• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Penelitian Terdahulu

3. Kinerja dalam Pandangan Islam

Kinerja perspektif Islam memiliki cakupan yang lebih komprehensif di-bandingkan teori kinerja secara umum. Kinerja dalam Islam tidak sekedar pen-capaian kinerja untuk kepentingan dunia, tetapi juga kepentingan akhirat. Kinerja tidak hanya harus dilakukan dengan cara yang baik, tetapi juga dengan

167Suyadi Prawirosentono, Manajemen Sumber Daya Manusia, Kebijakan Kinerja Karyawan, (Yogyakarta: BPFE, 1999), h. 19.

cara yang benar.168 Hal inilah yang menjadi pembeda dengan teori kinerja modern yang berlaku pada saat ini. Indikator kinerja dalam Islam terdiri atas lima yaitu pertama kualitas. Unsur-unsur yang ada untuk menilai kualitas antara lain dengan bekerja dengan baik dan benar sesuai tuntunan syariah, ikhlas, ramah, dan efisiensi. Indikator kedua yaitu kuantitas.

Unsur-unsur yang ada untuk menilai kuantitas antara lain dengan jumlah kerja, bekerja sesuai target, dan mampu mengeluarkan zakat, infaq dan sedekah. Indikator ketiga adalah ketepatan waktu yang unsur-unsumya diketahui melalui bekerja secara cepat dan tepat serta menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu. Indikator keempat adalah keandalan. Unsur-unsur yang ada untuk menilai ke-andalan antara lain dengan adanya sikap hati-hati, mengikuti instruksi, teliti, dan mampu bekerja sama. Indikator kelima adalah kreativitas. Unsur-unsur yang ada dalam menilai kreativitas yaitu mempunyai kemampuan peningkatan diri dan mempunyai ide dalam penyelesaian masalah.169 Kinerja merupakan prestasi kerja, mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategi yang hendak dicapai. Sehingga untuk mencapai tujuan strategi tersebut, aktivitas menajemen PDAM yang tran-sparan, responsif, dan akuntabel mutlak dilaksanakan. Keterkaitan prinsip-prinsip keadilan terhadap kinerja diharapkan akan mendorong pertumbuhan PAD dengan perluasan cakupan pelanggan agar dapat terlayani air baku bersih, karena diyakini perinsip keadilan yang merupakan keunggulan dapat memberikan kontribusi bagi kemaslahatan masyarakat.

168 Ilfi Nur Diana, Kinerja dalam Islam, (Materi Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang), http://fe.uin-malang.ac.id/wp-content/uploads/10.-kinerja-islam.ppt (diakses 12 Desember 2015).

Kontribusi tersebut dapat diamati melalui kinerja penggunaan alat balanced scorecard. Sehingga untuk mengetahui dan mengukur kinerja PDAM dari segi input-proses-output dapat diukur antara lain melalui fungsi manajerial dan dilengkapi masing-masing indikatornya dan dalam tradisi pemikiran ekonomi Islam dapat diukur melalui maqâshid al-Syarî’ah atau dampak terhadap ke-maslahatan manusia. Konsep maqâsyid al-Syarî’ah jika diamati dan dikaji secara mendalam maka tujuan yang ingin dicapai memiliki kesamaan dengan landasan falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu pancasila sekaligus sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dalam konteks ajaran mu’tasilah menghasilkan masing-masing lima konsep dasar/ajaran.

Kelima dasar tersebut jika diamati memiliki keterkaitan antara satu konsep dengan konsep lain sehingga kelima konsep itu tidak dapat dipisahkan salah satu bagian dengan bagian lainnya. Jika kelima konsep itu dihubungkan dengan pe-nilaian kinerja lembaga keuangan misalnya, maka tentunya diharuskan adanya kontribusi yang berimbang antara satu dengan yang lainnya dan inilah konsep keadilan dalam Islam.170

Pengertian kinerja atau prestasi kerja ialah kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan pekerjaan. sejauh mana keberhasilan seseorang atau organisasi dalam menyelesaikan pekerjaannya disebut level of performance. Biasanya orang yang level of performance tinggi disebut orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang levelnya tidak mencapai standar dikatakan sebagai tidak produktif

