• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencahayaan

2.1.6 Komposisi Dan Arah Cahaya

Peran komposisi adalah untuk mengoptimalkan penataan cahaya yang tepat antara pencahayaan umum (general lighting), pencahayaan setempat (task lighting) dan decorative lighting.Kepekaan, kreativitas, dan rasa seni sangat dibutuhkan untuk menciptakan komposisi yang baik. Adapun arah pencahayaan

secara garis besar terbagi atas lima kategori yaitu down light, up light, side light, back light, dan front light. Dalam suatu ruangan sering kali sumber cahaya berasal dari kombinasi arah-arah cahaya tersebut. Selain itu, pemakaian lampu merupakan faktor penting dalam mengarahkan dan merefleksikan cahaya sesuai keinginan (Istiawan dan Kencana, 2006).

1. Down Light (arah cahaya ke bawah)

Arah pencahayaan ini berasal dari atas dengan tujuan untuk memberikan cahaya pada objek dibwahnya. Pada umumnya setiap ruangan di rumah tinggal memerlukan pencahayaan down light agar cahaya dapat tersebar merata. Lampu yang digunakan biasanya berasal dari lampu yang dipasang di langit-langit rumah dengan posisi lampu menjorok keluar, masuk ke dlaam, menempel pada tembok, atau berupa lampu gantung. Jenis lampu down light untuk pencahayaan merata terdiri dari beberapa variasi seperti lampu pijar, neon, dan compact flourecence dengan distribusi cahaya yang besar. Down light untuk decorative lighting diatur melalui pengaturan sudut jatuh cahaya sehingga dapat menimbulkan kesan yang berbeda. Contohnya adalah wall washer, yaitu cahaya yang diarahkan ke dinding agar tekstur dan warna dinding lebih menonjol dan berdimensi (Istiawan dan Kencana, 2006).

Pada lampu down light, sumber cahaya yang biasa digunakan adalah kelompok lampu incandescent, seperti lampu pijar, halogen, dan lampu flouresens kompak, beberapa armatur lampu memang didesain untuk dapat menampung lebih dari satu sumber cahaya yang dihasilkan menjadi semakin besar (Manurung, 2009).

2. Up light (arah cahaya ke atas)

Posisi sumber cahaya dihadapkan ke atas sehingga arah cahaya berasal dari bawah ke atas. Up light umumnya berperan untuk dekoratif dengan kesan yanh megah, dramatis, dan memunculkan dimensi. Contoh aplikasi pencahayaan ini misalnya pada kolom rumah yang biasanya memakai lampu halogen.

Pencahayaan ini kadang-kadang disebut juga sebagai valance lighting. Up light juga dapat digunakan untuk pencahayaan umum, yaitu dengan memantulkan cahaya ke langit-langit sehingga penyebarannya lebih lembut dan merata. Aplikasi seperti ini biasanya dilakukan di ruang-ruang dengan suasana teduh seperti kamar tidur. Selain itu, up light juga diaplikasikan di plafon yang tidak datar (Istiawan dan Kencana, 2006).

Karena letaknya yang berada di bawah, armatur untuk setiap lampu up light harus kuat terhadap benturan, mampu menahan beban tertentu, kedap air, anti karat, namun tetap mudah dalam perawatan dan pergantian lampu (Manurung, 2009).

3. Back Light (arah cahaya dari belakang)

Arah pencahayaan berasal dari belakang obyek. Back light ini bertujuan untuk memberi aksentuasi pada obyek seperti menimbulkan siluet. Jenis pencahayaan memberikan pinggiran cahaya yang menarik pada obyek dan bentuk obyek menjadi lebih terlihat (Istiawan dan Kencana, 2006).

4. Side Light (arah cahaya dari samping)

Fungsi arah pencahayaan dari samping ini sama degan pencahayaan jenis back light, yaitu untuk memberikan aksen pada obyek tertentu. Biasanya side light

digunakan pada benda-benda seni untuk menonjolkan nilai seninya (Istiawan dan Kencana, 2006).

5. Front Light (arah cahaya dari depan)

Front light berarti sumber cahaya berada di depan obyek dan biasanya di aplikasikan pada obyek dua dimensi seperti lukisan atau foto. Itulah sebabnya cahaya front light sebaiknya merata sehingga dapat membuat obyek terlihat apa adanya, kecuali jika ada bagian tertentu yang ingin ditonjolkan (Istiawan dan Kencana, 2006).

