• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEPULUH KEKUATAN 21 (1) Sepuluh Kekuatan (1)

Dalam dokumen Sang Buddha Terjemahan baru (Halaman 60-76)

Khotbah Berkelompok tentang Sebab-akibat

III. SEPULUH KEKUATAN 21 (1) Sepuluh Kekuatan (1)

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, dengan memiliki sepuluh kekuatan dan empat landasan keyakinan-diri. Sang Tathāgata mengaku sebagai

sapi pemimpin dari sekelompok sapi, mengaumkan auman singa dalam kelompokNya, dan memutar Roda-Brahma sebagai berikut:57

[28] ‘Demikianlah bentuk, demikianlah asal-mulanya, demikianlah lenyapnya; demikianlah perasaan, demikianlah asal-mulanya, demikianlah lenyapnya; demikianlah persepsi, demikianlah asal- mulanya, demikianlah lenyapnya; demikianlah bentukan-bentukan kehendak, demikianlah asal-mulanya, demikianlah lenyapnya; demikianlah kesadaran, demikianlah asal-mulanya, demikianlah lenyapnya.58 Demikianlah dengan adanya ini, maka itu muncul; dengan

timbulnya ini maka timbulah itu. Ketika ini tidak ada, maka itu tidak muncul; dengan lenyapnya ini, maka lenyap pula itu.59 Yaitu, dengan

kebodohan sebagai kondisi, bentukan-bentukan kehendak [muncul]; dengan bentukan-bentukan kehendak sebagai kondisi, kesadaran…. Demikianlah asal mula dari keseluruhan kumpulan penderitaan ini. Tetapi dengan peluruhan tanpa sisa dan lenyapnya kebodohan, maka lenyap pula bentukan-bentukan kehendak; dengan lenyapnya bentukan-bentukan kehendak, maka lenyap pula kesadaran…. Demikianlah lenyapnya keseluruhan kumpulan penderitaan ini.’” 22 (2) Sepuluh Kekuatan (2)

Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, dengan memiliki sepuluh kekuatan dan empat landasan keyakinan-diri. Sang Tathāgata mengaku sebagai

sapi pemimpin dari sekelompok sapi, mengaumkan auman singa dalam kelompokNya, dan memutar Roda-Brahma sebagai berikut: ‘Demikianlah bentuk … (seperti pada §21) … Demikianlah lenyapnya keseluruhan kumpulan penderitaan ini.’

“Para bhikkhu, Dhamma telah dengan sempurna dibabarkan olehKu, telah diuraikan, diungkapkan, dinyatakan, dibuka jahitan tambalannya.60 Ketika, para bhikkhu, Dhamma demikian telah

dinyatakan, dibuka jahitannya, ini cukup bagi para pengikutnya yang telah meninggalkan keduniawian karena keyakinannya untuk membangkitkan semangat sebagai berikut: ‘Sungguh, biarpun kulitku, uratku, dan tulangku yang tersisa, dan biarpun daging dan darahku mengering dalam tubuhku, namun aku tidak akan mengendurkan usahaku selama aku belum mencapai apa yang dapat dicapai oleh kekuatan manusia, oleh usaha manusia, oleh daya-upaya manusia.’61

[29]

“Para bhikkhu, orang malas berdiam dalam penderitaan, dikotori oleh kondisi buruk yang tidak bermanfaat, dan besar sekali kebaikan pribadi yang ia abaikan.62 Tetapi orang yang bersemangat berdiam

dengan bahagia, jauh dari kondisi buruk yang tidak bermanfaat, dan besar sekali kebaikan pribadi yang ia peroleh. Yang tertinggi tidak dicapai oleh mereka yang rendah; melainkan, yang tertinggi hanya dicapai oleh mereka yang tinggi.63 Para bhikkhu, kehidupan suci ini

adalah minuman berkrim; Sang Guru ada saat ini.64 Oleh karena itu,

para bhikkhu, bangkitkanlah semangat untuk mencapai apa yang belum dicapai, untuk memperoleh apa yang belum diperoleh, untuk menembus apa yang belum ditembus, [dengan pikiran]: ‘Dalam cara- cara demikian pelepasan keduniawian ini tidak akan menjadi mandul, namun berbuah banyak dan subur; dan ketika kita menggunakan jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan [yang dipersembahkan kepada kita oleh orang lain], pelayan ini yang mereka berikan kepada kita akan menghasilan buah dan manfaat besar bagi mereka.’65

Demikianlah, para bhikkhu, kalian harus berlatih.

