• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV IMPLIKASI KEDUDUKAN WAKIL KEPALA DAERAH

A. Wakil Kepala Daerah dalam Risalah UUD NRI Tahun 1945

Menurut Bryce, motif politik yang menonjol dalam penyusunan Undang-Undang Dasar adalah:145

1. Keinginan untuk menjamin hak-hak rakyat dan untuk mengendalikan tingkah laku penguasa.

2. Keinginan untuk menggambarkan sistem pemerintahan yang ada dalam rumusan yang jelas guna mencegah kemungkinan perbuatan sewenang-wenang dari penguasa di masa depan.

3. Hasrat dari pencipta kehidupan politik baru untuk menjamin atau mengamankan berlakunya cara pemerintahan dalam bentuk yang permanen dan yang dapat dipahami oleh warga negara.

4. Hasrat dari masyarakat-masyarakat yang terpisah untuk menjamin aksi bersama yang efektif dan bersamaan dengan itu berkeinginan tetap mempertahankan hak serta kepentingannya sendiri-sendiri.

Risalah amandemen UUD NRI Tahun 1945, pada naskah komprehensif perubahan UUD NRI Tahun 1945, berkaitan dengan pemilihan kepala daerah untuk menunjukkan kedudukan wakil kepala daerah di dalam UUD NRI Tahun 1945, bahwa dibalik frasanya ada yang berpendapat untuk disebutkan kepala daerah saja karena sudah termasuk wakil kepala daerah sebagaimana perdebatan anggota MPR RI dalam perubahan UUD NRI Tahun 1945. Berkenaan dengan judul bab, pembicara dari F-TNI/

Polri, Hendi Tjaswadi dalam Naskah Komprehensif Perubahan UUD NRI Tahun 1945 berpendapat sebagai berikut:146

Jadi kami mendukung yang disampaikan oleh Fraksi PBB. Jadi memang Pertama mengenai judul Bab dulu Pak. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, memang berbeda Pak. Pengertian sekarang, Pemerintahan itu mencakup Kepala Daerah dan DPRD kalau yang dulu Pemerintah itu ya Kepala Daerah dan DPRD. Sekarang itu Pemerintah itu hanya Kepala Daerah saja, jadi kalau Pemerintahan itu mencakup Kepala Daerah dan DPRD.

145Ibid.

146Sekjend dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Naskah Komprehensif Perubahan UUD NRI Tahun 1945, Buku 4 Jilid 1 (Kekuasaan Pemerintahan Negara), 2010, hlm. 1192.

Selanjutnya, Asnawi Latief dari F-PDU dalam Naskah Komprehensif Perubahan UUD NRI Tahun 1945 melanjutkan usulannya yang berkaitan dengan materi lainnya dari Pasal 18 sebagai berikut:147

Saya usul Pak ya, Ayat (4) di situ angka 4 itu kalau bisa ditukar 5 naik, karena itu menyangkut soal daerah otonom itu memiliki DPRD, 4-5 naik sampai 6, perwakilannya dulu atau pemerintahannya dulu Bapak-bapak? Perwakilannya dulu. Dipilih oleh rakyat, titik-titik saja, dalam satu Pemilu titik, tidak usah, Pemilu nanti ada PAH Pemilu kan, dipilih langsung oleh rakyat itu, tidak kita ingin menonjolkan rakyatnya itu, karena DPR kan, perwakilan rakyat itu kita tonjolkan ketika kita berbicara tentang kepala daerah otonom, kata rakyat itu kita tonjolkan ketika kita berbicara tentang gubernur, tentang bupati, tentang walikota, baru kita berbicara tentang dipilih oleh rakyat. Saya ngerti Pak ya, kita juga membela rakyat, dalam kurung oleh rakyat, kalau pemilihan umum itu masih dibenarkan, kan ada pengangkatan tapi kalau sudah langsung itu tidak ada, pemilihan umum itu tidak ada pengangkatan, tidak ada.

