• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUU Komponen Cadangan Pertahanan Negara: Dilema Legislasi dan Kebutuhan Pertahanan

Dalam dokumen 2011 Journal Dignitas No.VII 2011 (Halaman 51-73)

Mufti Makaarim A.

Abstraksi

Rencana Pemerintah mendesakkan RUU Komponen Cadangan Pertahanan Negara menuai pro-kontra. Pendukung RUU ini mengajukan

argumentasi normatif bahwa RUU ini merupakan amanat UUD 1945, UU Pertahanan Negara, dan UU TNI. Sedangkan kalangan kontra mengajukan argumentasi politis belum tuntasnya reformasi TNI dan argumentasi sosiologis dampak sosial mobilisasi sipil melalui komponen

cadangan (Komcad). RUU ini akhirnya tidak terselesaikan oleh DPR periode 2004-2009. Pada 2010, terdengar kabar Pemerintah dan DPR

periode 2009-2014 menyetujui pembahasannya kembali. Tulisan ini mendeskripisikan substansi RUU, penyelenggaraan Komcad di beberapa

negara sebagai pembanding, serta catatan kritis atas isi RUU KCPN.

Pendahuluan

Komponen Cadangan (Komcad) adalah pasukan cadangan militer, terdiri dari warga sipil yang mendapat pendidikan militer dasar, dipersiapkan untuk mendukung militer sebagai komponen utama pada masa darurat perang. Di masa damai, setelah mendapat pelatihan militer dasar atau selesai masa perang, Komcad kembali menjadi warga sipil biasa.

Pengembangan Komcad di beberapa negara berpengaruh pada anggaran dan komposisi militer di masa damai. Karena aktivitas Komcad ini membutuhkan mobilisasi penduduk yang tidak sedikit dan waktu yang juga tidak singkat. Selain Komcad, beberapa negara juga mengembangkan program wajib militer (wamil), yaitu pelibatan sipil dalam dinas kemiliteran untuk jangka waktu tertentu, dimana wamil terlibat dalam kegiatan militer secara penuh sebagaimana anggota militer aktif.

Istilah cadangan atau reserve dapat diinterpretasikan sempit maupun luas. Amerika Serikat (AS) dan Inggris menggunakan istilah reserve untuk menyebut seluruh Komcad mereka, yang terbagi menjadi tentara reguler (regular forces) dan tentara cadangan (reserve forces). Perbedaan mendasarnya terletak pada ikatan dinas permanen bagi tentara reguler dan temporer bagi tentara cadangan. Kanada menggunakan istilah militia, sedangkan India dan Filipina

1 menggunakan istilah paramilitary.

Terkait RUU Komponen Cadangan Pertahanan Negara (KCPN) yang saat ini dibentuk, meskipun menggunakan istilah Komcad, namun kekhawatiran publik akan kemungkinan motivasi politik Pemerintah dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di balik pembentukannya memunculkan reaksi penolakan yang cukup serius dari beberapa kalangan, terutama karena ketidakjelasan konsepsi Komcad yang dianggap bertumpang tindih dengan ketentuan wamil.

Di banyak negara, UU yang mengatur Komcad terfokus pada sumber daya manusia (SDM). Sementara RUU KCPN mengatur tentang penggunaan dan pengerahan sumber daya alam (SDA), sumber daya buatan (SDB), sarana dan prasarana nasional sebagai bagian dari komponen yang dibutuhkan militer menjadi Komcad. Penempatan benda-benda sebagai subjek hukum selain akan menyulitkan pengontrolan dan pengelolaannya, juga akan mengakibatkan celah penyimpangan, terutama terkait pemanfaatan yang sama sekali tidak berhubungan dengan kepentingan pertahanan oleh militer. Di Amerika Serikat, terdapat unit bernama Readiness, Training and Mobilization (RTM) yang bertugas memonitor

2 kebijakan dan pemakaian Komcad.