170Djumadi Tambu Djunaidy, Studi Dampak Kinerja Perbankan Syariah dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Ketimpangan Regional di Provinsi Maluku, (Makassar: Disertasi UIN Alaudin Makassar, 2014), h. 31-32.

atau ber performance rendah.171 Firman Allah dalam QS. Al-Ahqaaf ayat 19 yaitu sebagai berikut :

َنيُهَل ۡظُي لَ ۡمُوَو ۡمُىَلَٰ َمۡغَ َأ ۡمُىَيِّفَيُ ِلَِو ْْۖايُلِهَغ اَّهِّم ٞتَٰ َجَرَد ّّٖ ُكِلَو

١٩

Terjemahnya :

Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang Telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.172

Ayat tersebut menjelaskan bahwasanya Allah pasti akan membalas setiap amal perbuatan manusia berdasarkan apa yang telah mereka kerjakan. Artinya jika seseorang melaksanakan pekerjaan dengan baik dan menunjukkan kinerja yang baik pula bagi organisasinya maka ia akan mendapat hasil yang baik pula dari kerjaannya dan akan memberikan keuntungan bagi organisasinya. Firman Allah dalam QS. Al-A’raaf ayat 39 yaitu sebagai berikut:

Dan Berkata orang-orang yang masuk terdahulu di antara mereka kepada orang-orang yang masuk kemudian: "Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikitpun atas kami, Maka rasakanlah siksaan Karena perbuatan yang Telah kamu lakukan".173

Ayat di atas menjelaskan bahwasanya segala kelebihan hanya milik Allah, oleh karena itu bekerja tidak hanya sebatas ubuddiyah saja, karena pekerjaan merupakan proses yang frekuensi logisnya adalah pahala (balasan) yang akan kita terima. Dalam konteks ini, pekerjaan tidak hanya bersifat ritual dan ukhrowi, akan tetapi juga merupakan pekerjaan sosial yang bersifat duniawi. Beberapa uraian kinerja dalam pandangan Islam diatas bahwasanya ketika seseorang menghadir-kan dimensi keyakinan akidahnya ke dalam kehidupannya sering

171Moh As’ad, Psikologi Industri, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, Ed. IV, 1991), h. 48.

172 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-quran Tajwid dan Terjemahnya Dilengkapi dengan Ashabul Nuzul dan Hadits Sahih. (Bandung: Syaamil Quran, 2010), h. 504.

punya keyakinan dapat meningkatkan energi spiritual yang berguna untuk meningkatkan kinerja. Lebih lanjut lagi bahwa organisasi dalam perspektif Islam tidak lain adalah "amanah" yaitu amanah menyebarkan rahmat bagi seluruh alam.

Menurut Triwuyono174 amanah adalah sesuatu yang dipercayakan kepada

orang lain untuk digunakan sebagaimana mestinya sesuai dengan keinginan yang mengamanahkan. Hal ini berarti bahwa pihak yang mendapat amanah tidak me-miliki hak penguasaan (pemilikan) mutlak atas apa yang diamanahkan. Kewajiban untuk memelihara amanah tersebut dengan baik dan memanfaatkanya sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberi amanah.

Konsep amanah yang kemudian dikembangkan oleh Iwan Triyuwono di-turunkan ke dalam metafora zakat yang berarti bahwa organisasi bisnis orientasi-nya tidak lagi rrofitt oriented atau stakeholders oriented tetapi zakat oriented. Orientasi zakat dijadikan sebagai dasar bagi perusahaan sementara laba bersih tidak lagi menjadi ukufan kinerja perusahaan, tetapi sebaliknya zakat menjadi ukuran kinerja perusahaan.175 Hal ini berarti bahwa dalam perspektif Islam, kinerja tidak hanya diukur berdasarkan laba bersih tetapi dengan melibatkan zakat sebagai salah satu unsur pengukuran kinerja. Penilaian kinerja dalam perspektif Islam dapat digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja serta pemberian penghargaan baik yang bersifat instrinsik dan ekstrinsik.176

174 Iwan Triyuwono, Akuntansi Syariah: Perspektif, Metodologi, dan Teori, (Jakarta: Rajawali Pers, Edisi Kedua, 2015), h. 208

175 Ibid, h. 213.

176 Veithzal Rivai, Islamic Human Capital: Dari Teori ke Praktik Manajemen Sumber Daya Islami, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2009), h. 685.