“Mempertimbangkan kebaikan kalian, para bhikkhu, cukuplah berusaha demi tujuan dengan tekun; mempertimbangkan kebaikan makhluk lain, cukuplah berusaha demi tujuan dengan tekun; mempertimbangkan kebaikan keduanya, cukuplah berusaha demi tujuan dengan tekun.”66

23 (3) Penyebab Langsung

Di Sāvatthī.67 “Para bhikkhu, Aku mengatakan bahwa penghancuran

noda-noda adalah bagi orang yang mengetahui dan melihat, bukan bagi orang yang tidak mengetahui dan tidak melihat. Bagi orang yang mengatahui apakah, orang yang melihat apakah, maka penghancuran

noda-noda terjadi? ‘Demikianlah bentuk, demikianlah asal-mulanya, demikianlah lenyapnya; demikianlah perasaan … demikianlah persepsi … demikianlah bentukan-bentukan kehendak … demikianlah kesadaran, demikianlah asal-mulanya, demikianlah lenyapnya’: adalah bagi orang yang mengetahui demikian, bagi orang yang melihat demikian, maka penghancuran noda-noda terjadi. [30]

“Aku mengatakan, para bhikkhu, bahwa pengetahuan penghancuran sehubungan dengan kehancuran memiliki penyebab langsung; bukan tanpa penyebab langsung. Dan apakah penyebab langsung dari pengetahuan penghancuran? Harus dijawab: kebebasan.68

“Aku mengatakan, para bhikkhu, bahwa kebebasan juga memiliki penyebab langsung; bukan tanpa penyebab langsung. Dan apakah penyebab langsung bagi kebebasan? Harus dijawab: kebosanan.

“Aku mengatakan, para bhikkhu, bahwa kebosanan juga memiliki penyebab langsung; bukan tanpa penyebab langsung. Dan apakah penyebab langsung bagi kebosanan? Harus dijawab: kejijikan.

“Aku mengatakan, para bhikkhu, bahwa kejijikan juga memiliki penyebab langsung; bukan tanpa penyebab langsung. Dan apakah penyebab langsung bagi kejijikan? Harus dijawab: pengetahuan dan penglihatan atas segala sesuatu sebagaimana adanya.

“Aku mengatakan, para bhikkhu, bahwa pengetahuan dan penglihatan atas segala sesuatu sebagaimana adanya juga memiliki penyebab langsung; bukan tanpa penyebab langsung. Dan apakah penyebab langsung bagi pengetahuan dan penglihatan atas segala sesuatu sebagaimana adanya? Harus dijawab: konsentrasi.

“Aku mengatakan, para bhikkhu, bahwa konsentrasi juga memiliki penyebab langsung; bukan tanpa penyebab langsung. Dan apakah penyebab langsung bagi konsentrasi? Harus dijawab: kebahagiaan.

“Aku mengatakan, para bhikkhu, bahwa kebahagiaan juga memiliki penyebab langsung; bukan tanpa penyebab langsung. Dan apakah penyebab langsung bagi kebahagiaan? Harus dijawab: ketenangan.

“Aku mengatakan, para bhikkhu, bahwa ketenangan juga memiliki penyebab langsung; bukan tanpa penyebab langsung. Dan apakah penyebab langsung bagi ketenangan? Harus dijawab: kegairahan.

“Aku mengatakan, para bhikkhu, bahwa kegairahan juga memiliki penyebab langsung; bukan tanpa penyebab langsung. Dan apakah

penyebab langsung bagi kegairahan? Harus dijawab: kegembiraan. “Aku mengatakan, para bhikkhu, bahwa kegembiraan juga memiliki penyebab langsung; bukan tanpa penyebab langsung. Dan apakah penyebab langsung bagi kegembiraan? Harus dijawab: keyakinan.