2.1.7 Disain Pencahayaan

Pencahayaan digunakan untuk menentukan bentuk dan skala jarak. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam mendisain sistem pencahayaan yang memenuhi syarat secara kualitas dan kuantitas, yaitu :

a) Menetapkan komposisi pencahayaan dengan memperhatikan rasio kecemerlangan dan tekstur yang tepat. Bila diinginkan pencahayaan pada permukaan ruang agar menjadi bentuk yang spesial dan menarik, dapat dicapai dengan memodifikasi ilusi (Pamudji dkk, 2006).

b) Mengidentifikasi tingkat pencahayaan untuk aktivitas tugas tertentu, misalnya membaca tulisan tangan dengan pensil pada kalitas kertas yang jelek, mengetik, membaca screen chart atau menggambar. Berdasar pada perhitungan efek kontras dan penampilan performasi tugas banyak tergantung pada faktor umur, tingkat keceapatan dan ketepatan pelaksanaan tugas, latar belakang pantulan dan detal-detail yang terlihat (Pamudji dkk, 2006).

c) Menampilkan suatu objek, misalnya melalui penonjolan warna, kerlipan cahaya, bayangan dan model-model dengan mendefnisikan dan mengevaluasi objek-objek (Pamudji dkk, 2006).

d) Memilih sistem pencahayaan yang tepat dari berbagai jenis lampu. Sebuah bidang membutuhkan pencahayaan yang sempurna dan konsisten dari sinar lampu. Untuk suatu tempat yang tersembunyi dibutuhkan tambahan cahaya langsung dari suatu sumber, misalnya dengan menambah lebih dari satu titik pencahayaan, seperti untuk ilusi plafon dan untuk mempertegas cahaya.

Pencahayaan dengan lampu dikaitkan dengan struktur bangunan sehingga dapat membantu unutk menyatakan sifat dari suatu permukaan atau bentuk-bentuk struktural (Pamudji dkk, 2006).

e) Sinar matahari dimanfaatkan untuk melengkapi pencahayaan listrik tetapi apabila cahaya matahari sudah dianggap cukup memadai, maka pencahayaan listrik bisa dihemat, bahkan kalau perlu dimatikan.

Pengontrolan cahaya edaknya dikoordinasikan dengan penempatan-penempatan perabot, jadwal pemakaian ruang dan area kerja (Pamudji dkk, 2006).

2.1.8 Standar Pencahayaan

Penerangan merupakan suatu aspek lingkungan fisik penting bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan bahwa penerangan yangtepat dan disesuaikan dengan pekerjaan berakibat produksi yang maksimal dan ketidakefisienan yang minimal sehingga mengurangi terjadinya kecelakaan (Suma’mur, 2009).

Standar intensitas pencahayaan yang ditetapkan oleh Illuminating Engineering Society (IES), sebuah area kerja dapat dikatakan memiliki pencahayaan yang baik apabila memiliki iluminasi sebesar 300 lux yang merata pada bidang kerja. Apabila iluminasinya kurang atau lebih dari 300 lux, makadapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja dan pada akhirnya menurunkan kinerja pekerja (Fayrina, 2012). Sedangkan standar penerangan menurut Kepmenkes RI No. 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, tercantum dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.1 Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002

Jenis Kegiatan Tingkat Pencahayaan

Minimal (lux) Keterangan Pekerjaan kasar dan tidak

terus menerus 100 Ruang penyimpanan

danruRuang

penyimpanan dan ruang peralatan / instalasi yang

Pekerjaan rutin 300 R.administrasi, ruang

kontrol, pekerjaan mesin dan peralatan / penyusunan.

Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau

bekerja dengan mesin kantor, pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin

Pekerjaan Halus 1000 Pemilihan warna

pemrosesan tekstil, pekerjaan mesih halus dan perakitan halus.

Pekerjaan amat halus 1500

Tidak menimbulkan

2.1.9 Pengukuran Intensitas Pencahayaan

Intensitas dalam penerangan dinyatakan dalam satuan “lux”. Dalam

kerja alat ini berdasarkan pengubahan energi cahaya menjadi tenaga listrik olehphotoelectric cell. Berdasarkan SNI 16-7062-2004 intensitas penerangan diukur dengan 2 cara yaitu :

1) Pencahayaan Umum

Pada pencahayaan umum pengukuran dilakukan pada setiap meter persegi luaslantai. Penentuan titik pengukuran umum meliputi titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter darilantai.

