• Tidak ada hasil yang ditemukan

Khotbah Berkelompok tentang Penembusan

Dalam dokumen Sang Buddha Terjemahan baru (Halaman 142-148)

1 Kuku Jari

Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Kemudian Sang Bhagavā mengambil sedikit tanah dengan ujung kuku jari tangan-

Nya dan berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut:

“Para bhikkhu bagaimanakah menurut kalian, mana yang lebih banyak: sedikit tanah yang Ku-ambil di ujung kuku jari tanganKu ini atau bumi ini?”

“Yang Mulia, bumi ini lebih banyak. Sedikit tanah yang Bhagavā

ambil di ujung kuku jari tangan Beliau adalah tidak berarti. Tidak ada seperseratus bagian, atau seperseribu bagian, atau seperseratus ribu dari bumi ini.”

“Demikian pula, para bhikkhu, bagi seorang siswa mulia, seorang yang sempurna dalam pandangan yang telah membuat penembusan, penderitaan yang telah dihancurkan dan dilenyapkan adalah lebih banyak, sementara yang masih tersisa adalah tidak berarti.218 Yang

tersisa ini tidak ada seperseratus bagian, [134] atau seperseribu bagian, atau seperseratus ribu bagian dari keseluruhan penderitaan yang telah dihancurkan dan dilenyapkan, karena paling banyak hanya menjalani tujuh kehidupan lagi. Begitu besar manfaatnya, para bhikkhu, penembusan Dhamma, begitu besar manfaatnya memperoleh Mata Dhamma.”219

2 Kolam

puluh yojana panjangnya, lima puluh yojana lebarnya, dan lima puluh yojana dalamnya, penuh dengan air, melimpah sehingga seekor gagak dapat meminum darinya, dan seseorang dapat mengambil air darinya menggunakan ujung helai rumput kusa. Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu, mana yang lebih banyak: air yang terdapat pada ujung helai rumput kusa atau air dalam kolam itu?”220

“Yang Mulia, air dalam kolam lebih banyak. Air yang terdapat pada ujung helai rumput kusa adalah tidak berarti. Tidak ada seperseratus bagian, atau seperseribu bagian, atau seperseratus ribu dari air dalam kolam.”

“Demikian pula, para bhikkhu, bagi seorang siswa mulia, seorang yang sempurna dalam pandangan yang telah membuat penembusan, penderitaan yang telah dihancurkan dan dilenyapkan adalah lebih banyak, sementara yang masih tersisa adalah tidak berarti…. Begitu besar manfaatnya, para bhikkhu, penembusan Dhamma, begitu besar manfaatnya memperoleh Mata Dhamma.”

3 Air pada Pertemuan Sungai (1)

Di Sāvatthī. [135] “Para bhikkhu, misalnya di tempat sungai-sungai besar ini bertemu dan bergabung – yaitu, Gangga, Yamunā, Aciravatī, Sarabhū, dan Mahī – seseorang mengambil dua atau tiga tetes air.

Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu? Manakah yang lebih banyak: dua atau tiga tetes air yang diambil atau air di pertemuan sungai itu?”

“Yang Mulia, air di pertemuan sungai adalah lebih banyak. Dua atau tiga tetes air yang diambil adalah tidak berarti. Tidak ada seperseratus, atau seperseribu, atau seperseratus ribu dari air yang ada di pertemuan sungai.”

“Demikian pula, para bhikkhu, bagi seorang siswa mulia … begitu besar manfaatnya memperoleh Mata Dhamma.”

4 Air pada Pertemuan Sungai (2)

Di Sāvatthī. [135] “Para bhikkhu, misalnya di tempat sungai-sungai besar ini bertemu dan bergabung – yaitu, Gangga, Yamunā, Aciravatī, Sarabhū, dan Mahī – airnya akan dihancurkan dan dibuang hanya

menyisakan dua atau tiga tetes. Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu, manakah yang lebih banyak: air yang telah dihancurkan dan dibuang atau dua atau tiga tetes air yang tersisa?”

“Yang Mulia, air di pertemuan sungai yang telah dihancurkan dan dibuang adalah lebih banyak. Dua atau tiga tetes air yang tersisa adalah tidak berarti. Tidak ada seperseratus, atau seperseribu, atau seperseratus ribu dari air yang telah dihancurkan dan dibuang.”

“Demikian pula, para bhikkhu, bagi seorang siswa mulia … begitu besar manfaatnya memperoleh Mata Dhamma.”

5 Bumi (1)

Di Sāvatthī. [136] “Para bhikkhu, misalnya seseorang meletakkan tujuh

bola kecil terbuat dari tanah liat berukuran sebesar biji buah jujube di atas bumi ini. bagaimanakah menurut kalian, para bhikkhu, manakah yang lebih banyak: tujuh bola kecil sebesar biji buah jujube itu yang diletakkan di sana ataukah bumi ini?”

“Yang Mulia, bumi ini lebih banyak. Tujuh bola kecil berukuran sebesar biji buah jujube yang terbuat dari tanah liat adalah tidak berarti. Tidak ada seperseratus bagian, atau seperseribu bagian, atau seperseratus ribu dari bumi ini.”

“Demikian pula, para bhikkhu, bagi seorang siswa mulia … begitu besar manfaatnya memperoleh Mata Dhamma.”

6 Bumi (2)

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, misalnya bumi ini akan dihancurkan dan

dilenyapkan hanya menyisakan tujuh bola kecil terbuat dari tanah liat berukuran biji buah jujube. Bagaimanakah menurut kalian, para bhikkhu, manakah yang lebih banyak: bumi ini yang telah dihancurkan dan dilenyapkan atau tujuh bola kecil terbuat dari tanah liat berukuran biji buah jujube yang tersisa?”

