• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Keuangan dan Ketahanan Permodalan

Asset Turnover Inventory TO

Keterangan Sem II-2013 Sem I-2014 Sem II-2014 Sem I-2015

4.1.6. Stress TestWĞƌŵŽĚĂůĂŶWĞƌďĂŶŬĂŶ

4.2.2.3. Kinerja Keuangan dan Ketahanan Permodalan

ƐƵƌĂŶƐŝ'ŽWƵďůŝĐ

Pada semester I 2015, perusahaan asuransi go public35 menunjukkan kinerja yang sedikit menurun meskipun total aset masih tumbuh positif. Total aset meningkat 7,6% dibandingkan semester II 2014.

Tabel 4.25.

Perkembangan Aset dan Kinerja Keuangan Asuransi Go Public 'ƌĂĮŬϰ͘ϲϬ͘

WĞƌŬĞŵďĂŶŐĂŶZĂƚĂͲZĂƚĂdĞƌƟŵďĂŶŐ^ƵŬƵƵŶŐĂW<

Rupiah BUKU 1

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum

*) ytd: Growth dari Tw II 2015 ke Tw IV 2014,

**) yoy: Growth dari Tw II 2015 ke Tw II 2014

Tabel 4.24.

Keterkaitan Industri Perbankan dan Industri Perusahaan Pembiayaan

Komponen Dec-13 Jun-14 Dec-14 Jun-15 ѐ yoy ѐ ytd

Investasi 114,461 135,705 141,311 144,570 8,865 3,259 Deposito, Giro, Tabungan 103,319 124,978 130,407 132,765 7,787 2,358 Tagihan Spot dan DerivaƟf - - - - - -Tagihan Akseptasi - - - - - -SSB yang Dimiliki Asuransi 6,486 6,534 6,267 7,269 735 1,002 Pinjaman yang Diberikan 21 20 514 513 493 (1) Modal Pinjaman 4,635 4,172 4,124 4,023 (150) (101) Liabilitas 1,870 2,670 2,661 3,044 375 383 Hutang Bank 932 767 694 689 (78) (6) Kewajiban Spot DerivaƟf - - - - - -SB yang Diterbitkan Asuransi - - - - - -Kewajiban Akseptasi - - - - - -Penyertaan dari Bank 938 1,903 1,967 2,356 453 389

dalam Rp M

9,07

6,96

0 2 4 6 8 10 12

Feb-12 Jul-12 Des-12 May-13 Oct-13 Mar-14 Aug-14 Jan-15 Jun-15

%

RRT Sk Bunga DPK Rp Asuransi RRT Sk Bunga DPK Rp (total)

35) Terdiri dari 11 Perusahaan Asuransi go public

105 Komposisi terbesar investasi perusahaan asuransi

masih dalam bentuk deposito sebesar Rp4,75 triliun

;ϯϳ͕ϳϳйͿ͕ ĚŝŝŬƵƟ ŽďůŝŐĂƐŝ Θ DdE ƐĞďĞƐĂƌ ZƉϮ͕ϵϰ ƚƌŝůŝƵŶ

(23,40%) dan saham sebesar Rp2,47 triliun (19,64%).

Dibandingkan semester II 2014, porsi obligasi dan MTN menunjukkan peningkatan. Hal ini disebabkan peningkatan MTN yang diterbitkan korporasi dari Rp23,1 T pada semester II 2014 menjadi Rp37,3 T. Sementara itu, asuransi mulai meningkatkan porsi kepemilikan surat berharga pemerintah walaupun masih dalam porsi yang rendah.

peningkatan RBC, sementara 7 (tujuh) perusahaan cenderung menurun dibanding semester sebelumnya.

'ƌĂĮŬϰ͘ϲϭ͘

Komposisi Aset Investasi Perusahaan Asuransi Go Public

'ƌĂĮŬϰ͘ϲϮ͘

Perkembangan RBC Asuransi Go Public Semester I 2014 dan Semester I 2015

Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan, diolah

Sumber: DSta

Deposito Saham Obligasi dan MTN

SB Pemerintah SerƟĮkat BI Reksa dana

0

36) Dari 11 perusahaan asuransi go public, hanya 10 perusahaan yang bisa dihitung RBC nya.

Selama Semester I 2015, 11 perusahaan asuransi go public menunjukkan kinerja yang menurun, terlihat dari ƉĞŶƵƌƵŶĂŶƉƌŽĮƚĂďŝůŝƚĂƐ͘ZKĚĂŶZKƉĂĚĂ^ĞŵĞƐƚĞƌ/

2015 masing-masing sebesar 2,2% dan 6,1%, turun jika dibandingkan dengan Semester II 2014 dimana ROA dan ROE sebesar 5,8% dan 14,8%.

Di sisi permodalan, seluruh perusahaan asuransi go public telah memenuhi kewajiban permodalan minimum ƐĞďĞƐĂƌ ZƉϭϬϬ ŵŝůŝĂƌ ƐĞƉĞƌƟ LJĂŶŐ ĚŝƉĞƌƐLJĂƌĂƚŬĂŶ ƉĂĚĂ

pada Peraturan Pemerintah No.81 tahun 2008. Selain itu, sebagian besar perusahaan asuransi go public sudah memenuhi target minimum ZŝƐŬ ĂƐĞĚ ĂƉŝƚĂů (RBC) yaitu sebesar 120%, kecuali 1 (satu) perusahaan. Dari 10 perusahaan asuransi36͕ϯ;ƟŐĂͿƉĞƌƵƐĂŚĂĂŶŵĞŶƵŶũƵŬŬĂŶ

Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi, diolah

Tabel 4.26.

Kecukupan Modal Minimum Asuransi Go Public

Perusahaan Tw. II 2014 (Rp M)

Industri keuangan syariah terus mengalami ƉĞŶŝŶŐŬĂƚĂŶLJĂŶŐƐŝŐŝŶŝĮŬĂŶƉĂĚĂƐĞŵĞƐƚĞƌ/ϮϬϭϱ͕ƉĂŶŐƐĂ

sektor keuangan syariah terdiri dari pasar modal syariah (44,85%), perbankan syariah (4,61%), takaful (3,02%), perusahaan pembiayaan (4,56%). Selain itu terdapat pula sektor zakat dan wakaf yang dapat menjadi sumber pendanaan dan dapat berfungsi sebagai ĮŶĂŶĐŝĂůƐĂĨĞƚLJ

net.

106

Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi, sektor keuangan syariah juga mengalami perlambatan.

Pertumbuhan dua sektor utama industri keuangan syariah yaitu pasar modal meningkat dari -1,57% menjadi 3,09%

sementara perbankan menurun dari 13% menjadi hanya 9%.

ϰ͘ϯ͘ϭ͘^ĞŬƚŽƌWĞƌďĂŶŬĂŶ^LJĂƌŝĂŚ

Semenjak pertengahan 2013, pertumbuhan perbankan syariah mengalami perlambatan. Pada semester I 2015, pertumbuhan aset perbakan syariah mencapai 9%, lebih rendah dibandingkan dengan semester II 2014 sebesar 13%.