2) Pencahayaan Lokal

Pada pencahayaan lokal pengukuran dilakukan di tempat kerja atau meja kerja pada objek yang dilihat oleh tenaga kerja. Pengukuran titik pengukuran lokal meliputi objek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan kerja.

2.1.10 Pengaruh Pencahayaan terhadap Kesehatan

Tingkat pencahayaan yang baik memungkinkan seseorang untuk bekerja dengan efisiensi kerja yang maksimal. Kemudahan untuk melihat suatu objekserta kejelasan dalam melihat objek kerja dipengaruhi oleh kekontrasan. Kontras yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kesilauan. Akibat dari kurangnya pencahayaan di lingkungan kerja menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para pekerjanya. Kurangnya pencahayaan akan memaksa seseorang untuk mendekatkan matanya ke arah objek yang bertujuan memperbesar ukuran objek.

Sebaliknya, pencahayaan yang berlebihan juga akan menyebabkan kesilauan bagi para pekerja. Kedua hal ini menyebabkan akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap (Fayrina, 2012). Menurut NIOSH

beberapa gejala kelelahan mata antara lain : mata tegang, penglihatan kabur, penglihatan rangkap/ganda, mata merah, mata perih,mata berair, mata gatal atau kering dan sakit (Haeny, 2009).

Menurut Suma’mur (2009) tingkat pencahayaan yang buruk di tempat kerja dapat mengakibatkan dampak yang buruk terhadap kesehatan pekerja, antara lain:

a. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja;

b. Kelelahan mental/psikis;

c. Keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata;

d. Kerusakan mata; dan

e. Meningkatnya peristiwa kecelakaan.

2.2 Mata

Mata adalah alat indra kompleks yang berevolusi dari bintik-bintik peka sinar yang primitif pada permukaan invertebrata. Di dalam wadahnya yang efektif, seiap mata memiliki lapisan resepotor, sisitem lensa yang memfokuskan cahaya ke reseptor tesebut, serta sistem saraf yang menghantarkan impuls dari reseptor ke otak ( Ganong, 2008 ).

2.2.1 Bagian-Bagian Mata

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu (Ilyas, 2014) :

1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada

terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera.

2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut pedarahan suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlahsinar masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh saraf simpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar dipersarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak dibelakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.

3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retine dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina. Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita.

4. Kornea (Latin cornum= seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jairngan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis :

1. Epitel

2. Membran Bowman 3. Stroma

4. Membran Descemet 5. Endotel

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata disebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dan 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.

5. Uvea, merupakan lapis vaskular di dalam bola mata yang tediri atas iris, badan siliar dan koroid. Pendarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang di perdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat massuk saraf optik dam 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial, inferior dan satu pada otot rektus lateral.arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Uvea posteior mendapat perdarahan dari 15-20 buah arteri siliar posterior bovis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik.

6. Pupil, dimana pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis. Oarang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis. Pupil waktu tidur kecil, hal ini dipakai sebagai ukuran tidur,

simulasi, kornea dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari 1. Berkurangnya rangsangan simpatis

2. kurang rangsangan hambatan miosis.

7. Sudut bilik mata depan dibentuk jaringan korneosklera dengan pangka; iris.

Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata maka akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi atau galukoma. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal schlemm, baji sklera, garis schwalbe dan jonjot iris.

8. Lensa mata, dimana jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata dan bersifat benign. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi. Lensa berbentuk lempeng cakram biokonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memdatnya serat lensa dibagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa.

Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa.

9. Badan kaca meupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu

mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi uang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina.

10. Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan lapis fotoresepto, membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi, lapis nukleus luar, lapis pleksiform luar, lapis nukleus dalam, lapis pleksiform dalam, lapis sel ganglion, lapis serabut saraf dan membran limitan interna (Ilyas, 2014).

2.2.2 Gambaran Anatomi Mata

Lapisan protektif luar bola mata, sklera, mengalami modifikasi dibagian anterior untuk membentuk kornea yang transparan, tempat masuknya berkas cahaya ke mata. Di bagian dalam sklera terdapat koroid, lapisan yang mengandung banyak pembuluh darah yang memberi makan struktu-struktur di dalam bola mata. Lapisan di dua pertiga posterior koroid adalah retina, jaringan saraf yang mengandung sel reseptor. Lensa krsitalina adalah struktur jernih yang dipertahankan di tempatnya oleh ligamentum lensa (zonula) sirkular. Zonula melekat ke bagian interior koroiod yang menebal, badan siliaris. Badan siliaris mengandung serabut-serabut otot sirkular dan serabut-serabut otot longitudinal yang melekat ke dekat taut kornesklera. Di depan lensa terdapat iris yang opak dan berpigmen, yaitu bagian mata yang berwarna. Iris mengandung serabut-serabut otot sirkular yang mengecilkan dan serabut-serabut-serabut-serabut radial yang melebarkan pupil. Variasi pada diameter pupil dapat menghasilkan perubahan jumlah yang cahaya yang mencapai retina sampai lima kali lipat.

