• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Wakil Kepala Daerah

1. Kewenangan Wakil Kepala Daerah

Pengaturan Kewenangan atau Urusan dalam Peraturan Perundang-undangan Pemerintahan Daerah. Sebagai perbandingan pengaturan kewenangan atau urusan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang pernah berlaku pasca reformasi, adalah sebagai berikut:106

104 Nanang Nugraha, Op. Cit., 112-113.

105 Ibid.

106 Sirajuddin, Anis Ibrahim, Sinta Hadiyatina, Catur Wido Haruni, Op. Cit, hlm. 80-83.

a. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

Pengaturan kewenangan daerah dalam Pasal 7 UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu: Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenanagan bidang lain. Kewenangan bidang lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian Negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi.

Lebih lanjut dalam Pasal 11 ayat (1) UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa kewenangan daerah kabupaten daerah kota mencakup semua kewenangan pemerintahan selain kewenangan yang dikecualikan dalam Pasal 7 dan yang diatur dalam Pasal 9 Pasal 9 UU No. 22 Tahun 1999, mengatur kewenangan provinsi sebagai daerah otonom. Jadi pengaturan kewenangan menurut UU No. 22 Tahun 1999, mencerminkan bahwa desentralisasi (otonomi) utuh di kabupaten/kota, yang menjalankan seluruh kewenangan yang merupakan kekuasaan sisa (residu power) dari kekuasaan pemerintah pusat dan provinsi, hal ini biasanya dianut oleh negara yang berbentuk federal, sedangkan dalam sistem negara kesatuan (unitary) kekuasaan asli atau kekuasaan sisa (residu power) berada di pusat Pemerintah daerah provinsi menjalankan desentralisasi dengan otonomi terbatas, dan juga sebagai wilayah administratif (dekonsentrasi), sebagaimana diatur dalam Pasal 1 huruf f dan j UU No. 22 Tahun 1999.

Kewenangan pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota dirinci secara tegas dan kewenangan pemerintah yang diserahkan kepada daerah dalam rangka desentralisasi harus disertai dengan penyerahanan pembiayaaan dan sebagainya, begitu pula dengan kewenangan dekonsentrasi yang didelegasikan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 8 (2) UU No. 22 Tahun 1999, menyatakan: (1) Kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam rangka desentralisasi harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut. (2) Kewenangan pemerin tahan yang dilimpahkan kepada gubernur dalam rangka dekon sentrasi harus disertai dengan pembiayaan sesuai dengan kewe nangan yang dilimpahkan tersebut.

Jadi dengan demikian UU No. 22 Tahun 1999 menganut open end arrangement atau general competence hanya berlaku bagi kewenangan daerah kabupaten atau kota, isi kewenanganya luas, sedangkan wewenang propinsi sebagai daerah otonom terbatas dirinci berdasarkan Ultra Vires Doctrine.

b. UU 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Dalam Pasal 10 UU No. 32 Tahun 2004, menyatakan bahwa pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang undang-undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah.

Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat meliputi: a politik luar negeri; b. pertahanan; c. keamanan; d. yustisi; e. moneter dan fiskal nasional; dan f. agama. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan tersebut, pemerintah menyelenggarakan sendiri atau dapat melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada perangkat pemerintah atau wakil pemerintah di daerah atau dapat menugaskan kepada pemerintahan daerah dan/atau pemerintahan desa. Selanjutnya urusan yang menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan wajib dan urusan pilihan.

c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ini lahir untuk penyempurnaan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Berkaitan dengan pengaturan urusan daerah diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa: Urusan Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Kemudian, urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. (3) Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Urusan pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. (4) Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah. (5) Urusan pemerintahan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.

Jadi, berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 klasifikasi urusan pemerintahan terdiri dari tiga urusan yakni:

1. Urusan pemerintahan absolut adalah urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat.

2. Urusan pemerintahan konkuren adalah urusan pemerintahan yang dibagi antara pemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota.