Legislasi Komcad: RUU Yang Silih Berganti

Secara resmi Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan, dulu Departemen Pertahanan, Dephan) secara resmi mengusulkan pembahasan RUU Komponen Cadangan Pertahan Negara (RUU KCPN) di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai agenda Program Legislasi Nasional (Prolegnas) sejak 2004-2009. Direktur Jenderal (Dirjen) Potensi Pertahanan (Pothan) Dephan, Dr. Budi Susilo Soepandji menyatakan bahwa Komcad dan Komponen Pendukung merupakan sistem pertahanan negara, yang memperkuat TNI sebagai Komponen Utama.

RUU Komponen Cadangan

Komcad merupakan warga sipil yang mendapat latihan kemiliteran, agar memiliki pengetahuan dan kemampuan militer, berfungsi memperbesar dan memperkuat TNI di matra darat, laut dan udara. Komcad tetap merupakan warga sipil, yang akan kembali ke masyarakat setelah mengikuti pelatihan militer selama satu bulan, namun bisa dikerahkan untuk melakukan bela negara sebagai kombatan (tentara) dan dilindungi UU. Menurut Budi, Indonesia menganut sistem pertahanan rakyat semesta (sishanrata) yang dipersiapkan secara dini, termasuk dalam keadaan damai maupun perang. Karenanya pelatihan Komcad merupakan bagian dari

3 penyiapan sistem pertahan secara total.

Wacana Komcad sudah berlangsung sejak masa Menteri Pertahanan (Menhan) Matori Abdul Djalil. Menurut Matori, pertahanan negara merupakan usaha mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan. UUD 1945 baik dalam Pembukaan maupun pada batang tubuh mengamanatkan bentuk pertahanan negara yang bersifat semesta, yaitu melibatkan seluruh rakyat dan segenap sumberdaya nasional, sarana dan prasarana nasional, serta seluruh wilayah negara sebagai satu kesatuan pertahanan.

UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara yang disahkan 8 Januari 2002, menyebutkan 3 komponen kekuatan pertahanan negara, yaitu Komponen Utama (TNI), Komcad dan

4 Komponen Pendukung.

Pada Maret 2003, Direktorat Pothan Kemhan mengeluarkan RUU KCPN untuk pertama kali, yang merujuk pada UUD 1945 dan

5

UU No. 3 tahun 2002. RUU yang terdiri dari 9 Bab dan 55 Pasal tersebut menyatakan bahwa tujuan Komcad adalah memperbesar dan memperkuat kekuatan TNI sebagai Komponen Utama; berunsurkan warga negara, sumberdaya alam, sumberdaya buatan, sarana dan prasarana nasional. Dalam draf ini pula dinyatakan bahwa Komcad diberlakukan kepada setiap warga negara berusia 18-48 tahun yang mendapat pelatihan militer, mantan prajurit TNI dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri); yang dapat diwajibkan berdinas aktif sekurang-kurangnya 5 tahun, atau non-aktif (kembali ke masyarakat), namun sewaktu-waktu wajib memenuhi panggilan dinas aktif sesuai kebutuhan negara. RUU juga Volume VII No. 1 Tahun 2011 dignitas

3. Tim Imparsial, Reformasi di Persimpangan; Rancangan Komponen Cadangan Pertahanan Negara, Jakarta, 2008, hal. 79-81

4. Lihat http://www.dephan.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=808 dan

http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2003/03/26/brk,20030326-37,id.html, diunduh 20 Februari 2011 5. Termasuk merujuk UU No23 PRP Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya, yang pada tahun 1999-2000 mendapat reaksi keras dari publik ketika akan direvisi di DPR.

mengatur penggunaan Komcad oleh Panglima TNI. Komcad dapat ditugaskan di masa damai, keadaan darurat sipil, darurat militer dan masa perang; mengatur sanksi pidana bagi seseorang yang tanpa alasan sah dengan sengaja dan melawan hukum tidak memenuhi kewajiban sebagai Komcad, menyuruh atau membuat diri atau orang lain tidak cakap menjadi Komcad, anggota Komcad yang tidak melaksanakan dinas aktif atau meninggalkan tugas; serta mengatur pembiayaan Komcad dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) serta

6 Departemen atau Instansi terkait.

RUU ini mendapat kritik dan catatan dari masyarakat sipil, di antaranya adalah kelompok kerja Propatria. Menurut Propatria, perkembangan lingkungan strategis dan internasional telah melahirkan pergeseran definisi atau interpretasi tentang bentuk dan sifat ancaman terhadap wilayah, kedaulatan, dan populasi, termasuk konsep wilayah, kedaulatan, dan populasi.