“Aku mengatakan, para bhikkhu, bahwa keyakinan juga memiliki penyebab langsung; bukan tanpa penyebab langsung. [31] Dan apakah penyebab langsung bagi keyakinan? Harus dijawab: penderitaan.69

“Aku mengatakan, para bhikkhu, bahwa penderitaan juga memiliki penyebab langsung; bukan tanpa penyebab langsung. Dan apakah penyebab langsung bagi penderitaan? Harus dijawab: kelahiran.

“Aku mengatakan, para bhikkhu, bahwa kelahiran juga memiliki penyebab langsung; bukan tanpa penyebab langsung. Dan apakah penyebab langsung bagi kelahiran? Harus dijawab: penjelmaan.

“Aku mengatakan, para bhikkhu, bahwa penjelmaan juga memiliki penyebab langsung; bukan tanpa penyebab langsung. Dan apakah penyebab langsung bagi penjelmaan? Harus dijawab: kemelekatan.

“Aku mengatakan, para bhikkhu, bahwa kemelekatan juga memiliki penyebab langsung; bukan tanpa penyebab langsung. Dan apakah penyebab langsung bagi kemelekatan? Harus dijawab: keinginan.

“Aku mengatakan, para bhikkhu, bahwa keinginan juga memiliki penyebab langsung; bukan tanpa penyebab langsung. Dan apakah penyebab langsung bagi keinginan? Harus dijawab: perasaan.

“Bagi perasaan, harus dijawab: kontak. Bagi kontak: enam landasan indria. Bagi enam landasan indria: nama-dan-bentuk. Bagi nama-dan- bentuk: kesadaran. Bagi kesadaran: bentukan-bentukan kehendak.

“Aku mengatakan, para bhikkhu, bahwa bentukan-bentukan kehendak juga memiliki penyebab langsung; bukan tanpa penyebab langsung. Dan apakah penyebab langsung bagi bentukan-bentukan kehendak? Harus dijawab: kebodohan.

“Demikianlah, para bhikkhu, dengan kebodohan sebagai penyebab langsung, maka bentukan-bentukan kehendak [muncul]; dengan bentukan-bentukan kehendak sebagai penyebab langsung, maka kesadaran; dengan kesadaran sebagai penyebab langsung, maka nama- dan-bentuk; dengan nama-dan-bentuk sebagai penyebab langsung, maka enam landasan indria; dengan enam landasan indria sebagai penyebab langsung, maka kontak; dengan kontak sebagai penyebab

langsung, maka perasaan; dengan perasaan sebagai penyebab langsung, maka keinginan; dengan keinginan sebagai penyebab langsung, maka kemelekatan; dengan kemelekatan sebagai penyebab langsung, maka penjelmaan; dengan penjelmaan sebagai penyebab langsung, maka kelahiran; dengan kelahiran sebagai penyebab langsung, maka penderitaan; dengan penderitaan sebagai penyebab langsung, maka keyakinan; dengan keyakinan sebagai penyebab langsung, maka kegembiraan; dengan kegembiraan sebagai penyebab langsung, maka kegairahan; dengan kegairahan sebagai penyebab langsung, maka ketenangan; dengan ketenangan sebagai penyebab langsung, maka kebahagiaan; dengan kebahagiaan sebagai penyebab langsung, maka konsentrasi; dengan konsentrasi sebagai penyebab langsung, maka pengetahuan dan penglihatan atas segala sesuatu sebagaimana adanya; [32] dengan pengetahuan dan penglihatan atas segala sesuatu sebagaimana adanya sebagai penyebab langsung, maka kejijikan; dengan kejijikan sebagai penyebab langsung, maka kebosanan; dengan kebosanan sebagai penyebab langsung, maka kebebasan; dengan kebebasan sebagai penyebab langsung, maka pengetahuan kehancuran.