3. Urusan pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan presiden sebagai kepala pemerintahan. Pelaksanaannya dilimpahkan kepada gubernur dan bupati/ walikota di wilayahnya masing-masing, misalnya urusan menjaga 4 pilar negara. Untuk melaksanakan urusan pemerintahan umum gubernur, bupati/walikota dibantu oleh perangkat pemerintah pusat

Kedudukan wewenang pemerintahan terhadap penyelenggaraan pemerintahan tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan penerapan asas legalitas dalam sebuah konsepsi negara hukum yang demokratis atau negara demokrasi yang berdasar atas hukum. Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai pijakan dasar dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan di setiap negara yang menganut konsepsi negara hukum.107

Prinsip dasar dalam sebuah konsep negara hukum menetapkan setiap tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh pemerintah (bestuurshandelingen) harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan atau berdasarkan pada adanya suatu legitimasi atau kewenangan sehingga tindakan atau perbuatan pemerintahan tersebut dipandang absah adanya. Dalam praktik bernegara penerapan dari prinsip tersebut sering kali berbeda-beda antara satu negara dan negara lainnya. Ada negara yang begitu ketat berpegang teguh pada prinsip tersebut, namun ada pula negara yang tidak begitu ketat dalam menerapkannya. Dalam arti, bahwa untuk hal-hal atau tindakan-tindakan

107Aminuddin Ilmar, Op. Cit., hlm. 40.

(perbuatan) pemerintah yang tidak begitu fundamental sifatnya, maka sering kali penerapan prinsip tersebut dapat diabaikan.108

Kewenangan yang diperoleh wakil kepala daerah adalah wakil kepala daerah menjalankan tugas dan wewenang kepala daerah jika kepala daerah sedang menjalani masa tahanan atau berhalangan sementara. Jadi, terlihat dari segi kewenangan wakil kepala daerah selama ini belum mendapat perubahan yang signifikan baik dari jabatan, tugas maupun kewenangan yang dimilikinya. Wakil kepala daerah masih dipandang sebelah mata sehingga tidak ada perubahan signifikan pada kewenangan wakil kepala daerah. Wakil kepala daerah hanya membantu tugas dan wewenang kepala daerah, dan tidak memiliki batasan yang jelas mengenai tugas dan wewenang yang dimiliki oleh wakil kepala daerah.

Kedudukan wakil kepala daerah dianggap hanya sebagai pelengkap struktur pemerintahan daerah, dimana posisi wakil kepala daerah tidak diperhatikan seiring dengan minimnya tugas dan kewenangan yang diberikan kepada wakil kepala daerah, dan hal tersebut sangat mempengaruhi keharmonisan hubungan antara kepala daerah dan wakil kepala daerah. Selain itu, semua permasalahan tersebut tentunya akan dapat diantisipasi jika terdapat koordinasi dan rasa saling percaya antara kepala daerah dan wakil kepala daerah agar jabatan yang dijabat oleh masing-masing pimpinan tersebut dapat dijalankan dengan penuh tanggung jawab, mekanisme pemilihan wakil kepala daerah yang ideal dibutuhkan, untuk menciptakan harmoni. Pembahasan tentang posisi

108Ibid., hlm. 72.

wakil kepala daerah, permasalahan yang selalu muncul terkait dengan kewenangan dan peran wakil kepala daerah dalam menjalankan tugas yang diembannya.109

Melalui otonomi daerah, maka daerah dapat melakukan apa saja. Hakikat otonomi memberikan kewenangan keadaan pemerintah daerah untuk kreatif dan inovatif dalam rangka memperkuat Negara Kesatuan RI dengan berlandaskan norma kepatutan dan kewajaran dalam sebuah tata kehidupan bernegara. Daerah dapat menempuh segala bentuk kebijakan apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan hukum dan undang-undang yang berlaku secara nasional. Di samping itu, kepentingan masyarakat merupakan landasan yang penting, dan peradilan dapat memainkan perannya sebagai pengawas jalannya pemerintahan daerah secara optimal.110

2. Pendapat Hukum antara Penguatan dan Penghapusan Jabatan Wakil