• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS INTENSITAS CAHAYA DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN SERTA KELUHAN MATA PADA PENGGUNA GAME ONLINE DI KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2017 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS INTENSITAS CAHAYA DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN SERTA KELUHAN MATA PADA PENGGUNA GAME ONLINE DI KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2017 SKRIPSI"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH :

EVA UHURMA DEARNI SARAGIH NIM. 131000368

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TAHUN 2017

Sripsi ini Diajukan Sebagai

Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

EVA UHURMA DEARNI SARAGIH NIM. 131000368

DEPARTEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)
(4)

yang cukup. Intensitas cahaya yang kurang akan menyebabkan kelelahan pada otot dan saraf mata yang berlanjut pada kelelahan lokal mata dan akhirnya menimbulkan keluhan keseluruhan fisiologis mata pada seorang.

Penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk menganalisis intensitas cahaya dan karakteristik pengguna game online serta keluhan mata pada pengguna game online di Kecamatan Medan Tembung.

Populasi pengguna game online di Kecamatan Medan Tembung adalah 85 orang di lima warnet yang berbeda yang ada di Kelurahan Indrakasih.

Pengumpulan data dari pengukuran langsung intesitas cahaya dengan menggunakan alat Luxmeter dan wawancara dengan menggunakan kuesioner tentang karakteristik pengguna game online. Hasil pengukuran dan wawancara disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan intensitas cahaya pada pengguna game online adalah <300 lux dengan intensitas cahaya maksimum sebesar 90 lux dan minimum 30 lux dan rerata intensitas cahaya sebesar 49 lux.

Keluhan mata yang dialami oleh pengguna pada umumnya setelah menggunakan komputer lebih dari 2 jam yaitu mata merah 29 responden (64,4%), mata berair 31 responden (68,9%), mata pedih 38 responden (84,4%), mata kering 25 responden (55,6%), penglihatan kabur 29 responden (64,4%) dan sakit kepala 26 responden (57,8%).

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan pada pemilik warnet untuk menambah intensitas cahaya dengan menghidupkan lampu diruangan game online, diharapkan pada pengguna untuk mengurangi terang kontras cahaya komputer agar menjaga kesehatan mata dan mengatur posisi duduk dengan layar monitor tidak <50 cm serta mengurangi durasi penggunaan komputer perhari nya untuk menghindari terjadinya keluhan pada mata pengguna.

Kata Kunci : Intensitas Cahaya, Keluhan Mata

(5)

fatiguen muscles and nervous of the eye that continued on local eye fatigue and eventually influenced to overall physiological on eye complaints.

This research was a survey descriptive, aimed to analyze the intensity of the light and the characteristics of the online gamers as well as eye complaints on the online gamers in Medan Tembung.

Online gamers population in district Medan Tembung were 85 participants in five different internet which is in the Indrakasih Village. Data collected directly from measurements using light intenisitas Luxmeter and interviews using questionnaires about the characteristics of the online gamers.

The results of the measurements and interviews presented in descriptive in the form of a table.

The results showed that the overall intensity of light on the online gamers was < 300 lux intensity with a maximum intensity was 90 lux and the minimum intensity was 30 lux and the average of light intensity was 49 lux. The eye complaints by online gamers in general were red eye respondents (64,4%), watery eyes 31 respondents (68,9%), the poignant eyes 38 respondents, dry eyes 25 respondents (55,6%), blurry eyes 29 respondents and headeches 26 respondents (57,8%0.

Based on the reasearch results, it was advisible to the owner internet cafe to switch on the headlights on the game online room, expected on the usres to reduce the contrast of the bright light of their computer to maintain eye health and set up a sitting position with the monitor not < 50 cm as well as and reduced the duration using of computer in a day to avoid the occurrence of the eye compalints of the users.

Keywords : Light Intensity, Eye Complaints

(6)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak pernah berhenti memberikan berkat dan karuniNya. Adapun judul skripsi penulis berjudul

“ANALISIS INTENSITAS CAHAYA DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN SERTA KELUHAN MATA PADA PENGGUNA GAME ONLINE DI KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2017”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan penulis sebagai manusia dengan segala kekurangan.

Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan moril dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan trimakasih kepada Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D dan Dr. dr. Taufik Ashar, MKM, selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah meluangkan waktunya dengan keikhlasan hati untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. dr. Taufik Ashar, MKM, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 3. Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D dan Dr. dr. Taufik Ashar, MKM, selaku

Dosen Pembimbing I dan II.

(7)

4. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes dan Ir. Evi Naria M.Kes selaku Dosen Penguji I dan II

5. Alm dr. Muhammad Arifin Siregar, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik

6. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU terutama Departemen Kesehatan Lingkungan (Kak Dian) yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Seacara Khusus, penulis mengucapkan terima kasih begitu besar dan tidak terhingga kepada :

1. Kedua Orangtua yang sangat terkasih Maruli Saragih dan Sayurma Damanik yang selalu memberi doa, dukungan, perhatian dan mendidik dengan kasih sayang yang sangat luar biasa kepada penulis selama ini.

2. Abang tersayang Rasialim Saragih dan Feby Alex Saragih S.pd, kakak tersayang Marivah Eva dan Sarianta Purba A.md, dan kakak yang paling terkasih Evi Rodearni saragih yang senantiasa mendoakan, menyayangi, memberi dukungan dan semangat serta perhatian yang sangat luar biasa pada penulis sampai skripsi ini dapat selesai.

3. Sahabat terbaik penulis, Ranita Damanik, Remasta Purba dan Frechilia Ramos yang selalu memberikan semangat penulis.

4. Teman-teman satu kost tersayang (Liak, Toweng, Mangoy, Valen, Agus, Natal,Wiwik, Irene, Tesa, Agni, Ulfa, Putri, Kak Tatik, Gigik,

(8)

Kak Siti, Kak Ribka, Titin dan Kak Lisa) yang selalu memberikan semangat penulis.