Kekuatan militer yang dianggap sebagai unsur pokok kemampuan nasional mempertahankan diri dari ancaman berhadapan dengan tantangan keberlanjutan (sustainability) dan keterbatasan sumberdaya nasional, terutama jika dihadapkan dengan prioritas kebijakan nasional lainnya. Pilihan pengembangan kekuatan cadangan (reserve force) yang intinya adalah alokasi dan penggunaan sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan bisa menjadi pilihan terutama dalam situasi kontinjensi, namun harus disertai dengan penjelasan terkait kapan, dalam situasi seperti apa, seberapa

7 besar, tujuan, dan implikasi dibentuknya Komcad.

Propatria juga menegaskan bahwa Komcad baru bisa dibentuk jika perencanaan pertahanan yang memuat analisa ancaman, kebutuhan pertahanan untuk mengatasi ancaman, ketersediaan sumber daya dan dampaknya terhadap postur militer sudah diketahui dan disesuaikan dengan kemampuan keuangan negara. Jika proses ini belum berjalan, maka keberadaan UU KCPN pada saat ini menjadi kurang signifikan.

Menurut Propatria, UU KCPN penting, namun harus merujuk kepada UU Keamanan Nasional dan UU TNI yang belum ada (saat itu, UU TNI baru ada Oktober 2004). Meskipun UU No. 3 tahun 2002 menyatakan bahwa pembentukan Komcad harus diatur UU, tidak serta merta dapat diartikan Komcad harus dibentuk segera sekarang.

RUU Komponen Cadangan

Pemerintah juga harus menjawab kekhawatiran masyarakat terkait kepentingan TNI, militerisasi sipil, penguasaan sumber daya alam dan sumber daya buatan oleh militer, serta kepentingan menjadikan UU ini sebagai alat legitimasi atas penyimpangan sudah

8 berlangsung.

RUU ini kemudian tidak dibahas dan disahkan sampai dengan berahirnya masa bakti DPR periode 1999-2004, dimana DPR memprioritaskan pembahasan RUU TNI yang kemudian disahkan menjadi UU No. 34Tahun 2004 tentang TNI.

Pada Agustus 2005, Pemerintah melalui Dephan kembali mengajukan RUU KCPN yang terdiri dari 9 Bab 50 Pasal, yang mengalami sedikit perubahan dari versi tahun 2003, berupa pengurangan dan penambahan. RUU menambahkan UU No. 34 tahun 2004 sebagai rujukan. RUU kedua ini mengalami perubahan batasan usia menjadi 18-45 tahun; memasukkan kriteria seseorang yang sukarela mendaftar dapat diangkat menjadi Komcad. RUU kedua juga menghapus kewenangan Menteri melakukan pembuatan ketentuan pengerahan. Kewenangan pengangkatan Komisi Pengerahan Komcad berdasarkan Keputusan Menteri (Kepmen) diganti dengan Peraturan Presiden (Perpres); Pelaksanaan pendayagunaan sumberdaya alam, sumberdaya buatan, sarana dan prasarana berdasarkan Kepmen diganti dengan Peraturan Pemerintah (PP); Penggantian kewenangan penggunaan Komcad oleh Panglima TNI ke Presiden dengan persetujuan DPR; pembatasan pengerahan hanya di waktu perang; pengerahan Komcad berdasarkan perhitungan ketidakmampuan TNI menghadapi ancaman militer; penetapan kekuatan Komcad yang digunakan dilakukan oleh Menteri dan selanjutnya diserahkan kepada Panglima TNI untuk dioperasionalisasikan; serta, penghapusan penambahan 1/3 sanksi pidana atas pelanggaran masa masa darurat militer atau darurat

9 perang.

Sebagaimana RUU KCPN versi tahun 2003, prinsip kritik dan catatan masyarakat sipil tetap sama, mengingat perubahan yang diberlakukan tidak menjawab tuntutan dan keberatan prinsipiil masyarakat.