Aset Keuangan Syariah (Miliar Rp) 3.500.000 24.205 19.614 1.322

414.246

%

Growth Perbankan Syariah Growth Pasar Modal Syariah 40

2012 2013 2014

-5

(2)

'ƌĂĮŬϰ͘ϲϯ͘

Total Aset Industri Keuangan Syariah Juni 2015

'ƌĂĮŬϰ͘ϲϱ͘

Pertumbuhan Pasar Modal

'ƌĂĮŬϰ͘ϲϰ͘

DĂƌŬĞƚ^ŚĂƌĞ SubSektor Sistem Keuangan Syariah

'ƌĂĮŬϰ͘ϲϲ͘

Data Takaful

'ƌĂĮŬϰ͘ϲϳ͘

DĂƌŬĞƚ^ŚĂƌĞ terhadap Total Perbankan

Sumber: OJK, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Badan Wakaf Indonesia (BWI)

Sumber: OJK, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Badan Wakaf Indonesia (BWI)

Sumber: OJK, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Badan Wakaf Indonesia (BWI)

Sumber: OJK, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Badan Wakaf Indonesia (BWI)

3.200 273 300

3.081

24

Total Asset Pasar Modal Syariah Perbankan Syariah Takaful 250

2011 2012 2013 2014 2015

Rp Triliun

Feb-12 Juli-12 Des-12 Mei-13 Okt-13 Mar-14 Agst-14 Jan-15 Jun-15

% yoy % yoy

Market Share

107 Sementara itu, ŵĂƌŬĞƚ ƐŚĂƌĞ perbankan syariah

menunjukkan penurunan, dari sebesar 4,85% menjadi 4,61%. Hal ini merupakan dampak dari lebih rendahnya ƟŶŐŬĂƚ ƉĞƌƚƵŵďƵŚĂŶ ƉĞƌďĂŶŬĂŶ ƐLJĂƌŝĂŚ ĚŝďĂŶĚŝŶŐŬĂŶ

ƟŶŐŬĂƚ ƉĞƌƚƵŵďƵŚĂŶ ƉĞƌďĂŶŬĂŶ ŬŽŶǀĞŶƐŝŽŶĂů ;'ƌĂĮŬ

4.67.) Tingkat pertumbuhan perbankan syariah pada semester I 2015 berada 5,90% dibawah pertumbuhan aset perbankan konvensional (14,43%).

konvensional.

Komposisi DPK perbankan syariah masih didominasi oleh deposito sebesar 61,13%, menurun dari 63,35%.

Sementara itu, komposisi tabungan dan giro meningkat masing-masing dari 28,23% dan 8,11% menjadi 28,59% dan 10,28%. Perubahan komposisi tersebut mengindikasikan terjadi ƐŚŝŌŝŶŐ komposisi DPK ke jangka waktu yang lebih pendek.

Feb-12 Juli-12 Des-12 Mei-13 Okt-13 Mar-14 Agst-14 Jan-15 Jun-15

Rp T % yoy

Growth YOY (skala Kanan)

100%

Des-13 Des-14 Des-15

Tabungan iB Deposito iB

60,41% 63,65% 61,13%

59,72%

30,07% 30,18% 28,23% 28,59%

10,21% 9,41% 8,11% 10,28%

'ƌĂĮŬϰ͘ϲϴ͘

Perkembangan DPK

'ƌĂĮŬϰ͘ϳϬ͘

Komposisi DPK Perbankan Syariah

'ƌĂĮŬϰ͘ϲϵ͘

DĂƌŬĞƚƐŚĂƌĞ

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Sumber: Bank Indonesia

6

Feb-12 Juli-12 Des-12 Mei-13 Okt-13 Mar-14 Agst-14 Jan-15 Jun-15

% %

Market Share (skala kanan)

Perkembangan DPK

Pada semester I 2015, pertumbuhan DPK turun dari posisi akhir semester II 2014 sebesar 11,41% menjadi 7,29%. Perlambatan DPK ini berdampak pada penurunan pangsa DPK Syariah dari 5,29% menjadi sebesar 4,94%.

Penurunan pertumbuhan ini lebih rendah 1,34%

dibandingkan dengan pertumbuhan DPK perbankan

Perkembangan Pembiayaan

Pada semester I 2015, pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah menurun dari 8,76% pada semester II ϮϬϭϰŵĞŶũĂĚŝϲ͕ϲϲй;'ƌĂĮŬϰ͘ϳϭͿ͘WĞŶƵƌƵŶĂŶƉĞƌƚƵŵďƵŚĂŶ

pembiayaan tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan pembiayaan sektor konsumsi dan modal kerja yang mendominasi pembiayaan perbankan syariah dengan ƉĂŶŐƐĂŵĂƐŝŶŐͲŵĂƐŝŶŐƐĞďĞƐĂƌϯϴ͕ϴϯй;'ƌĂĮŬϰ͘ϳϮͿ͘

Bila dilihat terhadap total pembiayaan perbankan, ŵĂƌŬĞƚƐŚĂƌĞ pembiayaan syariah mengalami penurunan ĚĂƌŝϱ͕ϯϵйƉĂĚĂƐĞŵĞƐƚĞƌ//ϮϬϭϰŵĞŶũĂĚŝϱ͕ϯϰй;'ƌĂĮŬ

4.73). Penurunan ŵĂƌŬĞƚƐŚĂƌĞ tesebut dipengaruhi oleh pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah yang lebih rendah dari perbankan konvensional sejak semester I 2014.

Pada semester I 2015, FDR perbankan syariah ŵĞŶŐĂůĂŵŝƉĞŶŝŶŐŬĂƚĂŶŚŝŶŐŐĂŵĞŶĐĂƉĂŝϵϲ͕ϱϭй;'ƌĂĮŬ

4.74.). Peningkatan ini salah satunya didorong oleh telah

108

selesainya proses konsolidasi internal perbankan syariah.

ĞŶŐĂŶƟŶŐŬĂƚ&ZƚĞƌƐĞďƵƚ͕ƐĞĐĂƌĂƐƚƌƵŬƚƵƌĂůĚŝŚĂƌĂƉŬĂŶ

perbankan syariah memiliki posisi likuiditas jangka panjang yang lebih baik.

/ŵďĂů,ĂƐŝů

WĂĚĂƐĞŵĞƐƚĞƌ/ϮϬϭϱ͕ŝŵďĂůŚĂƐŝůƉƌŽĚƵŬŐŝƌŽƌĞůĂƟĨ

stabil. Sementara imbal hasil tabungan dan deposito mengalami penurunan. Dengan kondisi imbal hasil tersebut perbankan syariah berpotensi memiliki struktur ƉĞŶĚĂŶĂĂŶLJĂŶŐďĞƌũĂŶŐŬĂƉĞŶĚĞŬĚĂŶƌĞůĂƟĨǀŽůĂƟůĞyang dapat mendorong pengalihan dana dari perbankan syariah kepada perbankan konvensional untuk mendapatkan ŝŵďĂů ŚĂƐŝů LJĂŶŐ ůĞďŝŚ ƟŶŐŐŝ ;ĚŝƐƉůĂĐĞŵĞŶƚ ƌŝƐŬ). Untuk dapat memperbaiki struktur pendanaan, perbankan syariah berupaya untuk memperbaiki imbal hasil deposito ďĞƌũĂŶŐŬĂ ǁĂŬƚƵ ƉĂŶũĂŶŐ ;ϭϮ ďƵůĂŶͿ ƉĂĚĂ ƟŶŐŬĂƚ LJĂŶŐ

sama dengan suku bunga perbankan konvensional.

