditjen AHU, maka akta nomor 101 tersebut kadaluwarsa.

Karena kadaluwarsanya akta tersebut, maka terdakwa menyarankan kepada saksi Adinata Tupel sebagai solusi agar dapat diterbitkan kembali akta baru sebagai penegasan atas akta nomor 101, atas persetujuan Adinata Tupel, lalu terdakwa (Notaris AP)

menerbitkan akta nomor 109 tahun 2010, yang kemudian akta nomor 109 tersebut telah memperoleh pengesahan dari Kemenkum Ham tertanggal 27 Desember 2010.

Berdasarkan keterangan saksi Adinata Tupel, saksi Ir. Masdundung, saksi Kusnadi Bin Halijam, saksi Harun Abidin yang menerangkan bahwa PT Anugrah Alam Katingan telah dijual kepada saksi Harun Abidin, dengan menggunakan Akta Pendirian PT Anugrah Alam Katingan nomor 39 tahun 2003, akta nomor 39 tahun 2005 dan akta nomor 109 tahun 2010.

Dari fakta di persidangan bahwa terdakwa AP selaku pejabat publik (Notaris) patut mengetahui dan menyadari bahwa akta nomor 101 dan dipertegas dengan akta nomor 109 yang dibuat oleh terdakwa adalah mengandung keterangan palsu atau tidak sesuai dengan faktanya, dan seorang notaris patut menduga dan memperkirakan bahwa kegunaan akta tersebut pasti untuk dipergunakan oleh orang yang mempunyai hak atas akta tersebut.

Berdasarkan fakta di persidangan terbukti bahwa akta yang diterbitkan oleh terdakwa telah dipakai atau dipergunakan oleh saksi Kusnadi Bin Halijam untuk menjual

PT Anugrah Alam Katingan kepada Harun Abidin setelah menerima kuasa dari saksi Adinata Tupel. Berdasarkan keterangan tersebut maka unsur dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai akta itu dianggap telah terpenuhi.

4. Unsur bila pemakaian akta itu dapat menimbulkan kerugian

Bahwa makna yang terkandung dari unsur ini adalah bersifat fakultatif sehingga menimbulkan kerugian atau tidak mutlak terjadi, akan tetapi berpotensi untuk

menimbulkan kerugian kepada pihak lain.

Selain itu, alat bukti lain adalah berupa keterangan saksi-saksi. Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebutkan alasan dari pengetahuannya itu (Pasal 1 butir 27 KUHAP). Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di muka sidang pengadilan. Dengan perkataan lain hanya keterangan saksi di muka sidang yang diberikan dalam pemeriksaan di muka sidang pengadilan yang berlaku sebagai alat bukti yang sah (Pasal 185 ayat (1) KUHAP).177

Berdasarkan fakta di persidangan dari keterangan saksi Ny. Sulastri, saksi Sriwati (ahli waris dari Hernalis Encu Dehen) saksi Ir. Masdundung yang pada pokoknya

menerangkan bahwa setelah PT Anugrah Alam Katingan dan penjualan saham para saksi, ternyata para saksi tidak mendapat uang dari hasil penjualan tersebut, dan para saksi dalam hal ini merupakan pihak yang dirugikan. Oleh karena itu, maka unsur bila pemakaian akta itu dapat menimbulkan kerugian maka unsur tersebut telah terpenuhi.

5. Unsur mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan turut serta melakukan

Bahwa unsur ini juga bersifat alternatif, artinya jika salah satu bagian unsur terbukti, maka bagian lain tidak perlu dibuktikan lagi, dan majelis hakim dapat mempertimbangkan bagian unsur yang terbukti sesuai dengan fakta hukum yang terungkap di persidangan.

Majelis hakim mempertimbangkan unsur turut serta melakukan (mede plegen) dan yang dimaksud dengan turut serta melakukan adalah mereka yang ikut serta dalam suatu tindak pidana dengan syarat adanya kerja sama secara sadar dari setiap peserta tanpa perlu ada kesepakatan tetapi harus ada kesengajaan untuk mencapai hasil berupa tindak pidana.