5. Sahabat-sahabat tersayang (Elida, Trisna, Vero, Tika, Mega, dan Ricky) yang memberi motivasi, masukan, dan perhatian pada penulis sampai skripsi ini dapat selesai.

6. WSD 17 tercinta (Sari, Lidya, Elida dan Era) yang selalu memberikan semangat dan memotivasi penulis dalam pengerjaan skripsi ini hingga selesai.

7. Kakak terbaik dan yang termanis, Widyana Siregar dan Sri Utari Sianturi yang telah memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis hingga skripsi ini selesai

8. Adek terbaik, Pipin Saragih yang sudah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis dalam proses pengerjaan skripsi ini.

9. Teman-teman penulis, Agi Nurhayati, Fery Ismail, Indah Atmantah yang telah memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis dalam proses pengerjaan skripsi ini.

10. Teman-teman PBL Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan (Bang Bram, Kak Icha, Rika, Rispa, Nanda, dan Putri).

11. Teman-teman LKP di BAPPEDA PROVSU (Vero, Sari, Naya, Ayu dan Junita).

12. Kelompok Kecil Chronicles Fidelis (Magda, Trisna, Nova,Valen, Tika dan Kak Ita) yang memberikan dukungan, semangat dan doa kepada penulis.

(9)

Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkat dan KaruniaNYA kepada kita semua dan penulis berharap semoga skripsi ini bermamfaat.

Medan, Maret 2017

Penulis

(10)

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR ISTILAH ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

RIWAYAT HIDUP ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 5

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pencahayaan ... 8

2.1.1 Definisi Cahaya ... 8

2.1.2 Sifat Fisik Cahaya ... 9

2.1.3 Sumber Cahaya ... 10

2.1.4 Tipe Pencahayaan ... 14

2.1.5 Klasifikasi Sistem Pencahayaan ... 16

2.1.6 Komposisi Dan Arah Cahaya ... 18

2.1.7 Desain Pencahayaan ... 21

2.1.8 Standar Pencahayaan ... 22

2.1.9 Pengukuran Intensitas Pencahayaan... 24

2.1.10 Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kesehtan ... 25

2.2 Mata ... 26

2.2.1 Bagian-Bagian Mata ... 26

2.2.2 Gambaran Anatomi Mata ... 30

2.2.3 Keluhan Kesehatan Mata ... 31

2.2.3.1 Kelelahan Mata ... 31

2.2.3.1.1 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Mata Pengguna Komputer ... 33

2.2.3.2 Mata Berair ... 34

2.2.3.3 Sakit Kepala ... 34

2.2.3.4 Mata Kering ... 35

(11)

2.2.5 Istiahat Mata ... 40

2.2.6 Jarak Layar Monitor ke Mata ... 41

2.3 Kerangka Konsep Penelitian ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

3.1 Jenis Penelitian... 43

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 43

3.2.2 Waktu Penelitian ... 43

3.3 Populasi dan Sampel ... 43

3.3.1 Populasi ... 43

3.3.2 Sampel ... 44

3.3.2.1 Cara Pengambilan Sampel ... 45

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.4.1 Data Primer ... 45

3.5 Definisi Operassional ... 45

3.6 Cara Kerja ... 46

3.7 Aspek Pengukuran ... 47

3.8 Teknik Analisa Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 49

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Medan Tembung ... 49

4.1.1 Geografi ... 49

4.1.2 Kependudukan ... 49

4.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50

4.3 Hasil Penelitian ... 51

4.3.1 Karakteristik Responden ... 51

4.3.2 Intensitas Cahaya... 53

4.3.3 Keluhan Mata Responden ... 55

BAB V PEMBAHASAN ... 71

5.1 Karakteristik Responden ... 71

5.1.1 Usia... 71

5.1.2 Jenis Kelamin ... 72

5.1.3 Pendidikan ... 72

5.1.4 Lama Waktu Penggunaan Komputer ... 73

5.1.5 Jarak Pandang Ke Layar Monitor... 75

5.1.6. Istirahat Saat Menggunakan Komputer ... 76

5.2 Intensitas Cahaya ... 78

5.3 Keluhan Mata ... 79

(12)

DAFTAR PUSTAKA ... 84 DAFTAR LAMPIRAN ... 88

(13)

Tabel 2.1 Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405

Tahun 2002 ... ...24 Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia, Pendidikan, Lama

Penggunaan Komputer, Jarak Pandang ke Layar Monitor, dan Istirahat Menggunakan Komputer pada Pengguna Game Online di Kecamatan Medan Tembung Tahun 2017...52 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Titik Pengukuran Intensitas

Cahaya pada Pengguna Game Online di Kecamatan Medan Tembung Tahun 2017...54 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Mata dengan Intensitas

Cahaya < 300 Lux pada Pengguna Game Online di Kecamatan

Medan Tembung Tahun 2017...55 Tabel 4.4 Tabulasi Silang Umur Responden dengan Keluhan Mata Merah pada

Pengguna Game Online ...56 Tabel 4.5 Tabulasi Silang Umur Responden dengan Keluhan Mata Berair pada

Pengguna Game Online...56 Tabel 4.6 Tabulasi Silang Umur Responden dengan Keluhan Mata Pedih pada

Pengguna Game Online...57 Tabel 4.7 Tabulasi Silang Umur Responden dengan Keluhan Mata Kering pada

Pengguna Game Online...57 Tabel 4.8 Tabulasi Silang Umur Responden dengan Keluhan Mata Kabur pada

Pengguna Game Online...58 Tabel 4.9 Tabulasi Silang Umur Responden dengan Keluhan Sakit Kepala pada

Pengguna Game Online...58 Tabel 4.10 Tabulasi Silang Lama Waktu Penggunaan Komputer dengan Keluhan

Mata Merah pada Pengguna Game Online...59 Tabel 4.11 Tabulasi Silang Lama Waktu Penggunaan Komputer dengan Keluhan

Mata Berair pada Pengguna Game Online...59

(14)

Mata Kering pada Pengguna Game Online...60 Tabel 4.14 Tabulasi Silang Lama Waktu Penggunaan Komputer dengan Keluhan