206

Feb-12 Juli-12 Des-12 Mei-13 Okt-13 Mar-14 Agst-14 Jan-15 Jun-15

Pembiayaan Growth YOY (skala kanan)

Rp T % yoy

Feb-12 Juli-12 Des-12 Mei-13 Okt-13 Mar-14 Agst-14 Jan-15 Jun-15

96,51

FDR Perbankan Syariah

'ƌĂĮŬϰ͘ϳϯ͘

DĂƌŬĞƚ^ŚĂƌĞ

'ƌĂĮŬϰ͘ϳϱ͘

Tingkat Return Giro dan Tabungan

- 2,02

Feb Juli Des Mei Okt Mar Agst Jan Jun-15

%

%

Delta Growth Pembiayaan Market Share Pembiayaan (skala kanan) 46

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Feb-12 Juli-12 Des-12 Mei-13 Okt-13 Mar-14 Agst-14 Jan-15 Jun-15

6

3,06

0,74

Tabungan IB Giro IB

5

Jan-13 Apr-13 Juli-13 Okt-13 Jan-14 Apr-14 Juli-14 Okt-14 Jan-15 Apr-15

% Sumber: Bank Indonesia, diolah

Sumber: Bank Indonesia, diolah

^ƵŵďĞƌ͗K:<͕^ƚĂƟƐƟŬWĞƌďĂŶŬĂŶ^LJĂƌŝĂŚ;^W^Ϳ

Sumber: OJK, diolah

Sumber: OJK, SPS

'ƌĂĮŬϰ͘ϳϮ͘

Pembiayaan Berdasarkan Jenis Penggunaan

109

ƐĞƐŵĞŶZŝƐŝŬŽ

ZŝƐŝŬŽ<ƌĞĚŝƚ

Pada semester I 2015, pertumbuhan Non Performing Financing (NPF) gross menurun dari 65,15% pada semester II 2014 menjadi 20,79%. Hal ini antara lain didorong oleh konsolidasi perbankan syariah yang telah berhasil mengendalikan laju pertumbuhan NPF (Grafik 4.79.).

Meskipun terdapat perlambatan ŐƌŽǁƚŚ yoy untuk NPF, NPF nominal posisi semester I 2015 meningkat dibandingkan semester I 2015, yaitu dari 4,33% menjadi 4,72%.

Sektor ekonomi yang paling besar menyumbangkan peningkatan NPF adalah sektor lain-lain (1,25%), sektor perdagangan, restoran & hotel (0,88%), dan sektor ƉĞŶŐĂŶŐŬƵƚĂŶ͕ƉĞƌŐƵĚĂŶŐĂŶΘŬŽŵƵŶŝŬĂƐŝ;Ϭ͕ϰϮйͿ;'ƌĂĮŬ

Des-13 Juni-14 Des-14 Jun-15

%

Deposito IB 1 bulan Deposito IB 3 bulan

Deposito IB 6 bulan Deposito IB 12 bulan

3,06

8,83 9,01 8,79

1

Syariah Konvensional

- 5

Jan-13 Mei-13 Sep-13 Jan-14 Mei-14 Sep-14 Jan-15 Mei-15

(%)

Deposito 1 bulan Deposito 3 bulan

Deposito 6 bulan Deposito >12 bulan

Tabungan

Feb-12 Jun-12 Okt-12 Feb-13 Jun-13 Okt-13 Feb-14 Juni-14 Okt-14 Feb-15 Jun-15

% (yoy)

%

NPF NPF Growth (skala kanan)

Feb-12 Jun-12 Okt-12 Feb-13 Jun-13 Okt-13 Feb-14 Juni-14 Okt-14 Feb-15 Jun-15

2,40

NPF Modal Kerja NPF Investasi NPF Konsumsi

'ƌĂĮŬϰ͘ϳϲ͘

Tingkat Return Deposito 1,3,6, dan 12 bulan

'ƌĂĮŬϰ͘ϳϳ͘

Struktur Imbal Hasil DPK Syariah posisi April 2015

'ƌĂĮŬϰ͘ϳϴ͘

Gap Return DPK Perbankan Syariah dan Konvensional

'ƌĂĮŬϰ͘ϳϵ͘

Non Performing Financing (NPF)

'ƌĂĮŬϰ͘ϴϬ͘

NPF berdasarkan Jenis Pembiayaan

Sumber: OJK, SPS

Sumber: OJK, SPS

Sumber: OJK, SPS Sumber: OJK, SPS

Sumber: OJK

110

ZŝƐŝŬŽ>ŝŬƵŝĚŝƚĂƐ

Pada semester I 2015, risiko likuiditas perbankan syariah mengalami peningkatan. Rasio alat likuid (AL/

NCD dan AL/DPK) menurun dibandingkan semester II

2014, masing-masing dari 98,16% dan 16,31% menjadi 71,30% dan 12,60%. Penurunan rasio alat likuid tersebut dipengaruhi oleh penurunan penempatan perbankan syariah FASBIS sebesar Rp8 Triliun.

^ŽůǀĞŶĐLJ

Z

Pada semester I 2015, permodalan perbankan ƐLJĂƌŝĂŚƌĞůĂƟĨĐƵŬƵƉŬƵĂƚ͘ZĂƐŝŽZďĞƌĂĚĂƉĂĚĂϭϰ͕ϬϮй

menurun dari 15,74% pada semester II 2014. Penurunan ƚĞƌƐĞďƵƚƚĞƌŬĂŝƚĚĞŶŐĂŶŵĂƐŝŚƌĞůĂƟĨƟŶŐŐŝŶLJĂEW&ƐĞũĂůĂŶ

dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

'ƌĂĮŬϰ͘ϴϭ͘

NPF Berdasarkan Sektor Ekonomi

'ƌĂĮŬϰ͘ϴϮ͘

Posisi Likuiditas Perbankan Syariah (AL/NCD dan AL/NCD)