“Bagaikan, para bhikkhu, ketika hujan lebat turun di puncak gunung, airnya mengalir turun sepanjang lereng dan memenuhi celah, selokan, dan sungai; memenuhi kolam-kolam; memenuhi danau- danau; memenuhi sungai-sungai kecil; memenuhi sungai-sungai besar; dan memenuhi samudera;70 demikian pula, dengan kebodohan sebagai

penyebab langsung, maka bentukan-bentukan kehendak [muncul]; dengan bentukan-bentukan kehendak sebagai penyebab langsung, maka kesadaran … dengan kebebasan sebagai penyebab langsung, maka pengetahuan penghancuran.”

24 (4) Pengembara dari Sekte Lain

Di Rājagaha, di Hutan Bambu.

(i)

Pada suatu pagi, Yang Mulia Sāriputta merapikan jubah dan membawa mangkuk dan jubahnya, memasuki Rājagaha untuk menerima dana

dana makanan di Rājagaha. Aku akan pergi ke taman tempat para

pengembara dari sekte lain.”

Kemudian Yang Mulia Sāriputta [33] pergi ke taman para

pengembara sekte lain. Ia bertukar sapa dengan para pengembara itu, dan setelah mengakhiri sapaan dan ucapan ramah-tamah, ia duduk di satu sisi. Para pengembara berkata kepadanya:

“Sahabat Sāriputta, beberapa petapa dan brahmana pendukung

doktrin kamma, berpendapat bahwa penderitaan dibuat oleh diri sendiri; beberapa petapa dan brahmana pendukung doktrin kamma, berpendapat bahwa penderitaan dibuat oleh orang lain; beberapa petapa dan brahmana pendukung doktrin kamma, berpendapat bahwa penderitaan dibuat oleh diri sendiri dan orang lain; beberapa petapa dan brahmana pendukung doktrin kamma, berpendapat bahwa penderitaan terjadi secara kebetulan dan bukan dibuat oleh diri sendiri atau orang lain.71 Sekarang, Sahabat Sāriputta, apakah yang

dikatakan oleh Petapa Gotama sehubungan dengan hal ini? Apakah yang Beliau ajarkan? Bagaimanakah kami harus menjawab jika kami harus mengulangi apa yang telah dikatakan oleh Petapa Gotama dan tidak salah mewakiliNya dengan apa yang berlawanan dengan fakta? Dan bagaimanakah kami harus menjelaskan sesuai dengan Dhamma sehingga tidak ada celah logis atas jawaban kami yang dapat dijadikan dasar bagi kritikan?”72

“Sahabat, Sang Bhagavā telah mengatakan bahwa penderitaan

adalah muncul bergantungan. Bergantung pada apakah? Bergantung pada kontak. Jika seseorang berkata seperti demikian maka ia

mengatakan apa yang telah dikatakan oleh Sang Bhagavā dan tidak

salah mewakiliNya dengan apa yang berlawanan dengan fakta; ia menjelaskan sesuai dengan Dhamma, dan tidak ada celah logis atas jawabannya yang dapat dijadikan dasar bagi kritikan.”

“Sehubungan dengan hal ini, para sahabat, dalam hal para petapa dan brahmana, yang mendukung doktrin kamma, yang berpendapat bahwa penderitaan dibuat oleh diri sendiri, itu dikondisikan oleh kontak.73 Juga, dalam hal para petapa dan brahmana, yang mendukung

doktrin kamma, yang berpendapat bahwa penderitaan dibuat oleh orang lain, itu juga dikondisikan oleh kontak. Juga, dalam hal para petapa dan brahmana, yang mendukung doktrin kamma, yang

berpendapat bahwa penderitaan dibuat oleh diri sendiri dan orang lain, itu juga dikondisikan oleh kontak. [34] Juga, dalam hal para petapa dan brahmana, yang mendukung doktrin kamma, yang berpendapat bahwa penderitaan terjadi secara kebetulan dan bukan dibuat oleh diri sendiri atau orang lain, itu juga dikondisikan oleh kontak.”