Berdasarkan fakta di persidangan, dari keterangan saksi Adinata Tupel, saksi Kusnadi bin Halijam, bahwa munculnya akta nomor 101 tahun 2009 adalah atas

permintaan dari saksi Kusnadi bin Halijam dan saksi Adinata Tupel, bahwa Akta nomor 101 tersebut dibuat oleh terdakwa yang seolah-olah telah terjadi RUPS PT. Anugrah

177Ibid., h.77.

Alam Katingan di kantor Notaris AP (terdakwa) kemudian terdakwa menerangkan dalam akta nomor 101 tersebut, terjadi RUPS dihadiri oleh seluruh pengurus dan para pemegang saham, dan disebutkan disetujui adanya perubahan kepengurusan dengan alasan Ny.

Sulastri dan Hernalis Encu Dehen mengundurkan diri sekaligus menjual sahamnya.

Terdakwa selaku Notaris AP diharuskan bekerja dengan cermat, dan penuh ketelitian, dimana pada setiap menerbitkan akta harus mendasarkan kepada data-data dan fakta yang senyatanya dan harus didukung dengan data-data atau dokumen yang valid.

Akan tetapi, ternyata pada saat terdakwa membuat akta nomor 101, Ny. Sulastri tidak pernah menghadap dan tidak pernah mengajukan pengunduran diri dari jabatannya selaku Direktur, serta tidak pernah menjual sahamnya kepada Adinata Tupel, hal itu sesuai keterangan saksi Ny. Sulastri di persidangan, demikian juga keterangan Sriwati yang menyatakan bahwa suaminya yang bernama Hernalis Encu Dehen tidak pernah menghadap terdakwa dalam pembuatan akta nomor 101 tahun 2009 dan tidak pernah mengundurkan diri sebagai Komisaris serta tidak pernah menjual sahamnya kepada Adinata Tupel dan kepada Masdundung, karena Hernalis Encu Dehen telah meninggal pada tahun 2006 (sesuai surat keterangan kematian dari kepala Desa Takaras tanggal 21 November 2013).

Terdakwa (Notaris AP) dengan penuh kesadaran tetap menerbitkan akta yang pada hakikatnya mengandung keterangan palsu, adanya kebohongan dalam akta tersebut patut disadari oleh terdakwa, dalam hal ini unsur kesengajaan ada pada diri terdakwa dan bukan kealpaan, sebab dalam pembuatan akta nomor 101 tersebut tidak ada unsur tekanan atau paksaan dari pihak lain terhadap terdakwa.

Berdasarkan pertimbangan tersebut terbukti bahwa adanya kerjasama antara Adinata Tupel, Kusnadi bin Halijam dan terdakwa sehingga terbitnya akta nomor 101 tahun 2009, kemudian muncul akta nomor 109 sebagai penegasan terhadap akta nomor 101. Berdasarkan ketentuan tersebut maka unsur mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan turut serta melakukan telah terpenuhi.

Berdasarkan analisa tersebut diatas maka dapat diatrik kesimpulan bahwa akibat hukum akta otentik yang mengandung keterangan palsu dalam putusan Pengadilan Negeri Palangkaraya No. 69/Pid.B/2016/PN Palangkaraya dari perspektif hukum pidana adalah bahwa akta otentik yang dibuat oleh Notaris terbukti bertentangan dengan ketentuan Pasal 266 ayat (1) Jo. Pasal 55 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang unsur-unsur pasalnya telah terpenuhi dan telah terbukti dalam persidangan, dimana notaris secara sadar dan turut serta ikut melakukan suatu perbuatan melawan hukum dalam pembuatan suatu akta PT Alam Katingan yang pada dasarnya mengandung keterangan palsu, akibat dari akta tersebut berdampak pada kerugian bagi pihak penggugat. Oleh karena itu akta tersebut dalam perkara perdata dinyatakan batal demi hukum dengan segala akibat hukumnya serta menyatakan Notaris AP bersalah melakukan pelanggaran kode etik jabatan notaris. Sementara itu dalam perkara pidana akibat hukum dari akta yang ditimbulkan Notaris AP yang telah terbukti melanggar Pasal 266 ayat (1) Jo. Pasal 55 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana maka akta yang dibuat tersebut tidak sah