Ruang di antara lensa dan retina sebagian besar terisi oleh cairan gelaltinosa jernih yang disebut vitreosa (vitrea humor). Aqueous humor, cairan jerih yang memberi nutrisi ke kornea dan lensa, dihasilkan di badan siliaris melalui difusi dan transpor aktif plasma. Cairan ini mengalir melalui pupil dan mengisi ruang anterior mata. Cairan ini dalam keadaan normal diserap kembali melalui jaringan trabekula ke dalam kanal Schlemm, yakni saluran vanosa pada sambungan antara iris dan kornea (sudut bilik anterior). Sumbatan pada saluran keluar ini akan menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Peningkatan tekanan intraokular tidak menyebabkan glaukoma, suatu penyakit degeneratif karena terjadi kerusakan sel ganglia retina, dan sebagian kecil pasien dengan penyakit ini memiliki tekanan intraokular yang normal (10-200 mm Hg). Namun, peningkatan tekanan menyebabkan glaukoma memburuk, dan terapi ditujukan unutk menurunkan tekanan ini. Salah satu penyebab peningkatan tekanan adalah penurunan pada permeabilitas pada trabekula (glaukoma sudut terbuka ), dan yang lain adalah gerakan iris ke depan sehingga menutup sudut (glaukoma sudut tertutup (Ganong, 2008).

2.2.3 Keluhan Kesehatan Mata 2.2.3.1 Kelelahan Mata (Astenopia)

Astenopia merupakan gejala yang diakibatkan oleh upaya berlebih dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi yang kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan (Supriati, 2012).

Kelelahan mata akibat dari pencahayaan yang kurang baik akan menunjukkan gejala kelelahan mata. Kelelahan mata dapat dikurangi dengan

memberikan pencahayaan yang baik di ruangan. Gejala kelelahan mata yang sering muncul antara lain, kelopak mata terasa berat, terasa ada tekanan dalam mata, mata sulit dibiarkan terbuka,merasa enak kalau kelopak mata sedikit ditekan, bagian mata paling dalam terasa sakit, perasaan mata berkedip, penglihatan kabur tidak bisa difokuskan,penglihatan terasa silau, penglihatan seperti berkabut walau mata difokuskan, mata mudah berair, mata pedih dan berdenyut, mata merah, jika mata ditutup terlihat kilatan cahaya, kotoran mata bertambah, tidak dapat membedakan warna sebagaimana biasanya, ada sisa bayangan dalam mata, penglihatan tampak ganda,mata terasa panas dan mata terasa kering (Affandi, 2005).

Menurut Sheedy (2004) yang dikutip Hanum (2008), sering dan lamany aseseorang bekerja dengan komputer dapat mengakibatkan keluhan serius pada mata. Mata yang lelah (astenopia) akan memberikan keluhan demikian.

Mata lelah dapat diakibatkan (Ilyas, 2014) : 1. Letih

2. Kaca mata belum dipakai 3. Mata berbakat juling atau foria

4. Kaku akomodasi, astenopia akomodatif 5. Astenopia konvergensi

6. Kongesti pasif mata 7. Histeria

2.2.3.1.1 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Mata Pengguna Komputer

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada pengguna komputer, antara lain (Cahyono, 2005) :

a. Usia

Menurut National Aging Safety Database (NASD) usia yang semakin lanjut mengalami kemunduran dalam kemampuan mata untuk mendeteksi lingkungan.

Hal ini akan meningkatkan risiko kecelakaan. Dengan bertambahnya usia menyebabkan lensa mata berangsur-angsur kehilangan elastisitasnya dan agak kesulitan melihat pada jarak dekat. Hal ini akan menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan ketika mengerjakan sesuatu pada jarak dekat, demikian pula penglihatan jauh. Presbiopia atau kelainan akomodasi yang terjadiakibat dari penuaan lensa biasanya timbul setelah usia 40 tahun.