Slamet Effendy Yusuf dari F-PDIP dalam Naskah Komprehensif Perubahan UUD NRI Tahun 1945 juga menawarkan alternatif lain sebagai berikut:148

….atau begini saja Pak ya, kalau boleh kami tawarkan, kalau boleh Ayat (4) hasil BP itu dihidupkan. Kepala daerah provinsi dijabat oleh Gubernur, Kepala daerah kabupaten dijabat oleh Bupati, dan Kepala daerah kota dijabat walikota yang kewenangannya masing-masing diatur undang-undang, saya kira itu saja, sesudah itu baru cara pemilihannya

Terkait dengan penyebutan kepala daerah, Dimyati Hartono dalam Naskah Komprehensif Perubahan UUD NRI Tahun 1945, berpendapat sebagai berikut:149

Memang begini bagus ya, tapi kita juga sudah pernah mencoba nama Gubernur, ya misalnya, pernah disebut Kepada Daerah Tingkat I, kemudian hilang Gubernur. Dulu ada Residen, hilang. Wedana, hilang. Asisten Wedana, hilang.

Jadi memang kalau ini kita tuangkan di dalam Undang-Undang Dasar, kalau ada perubahan dinamika keadaan, sulit. Bagaimana kalau misalnya, masing-masing kepala ... jadi setelah tiga, ya, keempat itu bahwa masing-masing- daerah itu dipimpin oleh seorang Kepala Daerah, udah. Jadi gak perlu menyebutkan rinciannya, begitu.

147Ibid., hlm. 1209.

148 Ibid., hlm. 1391.

149Ibid., hlm. 1392.

Selanjutnya, Slamet Effendy Yusuf dalam Naskah Komprehensif Perubahan UUD NRI Tahun 1945 berpendapat bahwa penyebutan secara spesifik frasa kepala daerah di dalam konstitusi akan lebih awet, Selengkapnya penjelasan Slamet sebagai berikut:150

Baik. Pak Dim, kalau kita balik cara berpikirnya mungkin jadi kali ya. Jadi yang pertama, itu penyebutan kepala daerah itu bolak balik berganti itu karena apa, karena konstitusi mungkin tidak nyebut. Tapi mungkin kalau andaikata konstitusi di sini misalnya nyebut, itu lebih.. lebih.. apa, lebih awet, tinggal pengaturannya nanti dan ketika keawetan itu terjadi, ngirit banyak itu. Ganti kek. Gubernur kepala daerah itu aja nyetak apa, kop surat nya, apa, banyak banget itu, luar biasa. Maksud saya begini, maksud saya justru penyebutan secara definitif, nama. Kepala Daerah provinsi atau apalah, kepala pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten kota dengan menyebut dia bernama Gubernur, Bupati, dan Walikota itu maka ke depan itu nggak lagi segampang yang sekarang ketika undang-undang dirubah, berubah lagi dengan implikasi teknis administratif yang luar biasa mahalnya, itu. Apa begitu Pak Dim, kita balik, cara berpikirnya. Jadi ke depan dinamika itu harus sesuai dengan konstitusi, itu, bukan konstitusi itu. Ini kan tidak terlalu prinsipil dalam arti.

Karena semua sepakat, maka Slamet Effendy Yusuf menegaskan bahwa pemilihan kepala daerah dipilih secara demokratis. “Baik. Dipilih secara demokratis. Ya sudah”.

Selanjutnya, S. Massardy Kaphat dari F-KKI dalam Naskah Komprehensif Perubahan UUD NRI Tahun 1945 mengemukakan pandangan fraksinya:151

Sebagaimana kami kemukakan di atas, maka sistem pemilu juga perlu jelas untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden secara langsung, DPR, DPRD, dan juga kepala daerah, wakil kepala daerah. Fraksi kami kurang paham mengapa tidak disebut di dalam rancangan bahwa kepala daerah, wakil kepala daerah kita harus di pilih secara langsung oleh rakyat. Pemilihan kepala daerah, wakil kepala daerah secara langsung adalah unsur tatanan sistematis dari pemilihan secara langsung Presiden dan Wakil Presiden.

Setelah amandemen itu, Pasal 18 UUD NRI Tahun 1945, bahwa maksud dibalik frasa “kepala daerah” sudah termasuk struktur pemerintahan daerah, yang salah satunya mengenai kedudukan “wakil kepala daerah”, meskipun, lebih jelas lagi wakil

150Ibid., hlm. 1393.

151 Sekjend dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Naskah Komprehensif Perubahan UUD NRI Tahun 1945, Buku 5 (Pemilihan Umum), 2010, hlm. 433.

kepala daerah diatur dalam undang-undang. Implikasi tidak disebutkannya secara eksplisit mengenai wakil kepala daerah, sehingga berdampak terhadap sistem pemerintahan daerah.

B. Implikasi Kedudukan Wakil Kepala Daerah Dalam Undang-Undang Dasar