Mata Kabur pada Pengguna Game Online...61 Tabel 4.15 Tabulasi Silang Lama Waktu Penggunaan Komputer dengan Keluhan

Sakit Kepala pada Pengguna Game Online...61 Tabel 4.16 Tabulasi Silang Jarak Pandang Ke Layar Komputer dengan Keluhan

Mata Merah pada Pengguna Game Online...62 Tabel 4.17 Tabulasi Silang Jarak Pandang Ke Layar Komputer dengan Keluhan

Mata Berair pada Pengguna Game Online...62 Tabel 4.18 Tabulasi Silang Jarak Pandang Ke Layar Komputer dengan Keluhan

Mata Pedih pada Pengguna Game Online...63 Tabel 4.19 Tabulasi Silang Jarak Pandang Ke Layar Komputer dengan Keluhan

Mata Kering pada Pengguna Game Online...63 Tabel 4.20 Tabulasi Silang Jarak Pandang Ke Layar Komputer dengan Keluhan

Mata Kabur pada Pengguna Game Online...64 Tabel 4.21 Tabulasi Silang Jarak Pandang Ke Layar Komputer dengan Keluhan

Sakit Kepala pada Pengguna Game Online...64 Tabel 4.22 Tabulasi Silang Istirahat Menggunakan Komputer dengan Keluhan

Mata Merah pada Pengguna Game Online...65 Tabel 4.23 Tabulasi Silang Istirahat Menggunakan Komputer dengan Keluhan

Mata Berair pada Pengguna Game Online...65 Tabel 4.24 Tabulasi Silang Istirahat Menggunakan Komputer dengan Keluhan

Mata Pedih pada Pengguna Game Online...66 Tabel 4.25 Tabulasi Silang Istirahat Menggunakan Komputer dengan Keluhan

Mata Kering pada Pengguna Game Online...66 Tabel 4.26 Tabulasi Silang Istirahat Menggunakan Komputer dengan Keluhan

Mata Kabur pada Pengguna Game Online...67

(15)

di Kecamatan Medan Tembung Tahun 2017...68 Tabel 4.29 Hasil Uji Normalitas Intensitas Cahaya dengan Keluhan Mata pada

Pengguna Game Online di Kecamatan Medan Tembung

Tahun 2017...69 Tabel 4.30 Hasil Uji Korelasi Spearman Intensitas Cahaya dengan Keluhan

Mata pada Pengguna Game Online di Kecamatan Medan Tembung Tahun 2017...70

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 42

(17)

Singkatan Singkatan Dari

AC Air Conditioner

CVS Computer Vision Syndrome HID High Intensity Discharge

IES Illuminating Engineering Society

LED Light Emmiting Diade

NIOSH National Institute for Occupational Safety and Health WHO World Health Organization

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 88 Lampiran 2. Kepetusan Menteri Kesehatan No. 1405 Tahun 2002 ... 90 Lampiran 3 Denah Lokasi Penelitian...

Lampiran 4. Denah Ruangan Game Online...

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian...

Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Penelitian...

(19)

Tempat Lahir : Buntu Larangan Tanggal Lahir : 29 Mei 1995

Suku Bangsa : Batak Simalungun

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Maruli Saragih

Suku Bangsa Ayah : Batak Simalungun

Nama Ibu : Sayurma Br Damanik

Suku Bangsa Ibu : Batak Simalungun

Pendidikan Formal

1. SD/ Tamat Tahun : SD N 106226 Padan Baru Kec. Dolok Masihul/ 2007 2. SLTP/Tamat Tahun : SMP N 1 Dolok Masihul/ 2010

3. SMA/Tamat Tahun : SMA N 1 Dolok Masihul 4. Lama studi di FKM USU : 3 tahun 6 bulan

(20)

1.1 Latar Belakang

Cahaya memiliki fungsi yang sangat penting khususnya pada rumah tempat tinggal. Pencahayaan merupakan jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan sebagai berikut yaitu : pencahayaan alami maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan dan memiliki intensitas sesuai dengan peruntukannya (Kepmenkes, 2002).

Pencahayaan yang baik memungkinkan pekerja memilih objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu. Intensitas cahaya yang baik sangat mempengaruhi mata, jika cahaya yang kurang otot mata harus berkontraksi semaksimum mungkin untuk melihat objek atau sebaliknya, jika ini terjadi terus menerus dapat menyebabkan kerusakan pada mata. Suatu penerangan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu objek secara visual.

Kuat penerangan baik yang tinggi, rendah, maupun yang menyilaukan berpengaruh terhadap kelelahan mata maupun ketegangan syaraf (Manurung, 2009).

Pencahayaan ruangan, khususnya di tempat kerja yang kurang memenuhi persyaratan tertentu dapat memperburuk penglihatan, karena jika pencahayaan terlalu besar ataupun kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang

(21)

secara berlebihan, karena jika pencahayaan lebih besar atau lebih kecil, pupil mata harus berusaha menyesuaikan cahaya yang dapat diterima oleh mata. Pupil akan mengecil jika menerima cahaya yang besar (Wahyuni dkk, 2014).

Pengaturan kontras, kecerahan monitor yang tidak baik, pantulan cahaya pada monitir dari pencahayaan ruangan, monitor yang tidak ergonomis, pendingin ruangan menambah beban mata dan menyebabkan keluhan pada mata disebut Computer Vision Syndrome (CVS) mulai dari rasa nyeri, lelah, mata merah, mata berair, hingga iritasi mata yang bisa mengakibatkan katarak (Sutarno dan Rossi, 2015).

Berdasarkan suatu survei di Amerika Serikat, rata-rata waktu kerja yang digunakan untuk bekerja dengan komputer adalah 5,8 jam atau 69% dari total 8 jam kerja. Salah satu penyakit atau gangguan kesehatan yang ditimbulkan akibat penggunaan komputer adalah keluhan kesehatan pada mata diantaranya kelelahan mata, mata merah, mata kering dan perih serta sakit kepala. Timbulnya gangguan keluhan kesehatan pada mata dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari faktor pekerja (pengguna komputer) maupun faktor lingkungan (Supriati, 2012).