'ƌĂĮŬϰ͘ϴϯ͘

-Feb Jun Okt Feb Jun Okt Feb Juni Okt Feb Jun-

Jun-12 12 12 13 13 13 14 14 14 15 15

Rp Miliar

Pertanian. kehutanan dan sarana pertanian Pertambangan

Perindustrian Listrik. gas dan air Konstruksi

Perdagangan. restoran dan hotel Jasa dunia usaha Jasa sosial/masyarakat

Feb-12 Jun-12 Okt-12 Feb-13 Jun-13 Okt-13 Feb-14 Juni-14 Okt-14 Feb-15 Jun-15

Lain-lain Perdagangan, restoran dan hotel

Pengangkutan, pergudangan dan komunikasi

71,30

Feb-12 Jun-12 Okt-12 Feb-13 Jun-13 Okt-13 Feb-14 Juni-14 Okt-14 Feb-15 Jun-15

%

Feb-12 Jun-12 Okt-12 Feb-13 Jun-13 Okt-13 Feb-14 Juni-14 Okt-14 Feb-15 Jun-15

CAR IB

%

ĸĐŝĞŶĐLJ

WĂĚĂƐĞŵĞƐƚĞƌ/ϮϬϭϱ͕ĞĮƐŝĞŶƐŝƉĞƌďĂŶŬĂŶƐLJĂƌŝĂŚ

menunjukkan tren menurun. Rasio BOPO mengalami peningkatan, sementara ROA dan ROE mengalami penurunan. Rasio BOPO meningkat dari 94,16% pada semester II 2014 menjadi 96,98%. Sementara itu, ROA dan ROE menurun masin-masing dari 0,59% dan 5,85% menjadi 0,50% dan 5,97%. Penurunan efisiensi tersebut salah satunya disebabkan oleh peningkatan biaya operasional.

Sumber: OJK, SPS

Sumber: OJK, SPS Sumber: OJK, SPS

Sumber: Bank Indonesia, diolah

111

Juni-14 Des-14 Juni-15

0

IHSG JII (skala kanan) ISSI (skala kanan)

ϰ͘ϯ͘ϮWĂƐĂƌDŽĚĂů^LJĂƌŝĂŚ

WĞƌŬĞŵďĂŶŐĂŶƐŚĂƌŝĂĐŽŵƉĂƟďůĞƐƚŽĐŬƐ37

Pada semester I 2015, jumlah saham yang memenuhi kaidah syariah38 adalah sebanyak 334 saham. Hal ini membuka peluang bagi sharia minded investors untuk dapat menjadikan saham syariah sebagai salah satu opsi dalam mengembangkan portofolio investasinya. Jika dilihat dari nilai kapitalisasi pasar, pada semester II saham syariah mengalami penurunan menjadi Rp2.871,92 triliun dari Rp 2.946,89 triliun pada semester II 2014. Sementara ŝƚƵ͕ƟŶŐŬĂƚǀŽůĂƟůŝƚĂƐƐĂŚĂŵƐLJĂƌŝĂŚƌĞůĂƟĨůĞďŝŚƌĞŶĚĂŚ

ĚŝďĂŶĚŝŶŐŬĂŶĚĞŶŐĂŶǀŽůĂƟůŝƚĂƐƐĂŚĂŵƉĂĚĂƵŵƵŵŶLJĂ͘

ϰ͘ϯ͘ϯWĞƌŬĞŵďĂŶŐĂŶ^ƵŬƵŬ Sukuk korporasi

Sampai dengan semester I 2015, total emisi SUKUK korporasi adalah sebanyak 80 kali dengan akumulasi nilai emisi sebesar Rp14,48 Triliun. Sementara itu, pertumbuhan emisi SUKUK korporasi dalam tren yang meningkat, dari ϴ͕ϬϮйƉĂĚĂƐĞŵĞƐƚĞƌ//ϮϬϭϰŵĞŶũĂĚŝϭϳ͕ϴй;'ƌĂĮŬϰ͘ϴϴ͘Ϳ͘

'ƌĂĮŬϰ͘ϴϰ͘

BOPO

'ƌĂĮŬϰ͘ϴϲ͘

Perkembangan Index Saham Syariah

'ƌĂĮŬϰ͘ϴϱ͘

ROA dan ROE 'ƌĂĮŬϰ͘ϴϳ͘

Perkembangan Nilai Kapitalisasi Pasar Modal Syariah

% %

Des-13

20 2,50

ROE IB ROA IB (skala kanan)

2,00

Juni-14 Des-14 Juni-15

5.008.366,46

Feb-12 May-12 Aug-12 Nov-12 Feb-13 May-13 Aug-13 Nov-13 Feb-14 May-14 Aug-14 Nov-14 Feb-15 May-15

Rp Milar Rp Miliar

Indeks Harga Saham Gabungan Jakarta Islamic Index (skala kanan)

ISSI (skala kanan)

Sumber: OJK Sumber: OJK Sumber: OJK, SPS

Sumber: OJK, SPS

ϯϳͿ ĨĞŬƐLJĂƌŝĂŚĂĚĂůĂŚĞĨĞŬLJĂŶŐƟĚĂŬďĞƌƚĞŶƚĂŶŐĂŶĚĞŶŐĂŶWƌŝŶƐŝƉͲƉƌŝŶƐŝƉ^LJĂƌŝĂŚĚŝWĂƐĂƌDŽĚĂů

ϯϴͿ ƵƌƐĂĨĞŬ/ŶĚŽŶĞƐŝĂŵĞŶŐĞůƵĂƌŬĂŶĚĂŌĂƌĞĨĞŬƐLJĂƌŝĂŚϮ;ĚƵĂͿŬĂůŝƐĞƟĂƉƚĂŚƵŶLJĂŝƚƵϱ;ůŝŵĂͿŚĂƌŝŬĞƌũĂƐĞďĞůƵŵďĞƌĂŬŚŝƌŶLJĂďƵůĂŶDĞŝĚĂŶďƵůĂŶEŽǀĞŵďĞƌ͘:ƵŵůĂŚ

DES dapat berbeda dari waktu ke waktu sesuai kriteria yang ditetapkan. Kriteria yang digunakan disusun berdasarkan kesesuaian bidang usaha serta instrumen keuangan yang digunakan untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan go public.

112

SBSN

Pada semester I 2015, outstanding SBSN Tradable mengalami pertumbuhan sebesar 41,11%. Outstanding SBSN tersebut mayoritas dimiliki oleh perbankan ŬŽŶǀĞŶƐŝŽŶĂůƐĞďĞƐĂƌϯϴ͕ϴϮйĚŝŝŬƵƟŽůĞŚĂƐƵƌĂŶƐŝϭϴ͕ϵϵй͕

perorangan 10,41% dan asing 11,06%. Sementara itu, proporsi kepemilikan SBSN oleh perbankan syariah menurun dari sebesar 7,87% pada semester II 2014 menjadi 6,27%, meskipun secara volume tetap terdapat

kenaikan dari sebesar Rp8,7 triliun menjadi Rp9,7 triliun. ϰ͘ϯ͘ϰZĞŬƐĂĚĂŶĂ^LJĂƌŝĂŚ

Pada semester I 2015, reksadana syariah didominasi oleh reksadana jenis saham (29%), reksadana terproteksi dan campuran (22%), reksadana pendapatan tetap (14%), ĚĂŶƌĞŬƐĂĚĂŶĂƉĂƐĂƌƵĂŶŐ;ϭϭйͿ;'ƌĂĮŬϰ͘ϵϮ͘Ϳ͘

Sementara itu, berdasarkan total NAB, reksadana syariah didominasi oleh NAB reksadana saham (51%), NAB reksadana campuran (16%) dan NAB reksadana terproteksi (13%).