“Sehubungan dengan hal ini, para sahabat, dalam hal para petapa dan brahmana, yang mendukung doktrin kamma, yang berpendapat bahwa penderitaan dibuat oleh diri sendiri, adalah tidak mungkin bahwa mereka akan mengalami [apa pun] tanpa kontak. Juga, dalam hal para petapa dan brahmana, yang mendukung doktrin kamma, yang berpendapat bahwa penderitaan dibuat oleh orang lain, adalah tidak mungkin bahwa mereka akan mengalami [apa pun] tanpa kontak. Juga, dalam hal para petapa dan brahmana, yang mendukung doktrin kamma, yang berpendapat bahwa penderitaan dibuat oleh diri sendiri dan orang lain, adalah tidak mungkin bahwa mereka akan mengalami [apa pun] tanpa kontak. Juga, dalam hal para petapa dan brahmana, yang mendukung doktrin kamma, yang berpendapat bahwa penderitaan terjadi secara kebetulan dan bukan dibuat oleh diri sendiri atau orang lain, adalah tidak mungkin bahwa mereka akan mengalami [apa pun] tanpa kontak.”

(ii)

Yang Mulia Ānanda mendengarkan percakapan antara Yang Mulia Sāriputta dengan para pengembara sekte lain. Kemudian ketika ia berjalan untuk menerima dana makanan di Rājagaha dan telah kembali dari perjalanan itu, setelah makan ia mendekati Sang Bhagavā,

memberi hormat kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan melaporkan

seluruh percakapan antara Yang Mulia Sāriputta dan para pengembara sekte lain tersebut. [Sang Bhagavā berkata:]

“Baik sekali, baik sekali, Ānanda! Siapa pun yang menjawab dengan benar akan menjawab seperti yang telah dilakukan oleh Sāriputta, Aku telah mengatakan, Ānanda, bahwa penderitaan adalah muncul

bergantungan. Bergantung pada apakah? Bergantung pada kontak. Jika seseorang mengatakan demikian maka ia telah mengatakan apa yang telah dikatakan olehKu dan tidak salah mewakiliKu dengan apa yang berlawanan dengan fakta; ia menjelaskan sesuai dengan Dhamma, dan

tidak ada celah logis atas jawabannya yang dapat dijadikan dasar bagi kritikan.”

“Sehubungan dengan hal ini, Ānanda, dalam hal para petapa dan

brahmana, yang mendukung doktrin kamma, yang berpendapat bahwa penderitaan dibuat oleh diri sendiri … [35] … dan mereka yang berpendapat bahwa penderitaan terjadi secara kebetulan, dan bukan dibuat oleh diri sendiri atau orang lain, itu juga dikondisikan oleh kontak.

“Sehubungan dengan hal ini, Ānanda, dalam hal para petapa dan

brahmana, yang mendukung doktrin kamma, yang berpendapat bahwa penderitaan dibuat oleh diri sendiri … dan mereka yang berpendapat bahwa penderitaan terjadi secara kebetulan, dan bukan dibuat oleh diri sendiri atau orang lain, adalah tidak mungkin bahwa mereka akan mengalami [apa pun] tanpa kontak.

“Pada suatu ketika, Ānanda, Aku sedang berdiam di sini di Rājagaha,

di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai. Kemudian, pada suatu pagi, Aku merapikan jubah dan, membawa mangkuk dan jubah, Aku memasuki

Rājagaha untuk menerima dana makanan. Kemudian Aku berpikir: “Masih terlalu pagi untuk menerima dana makanan di Rājagaha.

Aku akan pergi ke taman tempat para pengembara dari sekte lain.” Kemudian Aku pergi ke taman para pengembara sekte lain. Aku bertukar sapa dengan para pengembara itu dan, setelah mengakhiri sapaan dan ucapan ramah-tamah, Aku duduk di satu sisi. Kemudian para pengembara berkata kepadaKu: … (para pengembara itu mengajukan pertanyaan yang persis sama dengan yang diajukan kepada Sāriputta dan menerima jawaban yang identik) [36] … tidaklah mungkin bahwa mereka akan mengalami [apa pun] tanpa kontak.”