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2008 oleh seorang pakar adiksi video game di Amerika, Mark Griffiths dari Nowingham Trent University, pada anak usia awal belasan tahun menemukan hampir sepertiganya bermain online game setiap hari, “yang lebih mengkhawatirkan sekitar 7%-nya bermain paling sedikit selama 30 jam per minggu.” (Syahran 2015).

Studi yang dilakukan American Optometric Association (AOA) mencetuskan bahwa radiasi komputer dapat menyebabkan keluhan. Kebanyakan

(22)

gejala yang dikeluhkan responden adalah soal kelelahan mata, pandangan menjadi kabur dan mata kering.

Menurut AOA pengguna komputer lebih dari 2 jam perhari secara terus menerus dapat beresiko mengalami gejala CVS (Copmuter Vision Syndrome).

Melihat komputer terus menerus dapat menyebabkan mata lelah sehingga sulit fokus/pandangan kabur, pedih, berair, merah, kering dan dapat juga mengalami pusing atau sakit kepala. Fenomena ini dikenal sebagai computer vision syndrome.

Normalnya setiap orang akan mengedip sekitar 18x setiap menitnya yang berguna untuk membantu menyegarkan mata. Ternyata ketika kita sedang menatap layar komputer, kemampuan mata untuk mengedip hanya setengahnya, sehingga mata mudah kering, lelah, penglihatan kabur dan pedih (Pres. Kom, 2015).

Data yang diperoleh penelitian Anggraini (2014) mengatakan bahwa sampai saat ini ada lebih dari 25 juta pemain game online di Indonesia. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Zurich Service Corporation (2010), 22,6% dari klaim asuransi pekerja diakibatkan oleh kondisi pencahayaan yang buruk.

Penelitian yang dilakukan National Eye Institute pada tahun 2004 di Amerika Serikat terdapat 37.000 kasus trauma mata yang di dalamnya termasuk kelelahan mata yang memicu terjadinya kecelakaan di tempat kerja (Fayrina, 2012).

Sejalan dengan penelitian Zurich, penelitian yang dilakukan Firasati (2012) pada tenaga kerja bagian recing PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara intensitas penerangan dengan kelelahan mata.

(23)

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmayanti dan Angela (2015) menunjukkan bahwa berdasarkan uji statistika antara variabel kualitas pencahayaan terhadap keluhan mata mendapatkan hasil terdapat dua variabel yang memiliki hubungan. Selain itu seluruh responden memiliki keluhan mata yang bervariasi dengan keluhan berupa mata terasa mengantuk dan nyeri dibagian leher atau bahu.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aulia (2010) tentang intensitas cahaya dan keluhan kesehatan mata pada pengguna game online di Kelurahan Padang Bulan Medan, menunjukkan bahwa keluhan kesehatan mata yang dialami pada intensitas cahaya yang kurang dari 300 lux seperti mata merah, mata berair , mata pedih, mata kering, mata panas, iritasi pada mata, dan sakit kepala.

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Juni 2009 terhadap 11 karyawan di bagian Customer Care dan Outbound Call, PT. Telkom Divre IV Jateng-DIY menunjukkan bahwa 10 orang (90,1%) mengalami keluhan mata jika bekerja dengan komputer. Sepuluh orang (90,1%) mengeluh mata terasa pedih, 9 orang (81,8%) mengeluh sakit kepala jika bekerja dengan komputer (Candra, 2009).

Melihat banyaknya game online yang ada di Kecamatan Medan Tembung dan pengguna game online yang semakin banyak baik dikalangan anak-anak hingga orang dewasa, serta melihat bagaimana dampak buruknya bagi kesehatan

mata, hal ini tentu dapat menganggu aktifitas dan kesehatan mata seseorang.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti, pada pengukuran yang dilakukan menggunakan Aplikasi Light Meter, hasil pengukuran intensitas

(24)

pencahayaan ruangan di beberapa game online di Kecamatan Medan Tembung yang bertempat di Kecamatan Medan Tembung berada dibawah standar yang disarankan Kepmenkes RI No.1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Indistri pada pekerjaan rutin (ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/penyusun adalah sebesar minimal 300 lux). Hasil wawancara dengan penjaga warnet mengatakan bahwa rata-rata pengguna game online adalah langganan atau pengguna tetap yang menggunakan komputer secara berulang di tempat tersebut.

Berdasarkan wawancara singkat yang saya lakukan dengan seorang pengguna game online di salah satu game online yang ada di Kecamatan Medan Tembung mengatakan bahwa penerangan di warnet tersebut memang kurang baik ditambah waktu penggunaan game online yang lama sehingga sering mengalami keluhan pada mata seperti penglihatan kabur, mata berair, dan sakit kepala.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menganalisis intensitas cahaya dan karakteristik responden serta keluhan mata pada pengguna game online di Kecamatan Medan Tembung tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Pengguna game online pada umumnya adalah pengguna tetap atau langganan yang biasanya bermain game online berjam-jam bahkan seharian dengan kondisi pencahayaan yang kurang. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk menganalisis intensitas cahaya dan karakteristik responden serta keluhan mata pada pengguna game online di Kecamatan Medan Tembung tahun 2017.

(25)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis intensitas cahaya dan karakteristik responden serta keluhan mata pada pengguna game online di Kecamatan Medan Tembung tahun 2017.

1.3.1 Tujuan Khusus

1. Menganalisis intensitas cahaya pada meja pengguna game online berulang 2. Menganalisis karakteristik responden pengguna game online seperti jenis

kelamin, usia, pendidikan, lama waktu penggunaan komputer, jarak pandang ke layar komputer, dan istirahat saat menggunakan komputer.

3. Mengetahui keluhan mata pada pengguna game online di Kecamatan Medan Tembung.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi mengenai keluhan kesehatan pada mata akibat pencahayaan yang tidak memenuhi standard.

2. Menambah wawasan masyarakat tentang pencahayaan dalam ruangan khusunya mengenai pencahayaan pada ruangan warnet game online.

3. Menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis tentang pengukuran intensitas pencahayaan dan dampaknya terhadap keluhan mata.

4. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya

5. Dapat menambah bahan pustaka bagi Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(26)

6. Sebagai bahan pertimbangan kepada masyarakat maupun pihak warnet agar mengevaluasi ulang pencahayaan di warnet game online tersebut.

(27)

2.1 Pencahayaan 2.1.1 Definisi Cahaya

Secara ilmu fisika cahaya adalah satu dari beberapa jenis energi gelombang (wave energy) yang disebut sebagai pancaran ekektromagnetik (electromagnetic radiation). Cahaya juga merupakan suatu bentuk energi yang pembentukannya terjadi dengan dua cara, yaitu pijaran (insandescence) dan pendaran (luminescence). Cara pjiaran adalah pelepasan cahaya olh objek panas misalnya, sinar matahari (di alam) atau besi yang dipanaskan sampai titik membaranya.

Sementara cara pendaran adalah pelepasan ccahaya tanpa menggunakan panas.

Contohnya, triboluminescence, yaitu ketika suatu jenis kristal, misalnya gula tiba- tiba diremukkan. Peremukan tersebut akan melepaskan sinar singkat (Istiawan, 2006).

Cahaya Menurut Kepmenkes No. 1405 tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Pencahayaan memiliki satuan lux (lm/m²), dimana lm adala lumens dan m² adalah satuan dari luas permukaan.

Intensitas pencahayaan merupakan tingkat pencahayaan yang memungkinkan pekerja dapat melihat objek dengan jelas. Pengaturan cahaya atau pencahayaan yang baik membuat ruangan tertentu menjadi nyaman untuk

(28)

dijadikan tempat istirahat. Rasa aman di rumah sendiri pun dapat tercipta dengan adanya pencahayaan yang baik (Istiawan dan Kencana, 2006).

Dalam teori pencahayaan, Jhon E. Kaufman dalam bukunya “lighting for safety” mengemukakan bahwa membahas sistem pencahayaan perlu dilakukan pemilahan dalam hal sumber cahaya, yaitu : cahaya alami (natural light) dan cahaya buatan (artificial light) dikarenakan masing-masing sumber tersebut memiliki karakter yang berbeda (Suptandar dkk, 2006).

2.1.2 Sifat Fisik Cahaya

Adapun sifat-sifat fisik cahaya yaitu : (Suptandar, 1996)

a. Sinar memperlihatkan spektrum warna yang menerus yaitu setiap panjang gelombang menunjukkan satu warna sinar.

b. Perpindahan warna dari yang satu ke warna yang lain berlangsung secara perlahan.

c. Warna putih adalah sinar yang berisi seluruh komposisi warna dengan intensitas yang sama pada satu bidang dan mata tersebut peka secara visual pada bidang ini.

d. Spektrum warna putih membentang antara 730µµ hingga 370µµ.

e. Nilai warna adalah jumlah energi penyinaran yang dipancarkan pada suatu panjang gelombang tertentu yang akan menimbulkan kesan warna atau nilai warna pada bidang tersebut.

f. Kesan warna yang dapat ditangkap oleh indera penglihatan, tergantung pada panjang gelombang sinar yang dapat ditangkap oleh mata.

(29)

2.1.3 Sumber Cahaya

Secara umum sumber pencahayaan dibedakan menjadi dua, yaitu pencahayaan alamiah dan pencahayaan buatan.

a. Pencahayaan Alamiah

Pencahayaan alamiah adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya alami berupa cahaya matahari dengan intensitas bervariasi menurut waktu, musim dan tempat. Kebanyakan pencahayaan alami berasal dari matahari, termasuk cahaya bulan. Asal-usul tesebut benar-benar murni, dan tidak mengkonsumsi sumber daya alam (Karlen dan Benya, 2007).

Khusus tentang cahaya alam yaitu matahari sebagai sumber cahaya, diterangkan bahwa cahaya alam juga bisa didapat dari bulan dan bintang-bintang di malam hari, meskipun tidak sejelas dan seterang cahaya matahari. Keuntungan penggunaan cahaya alam yang sering disebut sebagai cahaya siang (daylight) adalah kemampuannya membantu visualisasi benda sampai pada bagian yang terkecil, dan membedakan warna-warna pada permukaan. Cahaya alam selalu merubah intensitas dan warna karena dipengaruhi oleh peredarannya dalam tata surya, terutama kondisi cuaca terutama saat mendung, hujan ataupun pada saat pergantian musim. Cahaya matahari dipastikan tidka konstan. Oleh karena itu untuk obyek yang terlindungi dari penyinaran langsung dari cahaya alam, perlu dibantu dengan cahaya buatan. Pola warna dari cahaya alam selalu berubah, karena panjang gelombang sinar matahari tiap saat berubah, sehingga kita tidak bisa menikmati kecerahan warna untuk jangka yang lama.

(30)

Pemenuhan kebutuhan cahaya untu pencahayaan alami ditentukan oleh : 1. Letak bangunan

Bangunan tidak terhalang oleh bangunan lain, pohon-pohon maupun tembok pagar yang tinggi sehingga menghambat masuknya cahaya matahari.

2. Letak Jendela

Bangunan harus memperhatikan letak jendela-jendela, lobang-lobang atau dinding atau kaca harus dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan penyebaran cahaya yang merata sehingaa tidak menyilaukan atau menimbulkan bayangan yang mengganggu.