Pada 9 Oktober 2006, Pemerintah kembali menerbitkan draft versi ketiga RUU KCPN. Draf ini lebih ringkas dengan 8 Bab 43 Pasal. RUU ini menghapus atau meredefinisi ketentuan umum Volume VII No. 1 Tahun 2011 dignitas

8. Ibid

9. Departemen Pertahanan, Rancangan Udang-undang Republik Indonesia No .. Tahun .. Tentang Komponen Cadangan Pertahanan Negara, Agustus 2005

tentang sistem pertahanan negara, penyelenggaraan pertahanan negara, komponen utama, komponen pendukung, sumberdaya nasional, nilai-nilai, teknologi, masa bakti, DPR, Angkatan, kombatan dan non kombatan; pembatasan penggunaan Komcad untuk latihan dan mobilisasi; penegasan Komcad yang dipersiapkan pada masa damai sebagai potensi pertahanan. Jika dalam draf kedua Komcad meliputi usia 18-45 tahun, draf ketiga ini usia minimum Komcad 18 tahun, tanpa usia maksimum. Revisi persyaratan Komcad menjadi berdasarkan kriteria persyaratan umum; persyaratan kompetensi dan latihan dasar kemiliteran. Keputusan pembentukan Panitia Pengerahan kembali berdasarkan Kepmen. RUU versi ketiga juga memuat penghapusan persetujuan DPR dalam kewenangan penggunaan Komcad; pendanaan yang hanya dibiayai APBN; pengurangan sanksi pidana selama-lamanya 2 tahun menjadi 1 tahun bagi mereka yang diwajibkan menjadi Komcad namun tidak memenuhi panggilan; pidana selama-lamanya 6 bulan bagi warga sipil yang secara sukarela mengajukan diri menjadi Komcad namun menolak panggilan; perubahan pidana dari selama-lamanya 1 tahun menjadi 2 tahun bagi orang yang mempengaruhi atau melakukan tindakan yang menggagalkan seseorang untuk memenuhi panggilan atau tidak memenuhi syarat menjadi Komcad, disertai penambahan 1/3 sanksi bila dilakukan karena jabatan dan kedudukan; serta penghapusan sanksi pidana bagi penyelenggara yang dengan sengaja atau lalai melakukan panggilan Komcad, yang semula bisa dipidana

10 selama-lamanya 3 tahun.

RUU Versi 2006 ini memberikan 'penguatan' terhadap kewenangan negara, terutama dalam melakukan rekrutmen dan pemberian sanksi pidana. Sejak terbitnya RUU versi 2006, gerakan untuk menolak RUU KCPN makin menguat, yang dipengaruhi dinamika politik pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dianggap berkepentingan memperkuat kembali dominasi militer dan mengembalikan militerisme melalui UU KCPN.

Sebagaimana kritik terdahulu, kebutuhan RUU KCPN seharusnya didasarkan pada: 1). analisis ancaman; 2). analisis sistem pertahanan yang dibutuhkan; dan 3). kemampuan keuangan negara. Tanpa adanya dasar di atas, Komcad hanya menjadi program yang tidak efektif, tidak tepat sasaran, menimbulkan masalah baru, serta

RUU Komponen Cadangan

menimbulkan kecurigaan publik terkait motivasi pemerintah yang didukung TNI begitu ngotot mengajukan RUU ini untuk segera

11 disahkan DPR.

Pada Desember 2008 Kemhan kembali mengajukan RUU KCPN versi lain dengan 8 Bab 44 Pasal. Perubahan yang tampak dari RUU versi sebelumnya antara lain: sanksi pidana selama-lamanya 6 bulan bagi pimpinan instansi, pimpinan perusahaan atau pimpinan badan swasta atau pimpinan lembaga pendidikan yang tidak memberi kesempatan kepada pegawai, pekerja dan/atau buruh atau peserta didik untuk mengikuti dinas atau penugasan sebagai Komcad tanpa alasan yang sah; dan sanksi pidana jika tidak memberi hak-hak anggota Komcad yang mengikuti dinas atau penugasan. Masa dinas aktif Komcad selama 5 tahun dan dapat diperpanjang untuk 5 tahun berikutnya, serta ketiadaan ketentuan mobilisasi Komcad hanya untuk masa perang memungkinkan penggunaan Komcad di masa damai untuk kebutuhan militer. Tidak hilangnya hak-hak yang berhubungan dengan gaji, pendapatan dan benefit lainnya memungkinkan negara memaksa pengeluaran pembiayaan bagi sipil

12 selama tidak bekerja selain kepada negara.