Reksadana syariah menunjukkan tingkat per-ƚƵŵďƵŚĂŶLJĂŶŐƌĞůĂƟĨůĞďŝŚƟŶŐŐŝĚŝďĂŶĚŝŶŐƌĞŬƐĂĚĂŶĂ

konvensional pada saat kinerja perekonomian berada pada fase pertumbuhan, namun mengalami perlambatan yang ƌĞůĂƟĨ ƐĂŵĂ ĚĞŶŐĂŶ ƌĞŬƐĂĚĂŶĂ ŬŽŶǀĞŶƐŝŽŶĂů ƉĂĚĂ ƐĂĂƚ

pertumbuhan ekonomi sedang mengalami penurunan.

'ƌĂĮŬϰ͘ϴϴ͘

Nilai Emisi, Jumlah Sukuk yang diterbitkan dan Pertumbuhan Sukuk Korporasi berdasarkan Nilai Emisi

'ƌĂĮŬϰ͘ϴϵ͘

Pertumbuhan Nilai Outstanding SBSN

'ƌĂĮŬϰ͘ϵϬ͘

Jumlah Outstanding SBSN

'ƌĂĮŬϰ͘ϵϭ͘

Proporsi Kepemilikan SBSN Trading (%)

15,000

Total Nilai Emisi Total Jumlah Penerbitan Growth Emisi 80 80 Total Nilai Emisi (Rp Milisr) Total Jumlah Penerbitan/Growth Emisi

14.483,40

Growth SBSN Tradable Growth SBSN Nontradable Growth SBSN Total 65

45

41,11

33,01

6,02

Dec-13 Jun-14 Dec-14 Jun-15

25

Dec-13 Jun-14 Dec-14 Jun-15

Rp Miliar Rp Miliar

SBSN TRADABLE Total SBSN SBSN NONTRADABLE (Skala Kanan)

Bank

113 ϰ͘ϯ͘ϱ/ŶĚƵƐƚƌŝdĂŬĂĨƵů

Pada semester I 2015, total aset takaful meningkat sebesar 9% dari Rp22 Triliun pada semester II 2015 menjadi Rp24 Triliun. Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan asset asuransi jiwa syariah. Portofolio

'ƌĂĮŬϰ͘ϵϮ͘

Komposisi Reksadana Syariah berdasarkan Jumlah ZĞŬƐĂĚĂŶĂĚĂŶEŝůĂŝŬƟǀĂĞƌƐŝŚ;EͿ

'ƌĂĮŬϰ͘ϵϯ͘

Pertumbuhan NAB reksadana syariah

'ƌĂĮŬϰ͘ϵϰ͘

Asset Industri Takaful

'ƌĂĮŬϰ͘ϵϱ͘

Investasi Industri Takaful

'ƌĂĮŬϰ͘ϵϲ͘

Portofolio Investasi Industri Takaful

Pasar

Feb Jun Oct Feb Jun Oct Feb Jun Oct Feb Jun Oct Feb Jun

-11 -11 -11 -12 -12 -12 -13 -13 -13 -14 -14 -14 -15 -15

Growth NAB Reksadana (%)

Growth NAB RD Syariah Growth NAB RD Konvensional

20

Mar-14 Jun-14 Sep-14 Des-14 Mar-15 Jun-15

Rp Triliun

Aset Asuransi Jiwa Syariah Aset Asuransi Umum Syariah

Aset Reasuransi Syariah Total Aset Asuransi Syariah

Deposito, 39,97%

Saham Syariah, 27,81%

Sukuk atau Obligasi Syariah, 4,85%

Surat Berharga Syariah Negara, 6,75%

Reksa Dana Syariah, 20,08%

Emas Murni, 0,01%

Penyertaan Langsung, 0,12%

Bangunan Dengan Hak Strata atau

Tanah Dengan Bangunan Untuk Investasi, 0,09%

Sukuk atau Obligasi Syariah, 4,50%

Surat Berharga Syariah Negara, 6,60%

Reksa Dana Syariah, 21,45%

Bangunan Dengan Hak Strata atau

Tanah Dengan Bangunan Untuk Investasi, 0,09%

Portofolio investasi takaful didominasi oleh deposito (38,8%), saham syariah (28,21%) dan reksadana syariah

;Ϯϭ͕ϰϱйͿ;'ƌĂĮŬϰ͘ϵϲͿ͘

investasi takaful terkonsentrasi pada deposito (39,97%), saham syariah (27,18%) dan reksa dana (20,08%).

Sumber: OJK, diolah

Sumber: OJK, diolah Sumber: OJK, diolah Sumber: OJK, diolah

114

ŽŬƐϰ͘ϭ WĞŶŝŶŐŬĂƚĂŶ<ƌĞĚŝƚĂůĂŵWĞƌŚĂƟĂŶ<ŚƵƐƵƐ;<ŽůĞŬƟďŝůŝƚĂƐϮͿƐĞďĂŐĂŝ

ĚĂŵƉĂŬWĞƌůĂŵďĂƚĂŶŬŽŶŽŵŝ

Perlambatan ekonomi yang terjadi pada semester I 2015 berdampak terhadap kondisi perbankan di Indonesia. Perbankan di Indonesia mengalami ƉĞƌůĂŵďĂƚĂŶƉĞƌƚƵŵďƵŚĂŶŬƌĞĚŝƚLJĂŶŐĐƵŬƵƉƐŝŐŶŝĮŬĂŶ͕

dari sebelumnya 11,58% pada semester II 2014 menjadi 10,38%. Sebagai akibatnya, terjadi peningkatan NPL dari 2,16% menjadi 2,56%, baik sebagai akibat dari peningkatan nominal kredit nonlancar maupun perlambatan pertumbuhan kredit.

Selain peningkatan NPL, juga terjadi peningkatan kredit kategori Dalam Perhatian Khusus (DPK-ŬŽůĞŬƟďŝůŝƚĂƐϮͿĚĂƌŝϰ͕ϭϱйŵĞŶũĂĚŝϱ͕ϯϭй͘

utama peningkatan kredit kolektabilitas 2 industri perbankan. Adapun sektor ekonomi dengan pangsa kredit kolektabilitas 2 terbesar adalah sektor Lain-lain sebesar 32,8%, sektor perdagangan sebesar 22,6% dan sektor Industri sebesar 14,6%.