“Yang Mulia, bumi ini yang telah dihancurkan dan dilenyapkan adalah lebih banyak. Tujuh bola kecil berukuran sebesar biji buah jujube yang terbuat dari tanah liat yang tersisa adalah tidak berarti. Tidak ada seperseratus bagian, atau seperseribu bagian, atau seperseratus ribu dari bumi ini.”

“Demikian pula, para bhikkhu, bagi seorang siswa mulia … begitu besar manfaatnya memperoleh Mata Dhamma.”

7 Samudra (1)

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, misalnya seseorang mengambil dua atau

tiga tetes air dari samudra raya. Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu? Manakah yang lebih banyak: dua atau tiga tetes air yang diambil atau air di samudra raya itu?” [137]

“Yang Mulia, air di samudra raya adalah lebih banyak. Dua atau tiga tetes air yang diambil adalah tidak berarti. Tidak ada seperseratus, atau seperseribu, atau seperseratus ribu dari air yang ada di samudra raya.”

“Demikian pula, para bhikkhu, bagi seorang siswa mulia … begitu besar manfaatnya memperoleh Mata Dhamma.”

8 Samudra (2)

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, misalnya samudra raya itu akan

dihancurkan dan dilenyapkan hanya menyisakan dua atau tiga tetes air. Bagaimanakah menurut kalian, para bhikkhu, manakah yang lebih banyak: air di samudra raya yang telah dihancurkan dan dilenyapkan atau dua atau tiga tetes airyang tersisa?”

“Yang Mulia, air di samudra raya yang telah dihancurkan dan dilenyapkan adalah lebih banyak. Dua atau tiga tetes air yang tersisa adalah tidak berarti. Tidak ada seperseratus bagian, atau seperseribu bagian, atau seperseratus ribu dari air di samudra raya yang telah dihancurkan dan dilenyapkan.”

“Demikian pula, para bhikkhu, bagi seorang siswa mulia … begitu besar manfaatnya memperoleh Mata Dhamma.”

9 Gunung (1)

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, misalnya seseorang meletakkan di

Himalaya, raja pegunungan, tujuh butir kerikil berukuran biji sawi. Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu, mana yang lebih banyak: tujuh butir kerikil berukuran biji sawi yang diletakkan di sana atau Himalaya, raja pegunungan?”

“Yang Mulia, Himalaya, raja pegunungan adalah lebih banyak. Tujuh butir kerikil berukuran biji sawi adalah tidak berarti [138]. Tidak ada seperseratus bagian, atau seperseribu bagian, atau seperseratus ribu dari Himalaya, raja pegunungan.”

“Demikian pula, para bhikkhu, bagi seorang siswa mulia … begitu besar manfaatnya memperoleh Mata Dhamma.”

10 Gunung (2)

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, misalnya Himalaya, raja pegunungan, akan

dihancurkan dan dilenyapkan hanya menyisakan tujuh butir kerikil berukuran biji sawi. Bagaimanakah menurut kalian, para bhikkhu, manakah yang lebih banyak: Himalaya, raja pegunungan, yang telah dihancurkan dan dilenyapkan atau tujuh butir kerikil berukuran biji sawi yang tersisa?”

“Yang Mulia, Himalaya, raja pegunungan yang telah dihancurkan dan dilenyapkan adalah lebih banyak. Tujuh butir kerikil berukuran biji sawi yang tersisa adalah tidak berarti. Tidak ada seperseratus bagian, atau seperseribu bagian, atau seperseratus ribu dari Himalaya, raja pegunungan yang telah dihancurkan dan dilenyapkan.”

“Demikian pula, para bhikkhu, bagi seorang siswa mulia, seorang yang sempurna dalam pandangan yang telah membuat penembusan, penderitaan yang telah dihancurkan dan dilenyapkan adalah lebih banyak, sementara yang masih tersisa adalah tidak berarti. Yang tersisa ini tidak ada seperseratus bagian, atau seperseribu bagian, atau seperseratus ribu bagian dari keseluruhan penderitaan yang telah dihancurkan dan dilenyapkan, karena paling banyak hanya menjalani tujuh kehidupan lagi. Begitu besar manfaatnya, para bhikkhu, penembusan Dhamma, begitu besar manfaatnya memperoleh Mata Dhamma.”

11 Gunung (3)

Di Sāvatthī. [139] “Para bhikkhu, misalnya seseorang meletakkan di

Sineru,221 raja pegunungan, tujuh butir kerikil berukuran biji kacang

hijau. Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu, mana yang lebih banyak: tujuh butir kerikil berukuran biji kacang hijau yang diletakkan di sana atau Sineru, raja pegunungan?”

“Yang Mulia, Sineru, raja pegunungan adalah lebih banyak. tujuh butir kerikil berukuran biji kacang hijau adalah tidak berarti . Tidak ada seperseratus bagian, atau seperseribu bagian, atau seperseratus ribu dari Sineru, raja pegunungan.”

“Demikian pula, para bhikkhu, pencapaian para petapa, brahmana, dan pengembara dari sekte lain tidak ada seperseratus bagian, atau seperseribu bagian, atau seperseratus ribu daripada pencapaian seorang siswa mulia, seorang yang sempurna dalam pandangan yang telah membuat penembusan. Begitu besar pencapaian ini, para bhikkhu, dari seorang yang sempurna dalam pandangan, begitu besar dalam hal pengetahuan langsung.”222

~ 674 ~

BAB III

Dalam dokumen Sang Buddha Terjemahan baru (Halaman 142-148)