Komponen Cadangan di Amerika Serikat dan Republik Federal Jerman

13 Amerika Serikat (AS)

Komcad AS tercatat sudah ada sejak masa awal kemerdekaan negara itu di akhir abad ke-18, ketika militia terlibat dalam perang kemerdekaan dan tentara reguler dibentuk. Saat ini AS memiliki 1,1 juta Komcad, yang merupakan 45 % dari total militer AS. AS memiliki 5 Komcad Federal (Komcad Angkatan Darat (US Army Reserve), Komcad Angkatan Laut (US Naval Reserve), Komcad Angkatan Udara (US Air Force Reserve), Komcad Korp Marinir (US Marine Corps Reserve), dan Komcad Garda Penjaga Perairan (the US Coast Guard Reserve) serta mengorganisir militia (Garda Nasional Darat (Army National Guard) dan Garda Nasional Udara (Air National Guard) yang bisa dikerahkan untuk pelayanan Federal maupun negara bagian.

The Coast Guard adalah pasukan militer di bawah Departemen Keamanan Dalam Negeri (Department of Homeland Volume VII No. 1 Tahun 2011 dignitas

11. Newsletter Media & Reformasi Sektor Keamanan Edisi VI/09/2008, IDSPS-AJI-FES, September 2008 12. Departemen Pertahanan, Rancangan Undang-undang Republik Indonesia No .. Tahun .. Tentang Komponen Cadangan Pertahanan Negara, Desember 2008

Security) yang hanya memiliki fungsi pertahanan di masa perang. Seluruh Komcad bersifat sukarela, mereka bukan wajib militer (military conscripts).

Dasar hukumnya adalah Bab 10, US Code of Federal Regulations. Otoritas mobilisasi, personel dan batasan waktu merujuk pada Bab 10 USC 12301, 12302, and 12304.

Pada masa Perang Dingin, Komcad merupakan sumber utama bala bantuan bagi Komponen Utama AS. Saat ini mereka dibutuhkan sebagai misi bantuan militer AS, digunakan dalam perang skala besar, darurat skala kecil, latihan pengerahan ke luar negeri, dan operasi bantuan kemanusiaan di dalam dan luar negeri. Mereka juga berpartisipasi dalam program antar militer (military-to-military) bersama negara Partnership for Peace (PfP) dalam operasi perdamaian. Mereka memberikan bantuan kepada otoritas sipil dan operasi anti narkotika.

Hasilnya, Pemerintah AS bisa menata kapabilitas pengamanan dengan biaya rendah. Seluruh seluruh personel Komcad

12301(d) Komcad V olunteers

• Membutuhkan persetujuan individu Komcad.

• Gubernur harus menyetujui pengaktifannya.

• Seluruhnya merupakan cadangan. • tidak ada pembatasan jumlah • Tidak ada pembatasan waktu

12301(b) 15 hari masa dinas

• Diharapkan siap sebagai Komcad sampai dengan 15 hari per tahun. • Membutuhkan persetujuan gubernur untuk pengaktifan.

• Pelatihan Tahunan • Misi Operasi • Sukarela 12304 Mobilisasi Komcad oleh Presiden • Membutuhkan Pemberitahuan Presiden kepada Kongres • Tidak membutuhkan Keputusan Kongres

• Tidak lebih dari 270 hari.

• Komcad terpilih, bisa sampai dengan 30,000 individu yang bersedia (individual ready reserve, IRR)

• tidak boleh lebih dari 200,000 Komcad terpilih (selected reserve)

• untuk menghadapi ancaman senjata pemusnah massal (weapon of mass destruction) atau ancaman/serangan teroris.