“Menakjubkan, Yang Mulia! Mengagumkan, Yang Mulia! Bagaimana

keseluruhan makna ini dapat dinyatakan dalam satu kalimat tunggal. Dapatkah makna yang sama ini dinyatakan secara terperinci dengan cara yang mendalam dan halus dalam pengertiannya?”74

“Baiklah, Ānanda, pikirkanlah persoalan ini oleh dirimu sendiri.” “Yang Mulia, jika mereka bertanya kepadaku: ‘Sahabat Ānanda,

apakah sumber dari penuaan-dan-kematian, apakah asal-mulanya, dari apakah dimunculkan dan dihasilkan?’ – Jika ditanya seperti ini, aku akan menjawab sebagai berikut: ‘Sahabat, penuaan-dan-kematian

memiliki kelahiran sebagai sumbernya, kelahiran sebagai asal-mulanya, muncul dan dihasilkan dari kelahiran.’ Jika ditanya demikian, aku akan menjawab seperti itu. [37]

“Yang Mulia, jika mereka bertanya kepadaku: ‘Sahabat Ānanda,

apakah sumber dari kelahiran, apakah asal-mulanya, dari apakah dimunculkan dan dihasilkan?’ – Jika ditanya seperti ini, aku akan menjawab sebagai berikut: ‘Sahabat, kelahiran memiliki penjelmaan sebagai sumbernya, penjelmaan sebagai asal-mulanya, muncul dan dihasilkan dari penjelmaan…. Penjelmaan memiliki kemelekatan sebagai sumbernya…. Kemelekatan memiliki keinginan sebagai sumbernya…. Keinginan memiliki perasaan sebagai sumbernya…. Perasaan memiliki kontak sebagai sumbernya…. Kontak memiliki enam landasan indria sebagai sumbernya, enam landasan indria sebagai asal- mulanya, muncul dan dihasilkan dari enam landasan indria. Tetapi dengan peluruhan tanpa sisa dan lenyapnya enam landasan indria maka lenyap pula kontak; dengan lenyapnya kontak, maka lenyap pula perasaan; dengan lenyapnya perasaan, maka lenyap pula keinginan; dengan lenyapnya keinginan, maka lenyap pula kemelekatan; dengan lenyapnya kemelekatan, maka lenyap pula penjelmaan; dengan lenyapnya penjelmaan, maka lenyap pula kelahiran; dengan lenyapnya kelahiran, maka lenyap pula penuaan-dan-kematian, kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidak-senangan, dan keputus-asaan. Demikianlah lenyapnya keseluruhan kumpulan penderitaan ini.’ Jika ditanya demikian, aku akan menjawab seperti itu.”

25 (5) Bhūmija

Di Sāvatthī.

(i)

Pada suatu malam, Yang Mulia Bhūmija bangun dari meditasinya dan mendekati Yang Mulia Sāriputta.75 [38] Ia saling bertukar sapa dengan

Yang Mulia Sāriputta, dan setelah mengakhiri ucapan ramah-tamah,

ia duduk di satu sisi dan berkata kepadanya:

“Sahabat Sāriputta, beberapa petapa dan brahmana pendukung

doktrin kamma, berpendapat bahwa kesenangan dan kesakitan dibuat oleh diri sendiri; beberapa petapa dan brahmana pendukung

doktrin kamma, berpendapat bahwa kesenangan dan kesakitan dibuat oleh orang lain; beberapa petapa dan brahmana pendukung doktrin kamma, berpendapat bahwa kesenangan dan kesakitan dibuat oleh diri sendiri dan orang lain; beberapa petapa dan brahmana pendukung doktrin kamma, berpendapat bahwa kesenangan dan kesakitan terjadi secara kebetulan dan bukan dibuat oleh diri sendiri atau orang lain.76 Sekarang, Sahabat Sāriputta, apakah yang dikatakan oleh Sang

Bhagavā sehubungan dengan hal ini? Apakah yang Beliau ajarkan?

Bagaimanakah kami harus menjawab jika kami harus mengulangi apa

yang telah dikatakan oleh Sang Bhagavā dan tidak salah mewakiliNya

dengan apa yang berlawanan dengan fakta? Dan bagaimanakah kami harus menjelaskan sesuai dengan Dhamma sehingga tidak ada celah logis atas jawaban kami yang dapat dijadikan dasar bagi kritikan?”