'ƌĂĮŬŽŬƐϰ͘ϭ͘ϭ͘

WƌŽĮů<ƵĂůŝƚĂƐ<ƌĞĚŝƚWĞƌďĂŶŬĂŶ

'ƌĂĮŬŽŬƐϰ͘ϭ͘Ϯ͘

Rasio Kredit Kolektabilitas 2 per Sektor Ekonomi

'ƌĂĮŬŽŬƐϰ͘ϭ͘ϯ͘

Pangsa Kredit Kolektabilitas 2

Peningkatan kredit kolektabilitas 2 terjadi pada semua sektor ekonomi. Sektor dengan peningkatan tertinggi adalah sektor pertambangan, sebagai dampak dari penurunan harga komoditas dunia. Kredit kolektabilitas 2 sektor pertambangan meningkat dari ϯ͕ϵϵй ŵĞŶũĂĚŝ ϲ͕ϵϳй͕ ĚŝŝŬƵƟ ũĂƐĂ ƐŽƐŝĂů ĚĂƌŝ ϰ͕ϯϵй

menjadi 6,44%, dan konstruksi dari 5,42% menjadi 6,97%. Meskipun pangsanya bukan yang terbesar, ketiga sektor tersebut merupakan penyumbang

Lain-lain 6,3 Jasa Dunia Usaha Pengangkutan

%NPL + Kolek2

%Kolek2 thdp total kredit

%NPL Gross

Growth Kredit yoy (%, RHS)

4,8%

Jasa Dunia Usaha

Listrik Pertanian

115 Tabel Boks 4.1.1.

Subsektor Penyumbang Peningkatan Kredit Kolektabilitas 2

Secara spasial, peningkatan rasio kredit kolektabilitas 2 yang cukup signifikan terjadi di pulau Kalimantan dan Papua. Hal ini sesuai dengan banyaknya perusahaan pertambangan yang terletak di pulau tersebut. Nilai kredit pertambangan di Kalimantan mencapai Rp19,4 triliun atau 13,9% dari total kredit pertambangan, turun dibanding nilai kredit pertambangan di kalimantan pada semester sebelumnya sebesar Rp22,1 triliun. Sedangkan nilai kredit pertambangan di Papua meningkat dibanding semester II 2014 sebesar Rp128,8 miliar menjadi

Rp152,6 miliar. Peningkatan rasio kredit kolektabilitas 2 terbesar terjadi di provinsi Kalimantan Selatan sebesar 5,04%, Kalimantan Timur sebesar 3,33%, dan Kalimantan Barat sebesar 3,00%. Sedangkan di Papua, peningkatan rasio kredit kolektabilitas 2 terbesar di kedua provinsi Papua, yaitu Papua Barat sebesar 3,77%

dan Papua sebesar 3,41%.

Des-13 Des-14 Jun-15 Des-13 Des-14 Jun-15 Des-13 Des-14 Jun-15

Perdagangan 2,46 3,02 3,57 3,65 4,08 5,48 6,11 7,10 9,05 21,91

Perdagangan Dalam Negeri Teh 0,26 0,25 4,19 0,26 0,36 62,63 0,52 0,61 66,82 0,01

Perdagangan Besar Logam dan Bijih Logam 1,16 2,06 3,11 5,12 7,52 14,02 6,28 9,58 17,13 0,26

Perdagangan Ekspor Batu Bara 0,48 18,13 25,01 4,40 5,38 14,90 4,88 23,50 39,91 0,16

Lain-lain 1,45 1,42 1,69 5,24 5,35 6,27 6,68 6,77 7,95 27,83

Rumah Tangga untuk Pemilikan Rumah Tinggal Tipe 22 s.d. 70 2,43 2,42 2,92 9,88 10,74 12,37 12,31 13,16 15,29 4,20

Rumah Tangga untuk Pemilikan Mobil Roda Empat 0,61 0,74 0,88 7,86 7,39 9,11 8,47 8,14 9,99 2,44

Rumah Tangga untuk Pemilikan Rumah Tinggal Tipe Diatas 70 1,53 1,70 2,04 4,74 5,08 6,57 6,27 6,78 8,61 3,15

Industri Pengolahan 1,72 1,86 2,26 3,85 3,17 4,21 5,57 5,03 6,47 18,37

Industri Mesin-mesin Untuk Pertambangan, Penggalian dan Konstruksi 1,21 2,95 2,83 12,18 12,69 28,54 13,39 15,64 31,36 0,19

Industri Kemasan dan Kotak dari Kertas dan Karton 0,17 0,38 0,47 0,39 0,20 9,81 0,56 0,58 10,28 0,39

Industri Barang dari Kertas dan Kartan yang Tidak DiklasiĮkasikan di Tempat Lain 2,16 0,14 0,50 21,77 0,83 5,72 23,92 0,97 6,22 0,43

Pertambangan 1,47 2,52 3,38 3,54 3,99 6,97 5,01 6,51 10,35 3,66

Pembuatan Briket Batubara 0,03 0,06 0,81 0,11 3,14 37,56 0,14 3,20 38,37 0,02

Pertambangan Batubara, Penggalian Gambut, dan GasiĮkasi Batubara 1,17 5,21 6,43 4,75 9,21 11,19 5,92 14,42 17,62 1,12

Jasa Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 6,43 4,48 4,66 5,84 2,40 6,99 12,28 6,88 11,65 0,45

Jasa Dunia Usaha 1,13 1,49 1,68 2,03 2,13 3,19 3,17 3,62 4,88 8,65

Real Estate Perumahan Flat / Apartemen 0,01 2,29 2,56 1,79 0,34 8,19 1,80 2,63 10,75 0,27

Pengolahan Data 1,08 0,95 1,08 0,64 33,78 65,22 1,73 34,73 66,30 0,00

Real Estate Gedung Rumah Toko (Ruko) atau Rumah Kantor (Rukan) 0,47 1,19 1,52 3,46 5,35 9,37 3,93 6,53 10,90 0,18

Konstruksi 3,68 4,61 5,43 4,36 5,42 6,97 8,04 10,03 12,40 4,26

Konstruksi Bangunan Elektrikal dan Komunikasi Lainnya 2,41 6,44 9,41 1,41 7,15 11,64 3,82 13,59 21,06 0,27 Konstruksi Perumahan Menengah, Besar, Mewah (Tipe Diatas 70) 2,69 1,44 1,61 1,79 1,25 4,92 4,48 2,69 6,53 0,33

Bangunan Jalan Raya 6,05 7,53 8,02 12,85 7,30 9,32 18,90 14,82 17,34 0,26

Jasa Sosial 1,76 2,26 2,85 4,05 4,39 6,44 5,81 6,65 9,29 2,50

Kegiatan PerĮlman, Radio, Televisi, dan Hiburan Lainnya 0,80 1,07 1,29 1,42 1,98 11,31 2,22 3,05 12,60 0,11

Jasa Pendidikan Tinggi 0,24 0,35 0,73 0,58 7,80 13,40 0,82 8,15 14,13 0,08

Jasa Pendidikan Lainnya 1,61 2,06 2,32 3,01 3,04 7,98 4,62 5,10 10,29 0,07

Pengangkutan 1,97 3,21 3,46 4,10 6,61 7,52 6,08 9,82 10,99 4,52

Angkutan Laut DomesƟk 2,98 4,86 5,15 2,50 6,33 14,23 5,48 11,19 19,37 1,10

Jasa Pelayanan Bongkar Muat Barang 9,14 5,50 4,25 4,03 13,93 19,19 13,17 19,43 23,44 0,12

Angkutan Udara Berjadwal 2,18 4,56 2,70 18,73 16,07 17,70 20,92 20,64 20,40 0,16

Listrik 0,74 1,91 1,59 0,92 1,57 2,81 1,66 3,48 4,40 2,30

Gas 0,44 0,96 6,76 0,90 5,34 7,86 1,34 6,30 14,62 0,22

Ketenagalistrikan Pedesaan 0,01 0,07 0,04 0,08 3,73 5,21 0,09 3,80 5,25 0,11

Pengadaan dan Penyaluran Air Bersih 0,40 0,74 1,03 0,77 2,62 3,81 1,17 3,35 4,85 0,03