12302 Mobilisasi Parsial

• Membutuhkan deklarasi Darurat Nasional.

• Melaporkan kepada Kongres setiap 6 bulan.

• Komcad yang tersedia.

• Tidak boleh lebih dari 1,000,000 Komcad. • Tidak boleh lebih dari 24 bulan.

12301(a) Mobilisasi Penuh

• Membutuhkan Deklarasi Perang atau Darurat Nasional oleh Kongres. • Mengharuskan kehadiran Kongres dalam pembahasan.

• Seluruh Komcad termasuk Komcad non-aktif dan mantan Komcad.

• Tidak ada batasan.

• Masa perang atau darurat ditambah 6 bulan.

RUU Komponen Cadangan

FOKUS

dan Garda terbagi menjadi 3 kategori: 1). Komcad yang tersedia (Ready Reserve); 2). Komcad yang siap beroperasi (Standby Reserve); dan 3). Mantan Komcad (Retired Reserve).

14 Republik Federal Jerman

Komcad adalah warga negara berkebangsaan Jerman, yang secara sukarela. Panduan Kebijakan Pertahan Jerman yang dikeluarkan Pemerintah pada 21 Mei 2003 menjadi dasar restrukturisasi militer Jerman (Bundeswehr) dan konsep Komcad Jerman. Komcad didisain sesuai kebutuhan misi militer, baik struktur, personel, pelatihan dan perlengkapan, sesuai dengan motto, “rancang dan latih seperti engkau bertempur” (organize and train as you fight).

Pada tahun 2007 militer Jerman dirampingkan dari 495,000 personel menjadi 252,500 termasuk wamil. Komcad aktif berjumlah 2,350 personel dari sekitar 80,000, seiring upaya pengefektifan dan pengurangan anggaran.

Komcad terbagi menjadi 3 kelompok: Komcad Balabantuan (Reinforcement Reserve), Komcad Pekerja (Manpower Reserve) dan Komcad Umum (General Reserve). Komcad melaksanakan tugas-tugas sebagaimana militer. Di masa damai, Komcad terlibat dalam pencegahan krisis internasional dan manajemen konflik, mendukung kekuatan sekutu, melindungi negara Jerman dan warganya, melakukan operasi penyelamatan dan evakuasi, serta kerjasama dan perbantuan sebagimana diminta militer.

Komcad diberikan pilihan atas fungsi yang mereka inginkan dalam masa penugasan. Selama bertugas di militer, masa dinas Komcad tidak lebih dari 90 hari per tahun, kecuali ketika mereka bertugas dalam misi pasukan perdamaian di luar teritori Republik Federal Jerman. Dalam tugas semacam ini, masa dinas mereka maksimum 7 bulan dan tidak dapat diperpanjang.

Komcad menerima pembayaran berdasarkan kepangkatan ketika mereka berdinas. Anggota Reinforcement Reserve dan Manpower Reserve mendapat bayaran per hari selama masa dinas minimum 24 hari per tahun, selama tiga tahun. Mereka juga mendapat fasilitas pakaian, makanan dan perumahan selama masa dinas. Pensiunan personel militer dapat terlibat dalam Komcad sampai dengan usia 65 tahun, mendapat tambahan pembayaran pensiun.

Seluruh Komcad yang ditugaskan di luar Jerman untuk misi Volume VII No. 1 Tahun 2011 dignitas

pasukan perdamaian atau kemanusiaan mendapat penggantian biaya sesuai ketentuan UU. Mereka juga mendapat perawatan kesehatan gratis, termasuk pelayanan rumah sakit. UU juga menjamin mereka tidak akan kehilangan pekerjaan yang sudah digeluti sebelum mereka berdinas secara sukarela sebagai Komcad, termasuk tetap akan menerima gaji, yang akan diganti oleh Pemerintah Jerman kepada majikan tempat yang bersangkutan bekerja. Dengan demikian tempat mereka bekerja akan dengan senang hati mengizinkan Komcad berdinas karena mereka tidak dirugikan.