atau batal demi hukum dan berdampak pada pertanggung jawaban Notaris AP terhadap perbuatannya dengan sanksi pidana penjara selama 3 bulan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kewenangan notaris berdasarkan peraturan dalam Undang-Undang Jabatan Notaris adalah membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 angka 1 dan Pasal 15 ayat (1), (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris. Kewenangan Notaris dalam kaitannya dalam pembuatan Akta Perseroan yaitu dalam hal pendirian akta perusahaan maupun perubahan Anggaran Dasar perseroan harus dibuat dalam akta notaris sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 dan Pasal 21 ayat (4) UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. dalam hal terjadinya perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS baik dari segi Akta PKR maupun Akta Berita Acara RUPS notaris memiliki kewenangan membuat akta tersebut.

2. Kedudukan suatu akta berita acara yang mengandung cacat hukum dalam Putusan Perdata No. 130/Pdt.G/2014/PN. Plk, yaitu bahwa Akta Nomor 101 tanggal 31 Desember 2009 dan Akta Nomor 109 tanggal 23 November 2010 batal demi hukum karena khususnya bertentangan dengan pasal 79 dan Pasal 88 ayat (1) UU No 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas sehingga kedua akta tersebut tidak sah, tidak memiliki kekuatan hukum dan dianggap tidak pernah terjadi serta tidak mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap perseroan tersebut, baik saham maupun susunan kepengurusan perusahaan karena tidak sesuai pengambilan keputusan RUPS yang seharusnya tunduk pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

3. Akibat hukum bagi notaris yang memasukkan keterangan palsu dalam Akta Berita Acara RUPS (Studi Putusan No. 69/Pid.B/2016/PN Plk) yaitu akta otentik yang dibuat oleh Notaris AP terbukti bertentangan dengan ketentuan Pasal 266 ayat (1) Jo. Pasal 55 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Akibatnya notaris tersebut terbukti melakukan tindak pidana dan akibat perbuatannya dijatuhkan pidana penjara selama 3 bulan.

B. Saran

1. Notaris dalam menjalankan kewenangan harus terkait dengan pembuatan akta yang diatur dalam pasal 1 angka 7 UU No 30 Tahun 2004 jo. UU No 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris dan peraturan tata cara penyelenggaraan RUPS yang terdapat dalam UU No 40 Tahun 2007.

2. Dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat yang menghendaki adanya akta otentik, maka notaris sebagai pejabat umum hendaknya berhati-hati dan tunduk pada ketentuan UU No 30 Tahun 2004 jo. UU No 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris.

3. Untuk lebih memberikan penekanan terhadap sanksi dibutuhkan ketegasan dan pengawasan terhadap sanksi yang dijatuhkan, agar benar-benar mengikat dan dipatuhi oleh notaris yang melanggar, juga perlu ada suatu Hukum Acara terhadap pelanggaran Kode Etik Notaris yang dapat memberikan perlindungan dan

kepastian terhadap kepentingan umum.

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Ali, Acham, 2002 Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, Gunung Agung, Jakarta.

Adjie, Habib, 2004. Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Jakarta: UII Press.

---, 2004. Hukum Notariat di Indonesia-Tafsiran Tematik Terhadap UU No.30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Bandung: Refika Aditama.

---, 2008, Hukum Notaris Indonesia (Tasir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris), Bandung : Reflika Aditama.

---, 2009, Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Di Indonesia, Jakarta : Mandar Maju.

---, 2015, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Bandung : Refika Aditama.

Abdul Ghofur, Anshori, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia, Yogyakarta :