“Sahabat, Sang Bhagavā telah mengatakan bahwa kesenangan dan

kesakitan adalah muncul bergantungan. Bergantung pada apakah? Bergantung pada kontak. Jika seseorang berkata seperti demikian

maka ia mengatakan apa yang telah dikatakan oleh Sang Bhagavā dan

tidak salah mewakiliNya dengan apa yang berlawanan dengan fakta; ia menjelaskan sesuai dengan Dhamma, dan tidak ada celah logis atas jawabannya yang dapat dijadikan dasar bagi kritikan.

“Sehubungan dengan hal ini, sahabat, dalam hal para petapa dan brahmana, yang mendukung doktrin kamma, yang berpendapat bahwa kesenangan dan kesakitan dibuat oleh diri sendiri, dan mereka yang berpendapat bahwa kesenangan dan kesakitan dibuat oleh orang lain, dan mereka yang berpendapat bahwa kesenangan dan kesakitan dibuat oleh diri sendiri dan orang lain, dan mereka yang berpendapat bahwa kesenangan dan kesakitan terjadi secara kebetulan dan bukan dibuat oleh diri sendiri atau orang lain – dalam tiap-tiap kasus, itu dikondisikan oleh kontak.

“Sehubungan dengan hal ini, sahabat, dalam hal para petapa dan brahmana, yang mendukung doktrin kamma, yang berpendapat bahwa kesenangan dan kesakitan dibuat oleh diri sendiri, dan mereka yang berpendapat bahwa penderitaan dibuat oleh orang lain, dan mereka yang berpendapat bahwa penderitaan dibuat oleh diri sendiri dan orang lain, dan mereka [39] yang berpendapat bahwa penderitaan terjadi secara kebetulan dan bukan dibuat oleh diri sendiri atau orang

lain – dalam tiap-tiap kasus adalah tidak mungkin bahwa mereka akan mengalami [apa pun] tanpa kontak.”

(ii)

Yang Mulia Ānanda mendengarkan percakapan antara Yang Mulia Sāriputta dengan Yang Mulia Bhūmija. Kemudian ia mendekati Sang Bhagavā, memberi hormat kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan melaporkan seluruh percakapan antara Yang Mulia Sāriputta dan Yang Mulia Bhūmija. [Sang Bhagavā berkata:]

“Baik sekali, baik sekali, Ānanda! Siapa pun yang menjawab dengan benar akan menjawab seperti yang telah dilakukan oleh Sāriputta, Aku telah mengatakan, Ānanda, bahwa kesenangan dan kesakitan adalah

muncul bergantungan. Bergantung pada apakah? Bergantung pada kontak. Jika seseorang mengatakan demikian maka ia telah mengatakan apa yang telah dikatakan olehKu dan tidak salah mewakiliKu dengan apa yang berlawanan dengan fakta; ia menjelaskan sesuai dengan Dhamma, dan tidak ada celah logis atas jawabannya yang dapat dijadikan dasar bagi kritikan.

“Sehubungan dengan hal ini, Ānanda, dalam hal para petapa dan

brahmana, yang mendukung doktrin kamma, yang berpendapat bahwa kesenangan dan kesakitan dibuat oleh diri sendiri … dan mereka yang berpendapat bahwa kesenangan dan kesakitan terjadi secara kebetulan … dalam tiap-tiap kasus adalah dikondisikan oleh kontak.

“Sehubungan dengan hal ini, Ānanda, dalam hal para petapa dan

brahmana, yang mendukung doktrin kamma, yang berpendapat bahwa kesenangan dan kesakitan dibuat oleh diri sendiri … dan mereka yang berpendapat bahwa kesenangan dan kesakitan terjadi secara kebetulan … dalam tiap-tiap kasus adalah tidak mungkin bahwa mereka akan mengalami [apa pun] tanpa kontak.

(iii)

“Ānanda, ketika ada jasmani, karena kehendak jasmani maka

kesenangan dan kesakitan muncul [40] secara internal; ketika ada ucapan, karena kehendak ucapan, maka kesenangan dan kesakitan

Dalam dokumen Sang Buddha Terjemahan baru (Halaman 60-76)