3. Lebar jendela

Yang perlu diperhatikan dengan lebar jendela antara lain : a. Luas jendela paling sedikit mempunyai luas 15% dari luas lantai

b. Apabila luas jendela melebihi 20% dari luas lantau, maka dapat menimbulkan kesilauan dan kepanasan.

c. Apabila luas jendela kurang dari 15% dari luas lantai, maka dapat menimbulkan suasana gelap dan pengap (Depkes RI, 1998).

b. Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya lain selain cahaya alami. Sumber cahaya buatan umunya membutuhkan sumber daya alam, seperti bahan bakar minyak bumi, untuk mengubah simpanan energi dari sumber daya alam tersebut menjadi cahaya. Sumber cahaya listirk lebih unggul dibandingkan dengan sumber cahaya buatan lainnya karena sumber cahaya dari pembakaran kayu, gas dan minyak menghasilkan polusi pada ruang

(31)

yang diteranginya. Lebih dari itu listrik dapat dibangkitkan dari sumber daya alam yang tak terhabiskan, seperti listrik yang dibangkitkan oleh angi, air, oanas bumi, dan cahaya matahari. Cara sebuah lampu listrik bekerja menentukan cahaya dihasilkan olenya (Karlen dan Benya, 2007).

Sumber cahaya dari cahaya buatan digunakan untuk pencahayaan ruangan yang berbeda dengan cahaya matahari dalam hal panjang gelombang. Seluruh sumber cahaya buatan berbeda dengan sinar matahari dalam hal distribusi spektrum, terutama terhadap lampu pijar yang kaya akan spektrum merah, lampu flouresens merkuri dengan tekanan tinggi mempunyai distribusi sebagian- sebagian dengan puncak yang tajam pada daerah biru, hijau dan kuning (Gabriel, 1993).

Mayoritas sumber cahaya buatan yang bisa diatur sesuai keinginan dan kebutuhan kita yaitu : cahaya dari tenaga listrik karena bisa diatur sesuai dengan fungsi ruang. Spesifikasi sumber cahaya buatan yang perlu diperhatikan yaitu : sumber cahaya, temperatur, wanra, jarak (range) dan bentuk cahaya (Suptandar dkk, 2006).

Jenis-jenis lampu yang digunakan dalam pencahayaan buatan, antara lain : a. Golongan Lampu Pijar (incandescence/bulb/bohlam)

Lampu pijar tergolong lampu listrik generasi awal yang masih digunakan hingga saat ini. Jenis lampu pijar terdiri dari lampu filamen karbon, lampu wolfram dan lampu halogen. Bola lampu pijar dibuat hampa udara atau berisi gas mulia (Muhaimin, 2001). Pada umumnya lampu pijar memiliki cahaya berwarna kekuningan yang menimbulkan suasana hangat, romantis dan akrab. Intensitas

(32)

cahaya pada lampu pijar lebih kecil dibandingkan lampu neon. Artinya, pada daya (watt) yang sama, lampu neon menghasilkan cahaya lebih terang daripada lampu pijar (Istiawan dan Kencana, 2006).

b. Golongan Lampu Berpendar (fluorescence/neon/TL)

Lampu ini umumnya disebut lampu neon. Pada dunia industri lampu ini lebih dikenal dengan sebutan lampu TL. Cahaya lampu neon biasa berwarna putih. Cahaya putih (cool light) memberikan efek dingin dan sejuk. Cahaya yang dipancarkan lampu neon lebih terang dibanding lampu pijar dan halogen karena lampu ini punya efficacy lebih tinggi dari lampu pijar (Istiawan dan Kencana, 2006).

Pada desain pencahayaan raung luar, lampu flouresens banyak digunakan untuk menghasilkan cahaya yang merata untuk memenuhi kebutuhan fungdional berbagai aktivitas. Cahaya putih jernih yang merata yang dihasilkan dengan kecendrungan untuk tidak memengaruhi warna benda, membuat lampu flouresens mampu menampilkan objek visual dengan sangat baik. Namun, kinerja lampu flouresens sangat dipengaruhi oleh temperatur ruang sehingga lampu floresens tidak dapat bekerja secara maskimal pada ruang luar kecuali berada pada armatur lampu maupun di antara elemen arsitektur yang melindunginya dari perubahan temperatur (Manurung, 2009).

c. Golongan Lampu HID (High Intensity Dischage)

Lampu High Intensity Discharge (HID) adalah lampu-lampu discharge yang mampu menghasilkan cahaya dengan intensitas tinggi. Lampu-lampu HID diaktifkan dengan ballast dan membutuhkan waktu yang lama dari saat mulai

(33)

dinyalakan sampai mencapai terang yang maksimum. Lampu-lampu HID sangat baik dalam pencahayaan ruang luar (Manurung, 2009).

d. Golongan Lampu LED (Light Emmiting Diade)

Perkembangan teknologi lampu yang pesat telah mengantar penciptaan jenis lampu baru yaitu, LED (Light Emmiting Diade). Lampu LED memiliki usia yang sangat panjang, mencapai 100.000 jam, dengan konsumsi daya listrik yang sangat kecil. Kelemahan LED adalah intensitas cahaya yang dihasilkannya lebih kecil jika dibandingkan dengan sumber cahaya lainnya. LED sangat menunjang pencahayaan eksterior, hal ini terkait dengan variasi warna yang dimilikinya, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan, merah, hijau dan biru (Manurung, 2009).

2.1.4 Tipe Pencahayaan

Berdasarkan standar penerangan buatan di dalam gedung yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum (1981) tipe pencahayaan dibedakan atas tiga jenis, antara lain :

1. Pencahayaan Umum

Pencahayaan umum adalah pencahayaan secara umum dengan memperhatikan karakteristik dan bentuk fisik ruangan, tingkat pencahayaan yang diinginkan dan instalasi yang dipergunakan. Pencahayaan umum harus menghasilkan iluminasi yang merata pada bidang kerja dan pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan untuk melakukan tugas visual khusus

(34)

2. Pencahayaan Terarah

Pencahayaan terarah berfungsi menyinari suatu tempat atau aktivitas tertentu atau objek seni atau koleksi berharga lainnya. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena akan tampak lebih jelas.

3. Pencahayaan Setempat

Pencahayaan setempat lebih mengkonsentrasikan cahaya pada tempat tertentu, misalnya tempat kerja memerlukan tugas visual dan tipe ini sangat bermanfaat bagi pekerja dengan aktivitas pekerjaan sebagai berikut :

a. Pekerja yang melakukan pekerjaan teliti.

b. Pekerjaan yang mengamati bentuk dan benda yang memerlukan cahaya dari arah tertentu.

c. Menunjang tugas visual yang pada mulanya tidak direncanakan untuk ruang tersebut.