Pertanian 1,49 1,83 2,12 2,73 2,92 3,31 4,22 4,75 5,43 6,00

Perkebunan Jambu Mete 0,16 0,57 0,76 0,94 0,88 95,79 1,10 1,45 96,56 0,01

Budidaya Biota Air Payau Udang 0,25 0,38 0,51 0,82 4,70 23,68 1,07 5,09 24,19 0,03

Pembibitan dan Budidaya Unggas 1,64 2,83 3,45 2,22 2,81 6,63 3,86 5,64 10,08 0,23

Sektor/ Subsektor

NPL (%) Kolek 2 (%) NPL+Kolek 2 (%)

Pangsa Kredit thdp Total Kredit (%)

116

'ƌĂĮŬŽŬƐϰ͘ϭ͘ϰ͘

Sebaran Kenaikan Rasio Kredit Kolektabilitas 2 per Provinsi

'ƌĂĮŬŽŬƐϰ͘ϭ͘ϱ͘

Sebaran Kredit Kolektabilitas 2 per Provinsi

117

ŽŬƐϰ͘Ϯ WĞŵĞƌŝŶŐŬĂƚĂŶ<ƌĞĚŝƚhƐĂŚĂ<ĞĐŝůĚĂŶDĞŶĞŶŐĂŚ;hD<DͿ

WĞƌŬĞŵďĂŶŐĂŶ ƉĞƌĞŬŽŶŽŵŝĂŶ /ŶĚŽŶĞƐŝĂ ƟĚĂŬ

terlepas dari kontribusi sektor riil dan UMKM. Hal ini terlihat dari 99,9% dari total unit usaha di Indonesia adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang telah memberikan kontribusi sebesar 60,3% terhadap PDB. Dengan realisasi kredit UMKM selama 2014 yang mencapai Rp731,8 triliun dengan peningkatan 15,1%

dari tahun sebelumnya, menjadikan kinerja UMKM ƟĚĂŬĚĂƉĂƚĚŝƉĂŶĚĂŶŐƐĞďĞůĂŚŵĂƚĂƐĞďĂŐĂŝƐĂůĂŚƐĂƚƵ

pelaku yang menggerakkan perekonomian.

Namun demikian, perkembangan UMKM masih dihadapkan pada berbagai kendala dan tantangan yang salah satunya berasal dari aspek pembiayaan.

Adanya asymmetric information antara UMKM dengan perbankan pada umumnya disebabkan oleh keterbatasan UMKM dalam memenuhi persyaratan ƉĞƌďĂŶŬĂŶ ƐĞƉĞƌƟ ďĞůƵŵ ĂĚĂŶLJĂ ůĂƉŽƌĂŶ ŬĞƵĂŶŐĂŶ

dan terbatasnya jaminan, maupun disebabkan oleh keterbatasan informasi yang dimiliki bank terhadap UMKM yang potensial untuk dibiayai. Di samping itu, adanya kesepakatan antar anggota ASEAN untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 menjadi tantangan bagi UMKM untuk dapat ďĞƌŬŽŵƉĞƟƐŝĚĂůĂŵƉĞƌƐĂŝŶŐĂŶƵƐĂŚĂ͘

Bank Indonesia berupaya untuk menjembatani permasalahan tersebut di atas melalui pengembangan infrastruktur keuangan dengan menginisiasi pembentukan sistem pemeringkatan kredit (credit rating) untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia. Hal ini terutama dimaksudkan untuk mendorong terjadinya proses intermediasi perbankan kepada UMKM secara lebih efisien. Beberapa ƉĞŶĞůŝƟĂŶͬŬĂũŝĂŶ ƚĞůĂŚ ĚŝůĂŬƵŬĂŶ ƚĞƌŬĂŝƚ ƉĞŶĞƌĂƉĂŶ

pemeringkatan kredit UKM, yang menunjukan bahwa pembentukan lembaga pemeringkat kredit UKM dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi asymmetric ŝŶĨŽƌŵĂƟŽŶ antara perbankan dengan UMKM.

Upaya Bank Indonesia dalam memfasilitasi pemeringkatan kredit bagi UKM telah dimulai sejak tahun 2009, dengan menyusun kajian mengenai prasyarat pembentukan ĐƌĞĚŝƚ ƌĂƟŶŐ ƐLJƐƚĞŵ untuk UKM di Indonesia. Kemudian pada tahun berikutnya, kajian difokuskan pada kelayakan pendirian lembaga pemeringkat kredit bagi UKM. Berdasarkan hasil kajian dimaksud, pembentukan lembaga pemeringkat kredit h<DŚĂƌƵƐŵĞŵƉĞƌŚĂƟŬĂŶďĞďĞƌĂƉĂĂƐƉĞŬůĂŝŶŶLJĂ͕

seperti: keinginan perbankan untuk menggunakan hasil pemeringkatan, mekanisme koordinasi antar stakeholder, ketersediaan database UMKM, dan metode pemeringkatan yang mengakomodasi ŬĂƌĂŬƚĞƌŝƐƟŬhD<D͘

,ĂƐŝůŬĂũŝĂŶƚĂŚƵŶϮϬϭϭŬĞŵƵĚŝĂŶĚŝƟŶĚĂŬůĂŶũƵƟ

dengan penyusunan standar minimum pemeringkatan kredit untuk UKM dan uji coba tahap I (2011-2012). Uji coba dilakukan kepada 38 UKM di wilayah Jabodetabek yang telah menjadi debitur bank. Uji coba tersebut melibatkan 4 lembaga pemeringkat kredit, yang terdiri ĂƚĂƐWd͘WĞĮŶĚŽ͕Wd͘/Z/ŶĚŽŶĞƐŝĂ͕zĂLJĂƐĂŶD/Z͕

dan PT. D&B, serta 3 bank, yaitu BNI, Bank Mandiri, dan BRI. Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh standar minimum pemeringkatan kredit UMKM yang dapat memenuhi kebutuhan informasi bank dalam proses persetujuan kredit, diantaranya:

118

Uji coba pemeringkatan UKM kembali dilakukan pada tahun 2013 dengan melibatkan bank serta lembaga pemeringkat yang sama dengan uji coba tahap I, namun responden yang dipilih merupakan calon debitur bank. Hasil pemeringkatan UKM dari ŬĞͲϰ ůĞŵďĂŐĂ ƉĞŵĞƌŝŶŐŬĂƚ ƌĞůĂƟĨ ďĞƌǀĂƌŝĂƐŝ ŬĂƌĞŶĂ

adanya perbedaan kriteria dan pembobotan aspek penilaian. Secara keseluruhan asesmen yang dilakukan oleh lembaga pemeringkat menunjukkan kesesuaian dengan keputusan kredit perbankan, khususnya pada 50% calon debitur. Adapun ketidaksesuaian hasil pemeringkatan dengan keputusan kredit pada calon debitur lainnya disebabkan alasan lain di luar kelayakan ƵƐĂŚĂ͕ƐĞƉĞƌƟƉĞƌŵĂƐĂůĂŚĂŶĂŐƵŶĂŶ͕ƉĞŵďĞƌŝĂŶƐŬŝŵ

kredit program (KUR) yang lebih ringan persyaratannya bagi UKM sehingga peringkat calon debitur dinilai

kurang layak, calon debitur membatalkan/menunda kreditnya, dan BI-ĐŚĞĐŬŝŶŐ. Berdasarkan hasil uji coba tahap II, disimpulkan bahwa standar minimum metodologi pemeringkatan kredit untuk UKM minimal terdiri dari 3 aspek, yaitu aspek manajemen usaha, aspek bisnis/prospek usaha, dan aspek keuangan.