Komcad juga menerima pelatihan dasar dan lanjutan sebagaimana militer aktif, namun tetap disesuaikan dengan pilihan dinas yang diinginkan. Kondisi ini dikecualikan dalam masa perang, dimana menurut UU Komcad dibutuhkan untuk memperkuat militer, sehingga mereka dilatih berdasarkan panggilan dinas dan kebutuhan masa darurat yang ditetapkan oleh parlemen (Bundestag).

Komcad yang disiapkan untuk penanganan bencana alam dan perlindungan rakyat Jerman pada masa damai harus tetap mengikuti pelatihan dengan mendatangi pusat pelatihan Komcad dan pada waktu-waktu tertentu bekerjasama dengan badan-badan pemerintah terkait.

Catatan Kritis atas RUU KCPN

Bagaimana respon terhadap RUU KCPN? Secara umum, keberatan dan kritik yang terkait dengan RUU tersebut berhubungan dengan kekuatiran terlanggarnya hak konstitusional warga negara. RUU ini dianggap belum menjadi kebutuhan terkait reformasi TNI. Kehadiran Komcad diyakini bakal menimbulkan masalah pendanaan mengingat kemampuan penganggaran KCPN yang lemah. Jika dipaksakan dipastikan akan merugikan sektor lain.

a. Ancaman Terhadap Hak Konstitusional Warga Negara Terkait dengan ancaman terhadap hak konstitusional warga negara, RUU KCPN dianggap bertentangan atau berpotensi melanggar beberapa hak, terutama hak untuk hidup, (right to life), hak atas kebebasan dan keamanan (right to liberty and security), kebebasan untuk berpikir, hati nurani dan beragama (freedom of thought, conscience and religion), serta hak untuk mendapat perlakuan sama di muka hukum (right to be treated equal before the law). Hak ini

RUU Komponen Cadangan

dianggap merupakan hak tidak dapat dikurangi dalam keadaan 15

apapun.

Komisi Tinggi HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengeluarkan Resolusi 1998/77 mengenai penolakan wajib militer oleh seseorang yang dikenal dengan Conscientious Objection, yaitu penolakan serius berdasarkan kepercayaannya atau pandangan keagamaan. Resolusi tersebut meminta negara untuk tidak melakukan tindakan-tindakan berupa penghukuman atas penolakan ini.

Dalam hal negara mewajibkan bela negara, maka wamil atau Komcad dapat diganti dengan pelayanan dalam bentuk lain (alternative service) yang sesuai dengan kehendak yang bersangkutan dan bukan merupakan penghukuman (misalnya dengan masa dinas yang lebih lama). Dalam kasus seseorang yang terpaksa meninggalkan negara asalnya karena ketakutan akibat ancaman hukuman atas penolakan wamil atau Komcad, Resolusi juga mengharuskan pemberian suaka (granting asylum) sebagaimana

16 diatur dalam Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi.

Dalam RUU versi terakhir, tercantum sederatan sanksi pidana. Sanksi diatur dari Pasal 38 sampai Pasal 42 RUU. Ketentuan tersebut meliputi sanksi pidana kurungan paling lama 2 tahun bagi: 1). Setiap orang yang dengan sengaja membuat atau menyuruh

membuat orang lain dengan suatu pemberian atau janji, mempengaruhi, menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan, tipu muslihat atau rangkaian kebohongan, memberi kesempatan dan memberi keterangan, sengaja menggerakkan orang lain untuk tidak melaksanakan panggilan atau menyebabkan orang lain tidak memenuhi syarat untuk menjadi anggota Komcad; apabila perbuatan tersebut dilakukan oleh seseorang karena jabatan atau kedudukannya, pidananya ditambah 1/3 (satu per tiga);

2). Setiap Anggota Komcad yang tidak melaksanakan penugasan pada saat mobilisasi tanpa alasan yang sah; dan

3). Setiap Anggota Komponen Cadangan yang menolak perpanjangan masa bakti pada saat mobilisasi tanpa alasan yang sah.

Juga diatur ketentuan pidana kurungan paling lama 1 tahun bagi:

Dalam dokumen 2011 Journal Dignitas No.VII 2011 (Halaman 51-73)