Berdasarkan SNI 03-6575-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, sistem pencahayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Sistem Pencahayaan Merata

Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan yang merata di seluruh ruangan digunakan jika tugas visual yang dilakukan diseluruh tempat dalam ruangan memerlukan tingkat pencahayaan yang sama. Tingkat pencahayaan yang merata diperoleh dengan memasang armatur secara merata langsung maupun tidak langsung di seluruh langit-langit.

(35)

2. Sistem Pencahayaan Setempat

Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak merata. Di tempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi, diberikan cahaya yang lebih banyak dibandingkan dengan sekitarnya. Hal ini diperoleh dengan mengkonsentrasikan penempatan armatur pada langit-langit di atas tempat tersebut.

3. Sistem Pencahayaan Gabungan Merata dan Setempat

Sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menambah sistem pencahayaan setempat pada sistem pencahayaan merata, dengan armatur yang dipasang di dekat tugas visual. Sistem pencahayaan gabungan dianjurkan digunakan untuk :

a. Tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi.

b. Memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan cahaya datang dari arah tertentu.

c. Pencahayaan merata terhalang, sehingga tidak dapat sampai pada tempat yang terhalang tersebut

d. Tingkat pencahayaan yang lebih tinggi diperlukan untuk orang tua atau yang kemampuan penglihatannya sudah berkurang.

2.1.5 Klasifikasi Sistem Pencahayaan

Klasifikasi sistem pencahayaan dari sumber cahaya menurut Illuminating Engineering Society (IES), antara lain:

1) Pencahayaan Tidak Langsung (Indirect Lighting)

(36)

Pada pencahayaan tidak langsung langit-langit merupakan sumber cahaya semu dan cahaya yang dipantulkan menyebar serta tidak menyebabkan bayangan.

Pada sistem ini 90% hingga 100% cahaya dipancarkan ke langit-langit ruangan sehingga yang dimanfaatkan pada bidang kerja adalah cahaya pantulan. Pancaran cahaya pada penerangan tidak langsung dapat pula dipantulkan pada dinding sehingga cahaya yang sampai pada permukaan bidang kerja adalah pantulan dari cahaya dinding. Sistem ini menjadi tidak efektif jika cahaya yang sampai ke langit-langit merupakan cahaya pantulan dari bidang lain. Pencahayaan tipe ini diperlukan pada ruang gambar, perkantoran, rumah sakit dan perhotelan.

2) Pencahayaan Semi Tidak Langsung (Semi Indirect Lighting)

Distribusi cahaya pada pencahayaan ini mirip dengan distribusi pencahayaantidak langsung tetapi lebih efisisen dan kuat penerangannya lebih tinggi. Padasistem ini 60% hingga 90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, selebihnya dipantulkan ke bagian bawah. Pada sistem ini masalah bayangan tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi. Pencahayaan jenis ini diperlukan pada ruangan yang memerlukan modeling shadow, seperti tokobuku, ruang baca dan ruang tamu.

3) Pencahayaan Menyebar / Difus (General Diffus Lighting)

Pada pencahayaan difus distribusi cahaya ke atas dan kebawah relatif merata sehingga termasuk sistem direct-indirect lighting. Pada sistem ini 40%

hingga 60% cahaya diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui. Pencahayaan difus menghasilkan cahaya teduh dengan

(37)

bayangan lebih jelas dibandingkan dengan bayangan yang dihasilkan pencahayaan tidak langsung dan pencahayaan semi tidak langsung. Penggunaan pencahayaan difus umumnya diperlukan pada tempat ibadah.

4) Pencahayaan Semi Langsung (Semi Direct Lighting)

Pencahayaan semi langsung termasuk jenis pencahayaan yang efisien. Pada sistem ini 60% hingga 90% cahaya diarahkan ke bidang kerja selebihnya diarahkan ke langit-langit. Penggunaan pencahayaan jenis ini biasa digunakan pada kantor, ruang kelas dan tempat lainnya.

5) Pencahayaan Langsung (Direct Lighting)

Pada sistem ini 90% hingga 100% cahaya dipancarkan ke bidang kerjasehingga terjadi efek terowongan (tunneling effect), yaitu timbulnya bagianyang gelap di langit-langit tepat di atas lampu. Pencahayaan langsung dapat diatur menyebar atau terpusat, tergantung reflektor yang digunakan. Sistem pencahayaan langsung memiliki kelebihan, yaitu efisiensi penerangan tinggi, memerlukan sedikit lampu untuk bidang kerja yang luas. Disisi lain kelemahan dari sistem ini yaitu bayang-bayang gelap karena jumlah lampu sedikit maka jika terjadi gangguan atau kerusakan akan sangat berpengaruh terhadap kondisi pencahayaan di dalam ruangan.

2.1.6 Komposisi dan Arah Cahaya

Peran komposisi adalah untuk mengoptimalkan penataan cahaya yang tepat antara pencahayaan umum (general lighting), pencahayaan setempat (task lighting) dan decorative lighting.Kepekaan, kreativitas, dan rasa seni sangat dibutuhkan untuk menciptakan komposisi yang baik. Adapun arah pencahayaan

(38)

secara garis besar terbagi atas lima kategori yaitu down light, up light, side light, back light, dan front light. Dalam suatu ruangan sering kali sumber cahaya berasal dari kombinasi arah-arah cahaya tersebut. Selain itu, pemakaian lampu merupakan faktor penting dalam mengarahkan dan merefleksikan cahaya sesuai keinginan (Istiawan dan Kencana, 2006).