Dalam rangka penerapan MEA pada akhir 2015, Bank Indonesia bekerja sama dengan ASEAN Secretariat dan ASEAN SME tŽƌŬŝŶŐ 'ƌŽƵƉ telah melakukan penelitian pengembangan metodologi pemeringkatan kredit UKM sebagai acuan untuk negara anggota ASEAN. Kajian yang memperoleh dukungan dana dari Japan ASEAN Integration Fund (JAIF) tersebut, menghasilkan ďĞŶĐŚŵĂƌŬ pemeringkatan kredit UKM untuk ASEAN, antara lain sebagai berikut:

Aspek

ĞŶĐŚŵĂƌŬ

ĂŬƵƉĂŶ

<ĞƚĞƌĂŶŐĂŶ Ă͘ <ĂƌĂŬƚĞƌŝƐƟŬhD<D

a. Kriteria UKM yang diperingkat

b. Indikator pemeringkatan ;ŝͿ ƐƉĞŬĮŶĂŶƐŝĂů͗ŬĂƌĂŬƚĞƌͬƉĞŶŐĂůĂŵĂŶƉĞůĂŬƵh<D͕ŬŽŶĚŝƐŝƉĞŶũƵĂůĂŶͬ

bisnis, sejarah perusahaan, masa operasional, sektor industri/bisnis, inisiatif inovasi, kebiasaan pembayaran kewajiban, dan kebijakan pemerintah.

;ŝŝͿ ƐƉĞŬŶŽŶĮŶĂŶƐŝĂů͗ƉƌŽĮƚĂďŝůŝƚĂƐ͕ƐŽůǀĂďŝůŝƚĂƐ͕ůŝŬƵŝĚŝƚĂƐĚĂŶĐĂƐŚŇŽǁ, aset/agunan, rata-rata saldo di lembaga keuangan.

b. Metodologi pemeringkatan kredit UMKM - Risiko manajemen usaha

- Risiko bisnis/prospek usaha - Risiko keuangan

Prioritas pada usaha menengah, minimum masa operasional 2 tahun.

WƌŽĮůĚĂŶŬĂƌĂŬƚĞƌhD<D͕ŬŝŶĞƌũĂŵĂŶĂũĞŵĞŶŝŶƚĞƌŶĂů͕

sistem dan prosedur, serta hubungan dengan pihak eksternal.

Kegiatan usaha, prospek usaha, infrastruktur dan teknologi, dan analisa lingkungan eksternal.

Data keuangan, penilaian kelayakan keuangan, dan pengelolaan keuangan.

hŶďĂŶŬĂďůĞ;ďĞůƵŵƉĞƌŶĂŚŵĞŶĚĂƉĂƚŬƌĞĚŝƚƉĞƌďĂŶŬĂŶͿ͕ƚĞƌĚĂŌĂƌ;ŵĞŵŝůŝŬŝ

izin usaha/tercatat pada SID), dan telah beroperasi minimum 2 tahun.

119 Hasil penelitian ini telah disampaikan pada

͞dŚĞϯϲƚŚ^E^Dt'ĂŶĚZĞůĂƚĞĚDĞĞƟŶŐƐ͟Ěŝ

Bangkok, Thailand, pada 18-22 Mei 2015 dan akan ditindaklanjuti dengan action lines pada Strategic

ĐƟŽŶWůĂŶĨŽƌ^DĞǀĞůŽƉŵĞŶƚ (SAP SMED) periode 2016-2025 yaitu ĞǀĞůŽƉŵĞŶƚŽĨ/ŶĨŽƌŵĂƟŽŶ^LJƐƚĞŵ

ĨŽƌ^DƌĞĚŝƚZĂƟŶŐ dengan strategic goal : Increase Access to Finance.

Adanya sistem pemeringkatan kredit bagi UKM secara nasional diharapkan dapat membantu ƉĞƌďĂŶŬĂŶ͕ ƚĞƌƵƚĂŵĂ LJĂŶŐ ƟĚĂŬ ŵĞŵŝůŝŬŝ ŬĞĂŚůŝĂŶ

(ĞdžƉĞƌƟƐĞ) dalam bisnis kredit UMKM, untuk dapat menyalurkan kredit kepada UMKM. Hal ini akan mempermudah bank dalam meningkatkan jumlah nasabah yang layak dibiayai dan di sisi lain, akses masyarakat khususnya UKM akan semakin terbuka terhadap layanan perbankan. Dengan semakin meningkatnya penyaluran kredit kepada UKM, maka ƉĞŶLJĂůƵƌĂŶŬƌĞĚŝƚƉĞƌďĂŶŬĂŶƟĚĂŬƚĞƌŬŽŶƐĞŶƚƌĂƐŝƉĂĚĂ

ƐĞŬƚŽƌŬŽƌƉŽƌĂƐŝ͘ĂŶŬĚĂƉĂƚŵĞůĂŬƵŬĂŶĚŝǀĞƌƐŝĮŬĂƐŝ

risiko melalui portofolio kredit yang lebih beragam.

Namun demikian, pemeringkatan kredit oleh lembaga pemeringkat akan meningkatkan biaya bagi perbankan dan kemungkinan biaya pemeringkatan tersebut akan dibebankan pada nasabah dengan penetapan suku ďƵŶŐĂŬƌĞĚŝƚLJĂŶŐůĞďŝŚƟŶŐŐŝ͘KůĞŚŬĂƌĞŶĂŝƚƵ͕ƉĞƌůƵ

adanya dukungan dari pemerintah untuk memfasilitasi hal ini.

Fasilitasi pemeringkatan kredit UKM juga telah menjadi bagian dari paket insentif yang diberikan Bank Indonesia kepada Bank Umum dalam rangka mendorong penyaluran kredit kepada UMKM, sebagaimana tertuang dalam ketentuan Bank Indonesia No. 17/12/PBI/2015 yang diundangkan tanggal 26 Juni

Fasilitasi pemeringkatan kredit UKM juga telah menjadi bagian dari paket insentif yang diberikan Bank Indonesia kepada Bank Umum dalam rangka mendorong penyaluran kredit kepada UMKM, sebagaimana tertuang dalam ketentuan Bank Indonesia No. 17/12/PBI/2015 yang diundangkan tanggal 26 Juni