Pada usia 20 tahun manusia pada umumnya dapat melihat objek dengan jelas. Sedangkan pada usia 45 tahun kebutuhan terhadap cahaya empat kali lebih besar. Semakin tua seseorang, lensa semakin kehilangan kekenyalan sehingga daya akomodasi makin berkurang dan otot-otot semakin sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Begitu pula sebaliknya, semakin muda seseorang kebutuhan cahaya akan lebih sedikit dibandingkan dengan usia yang lebih tua dan kecenderungan mengalami kelelahan mata lebih sedikit (Suptandar, 2006).

Menurut Ilyas (2014) usia juga berpengaruh terhadap daya akomodasi.

Semakin tua usia seseorang, daya akomodasi akan semakin menurun.

Jarakterdekat dari suatu benda agar dapat dilihat dengan jelas dikatakan “titik

dekat” atau punktum proksimum. Pada saat ini mata berakomodasi sekuat-kuatnya atau berakomodasi maksimum. Sedangkan jarak terjauh dari benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dapat dikatakan bahwa benda terletak pada “titik jauh”

atau punktum remotum dan pada saat ini mata tidak berakomodasi atau lepas akomodasi.

2.2.3.2 Mata Berair

Mata berair merupakan kondisi dimana air mata keluar secara berlebihan akibat saluran air mata yang tidak berfungsi secara normal. Mata berair terjadi karena adanya penyumbatan pada sistem drainase lakrimal pada mata.

Penyumbatan ini terjadi disebabkan oleh penyempitan saluran nasorakrimal.

Keluhan mata berair juga dapat ditemukan pada seseorang yang berusia lanjut dengan udara dingin atu panas, emosi, benda asing di kornea, erosi kornea, kelainan fungsi ekskiresi lakrimal, kelelahan mata atau astenopia, radang kornea dan iris, glaukoma, dan konjungtivis (Ilyas, 2014).

2.2.3.3 Sakit Kepala

Sakit kepala atau tegang di tengkuk dan leher pada pengguna komputer dipicu oleh posisi duduk yang tidak benar dan gangguan mata yang dialami akibat dari CVS (Computer Vision Syndrome) yang dialami oleh pengguna komputer.

Faktor lain yang berpengaruh yaitu kondisi mata (astigmatisma dan hipermetropia) dan kondisi lingkungan kerja yang tidak layak ( silau, kurang pencahayaan, dan penyusunan letak komputer yang tidak layak) (Affandi, 2015).

Sakit kepala merupakan keluhan penderita yang paling sering ditemukan.

seperti terlalu lama di depan layar komputer. Menurut kedaruratan, maka penyebab kelainan mata yang dapat memberikan keluhan sakit kepala ialah glaukoma akut, glaukoma simpleks, pasca herpes zoster, uveitis, selulotis orbita, endolftalmitis neuritis, semua kelainan yang memberikan keluhan fotofobia, kelainan refraksi yang tidak dioperasi, anisomtropia, prepobia dan juling.

Pemakaian miotika dapat pula menyebabkan sakit kepala. Sakit kepala dapat juga timbul akibat kelainan lain seperti pada sinusitis, histeria, migren, neuralgi trigeminus, neuralgia hipertensif, sakit gigi, tekanan intrakranial meninggi, meningitis atau adanya proses intrakranial lainnya.

Sering keluhan seseorang dengan sakit kepala yang menduga adanya hubungan dengan kelainan mata. Berbagai penyakit sistemik dapat memberikan keluhan sakit kepala. Sakit kepala dapat frontal temporal dan oksipital, yang dapat disebabkan sinus paranasal, gigi, hidung, tenggorok, infeksi. Bila sakit kepala berjalan kronis dapat disebabkan gangguan fisik, lelah, emosi, psikosomatik, demam, kelainan metabolik, dan keracunan. Hal perlu diperhatikan ialah apakah sakit kepala disertai demam, edema papil, kaku tengkuk, tanda saraf lainnya , dan penurunan tajam penglihatan, selain apakah disertai mual dan muntah (Ilyas, 2014).

2.2.3.4 Mata Kering dan Pedih

Keluhan mata kering bisa terjadi karena peningkatan penguapan air mata dan berkurangnya sekresi air mata. Kedua hal tersebut diakibatkan oleh kebutuhan untuk dapat memusatkan penglihatan pada suatu objek atau cahaya pada monitor.

Keluhan mata kering bisa terjadi karena peningkatan penguapan air mata dan berkurangnya sekresi air mata. Kedua hal tersebut diakibatkan oleh kebutuhan untuk dapat memusatkan penglihatan pada suatu objek atau cahaya pada monitor.