1. Down Light (arah cahaya ke bawah)

Arah pencahayaan ini berasal dari atas dengan tujuan untuk memberikan cahaya pada objek dibwahnya. Pada umumnya setiap ruangan di rumah tinggal memerlukan pencahayaan down light agar cahaya dapat tersebar merata. Lampu yang digunakan biasanya berasal dari lampu yang dipasang di langit-langit rumah dengan posisi lampu menjorok keluar, masuk ke dlaam, menempel pada tembok, atau berupa lampu gantung. Jenis lampu down light untuk pencahayaan merata terdiri dari beberapa variasi seperti lampu pijar, neon, dan compact flourecence dengan distribusi cahaya yang besar. Down light untuk decorative lighting diatur melalui pengaturan sudut jatuh cahaya sehingga dapat menimbulkan kesan yang berbeda. Contohnya adalah wall washer, yaitu cahaya yang diarahkan ke dinding agar tekstur dan warna dinding lebih menonjol dan berdimensi (Istiawan dan Kencana, 2006).

Pada lampu down light, sumber cahaya yang biasa digunakan adalah kelompok lampu incandescent, seperti lampu pijar, halogen, dan lampu flouresens kompak, beberapa armatur lampu memang didesain untuk dapat menampung lebih dari satu sumber cahaya yang dihasilkan menjadi semakin besar (Manurung, 2009).

(39)

2. Up light (arah cahaya ke atas)

Posisi sumber cahaya dihadapkan ke atas sehingga arah cahaya berasal dari bawah ke atas. Up light umumnya berperan untuk dekoratif dengan kesan yanh megah, dramatis, dan memunculkan dimensi. Contoh aplikasi pencahayaan ini misalnya pada kolom rumah yang biasanya memakai lampu halogen.

Pencahayaan ini kadang-kadang disebut juga sebagai valance lighting. Up light juga dapat digunakan untuk pencahayaan umum, yaitu dengan memantulkan cahaya ke langit-langit sehingga penyebarannya lebih lembut dan merata. Aplikasi seperti ini biasanya dilakukan di ruang-ruang dengan suasana teduh seperti kamar tidur. Selain itu, up light juga diaplikasikan di plafon yang tidak datar (Istiawan dan Kencana, 2006).

Karena letaknya yang berada di bawah, armatur untuk setiap lampu up light harus kuat terhadap benturan, mampu menahan beban tertentu, kedap air, anti karat, namun tetap mudah dalam perawatan dan pergantian lampu (Manurung, 2009).

3. Back Light (arah cahaya dari belakang)

Arah pencahayaan berasal dari belakang obyek. Back light ini bertujuan untuk memberi aksentuasi pada obyek seperti menimbulkan siluet. Jenis pencahayaan memberikan pinggiran cahaya yang menarik pada obyek dan bentuk obyek menjadi lebih terlihat (Istiawan dan Kencana, 2006).

4. Side Light (arah cahaya dari samping)

Fungsi arah pencahayaan dari samping ini sama degan pencahayaan jenis back light, yaitu untuk memberikan aksen pada obyek tertentu. Biasanya side light

(40)

digunakan pada benda-benda seni untuk menonjolkan nilai seninya (Istiawan dan Kencana, 2006).

5. Front Light (arah cahaya dari depan)

Front light berarti sumber cahaya berada di depan obyek dan biasanya di aplikasikan pada obyek dua dimensi seperti lukisan atau foto. Itulah sebabnya cahaya front light sebaiknya merata sehingga dapat membuat obyek terlihat apa adanya, kecuali jika ada bagian tertentu yang ingin ditonjolkan (Istiawan dan Kencana, 2006).

2.1.7 Disain Pencahayaan

Pencahayaan digunakan untuk menentukan bentuk dan skala jarak. Faktor- faktor yang perlu diperhatikan dalam mendisain sistem pencahayaan yang memenuhi syarat secara kualitas dan kuantitas, yaitu :

a) Menetapkan komposisi pencahayaan dengan memperhatikan rasio kecemerlangan dan tekstur yang tepat. Bila diinginkan pencahayaan pada permukaan ruang agar menjadi bentuk yang spesial dan menarik, dapat dicapai dengan memodifikasi ilusi (Pamudji dkk, 2006).

b) Mengidentifikasi tingkat pencahayaan untuk aktivitas tugas tertentu, misalnya membaca tulisan tangan dengan pensil pada kalitas kertas yang jelek, mengetik, membaca screen chart atau menggambar. Berdasar pada perhitungan efek kontras dan penampilan performasi tugas banyak tergantung pada faktor umur, tingkat keceapatan dan ketepatan pelaksanaan tugas, latar belakang pantulan dan detal-detail yang terlihat (Pamudji dkk, 2006).

(41)

c) Menampilkan suatu objek, misalnya melalui penonjolan warna, kerlipan cahaya, bayangan dan model-model dengan mendefnisikan dan mengevaluasi objek-objek (Pamudji dkk, 2006).

d) Memilih sistem pencahayaan yang tepat dari berbagai jenis lampu. Sebuah bidang membutuhkan pencahayaan yang sempurna dan konsisten dari sinar lampu. Untuk suatu tempat yang tersembunyi dibutuhkan tambahan cahaya langsung dari suatu sumber, misalnya dengan menambah lebih dari satu titik pencahayaan, seperti untuk ilusi plafon dan untuk mempertegas cahaya.

Pencahayaan dengan lampu dikaitkan dengan struktur bangunan sehingga dapat membantu unutk menyatakan sifat dari suatu permukaan atau bentuk- bentuk struktural (Pamudji dkk, 2006).

e) Sinar matahari dimanfaatkan untuk melengkapi pencahayaan listrik tetapi apabila cahaya matahari sudah dianggap cukup memadai, maka pencahayaan listrik bisa dihemat, bahkan kalau perlu dimatikan.

Pengontrolan cahaya edaknya dikoordinasikan dengan penempatan- penempatan perabot, jadwal pemakaian ruang dan area kerja (Pamudji dkk, 2006).

2.1.8 Standar Pencahayaan

Penerangan merupakan suatu aspek lingkungan fisik penting bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan bahwa penerangan yangtepat dan disesuaikan dengan pekerjaan berakibat produksi yang maksimal dan ketidakefisienan yang minimal sehingga mengurangi terjadinya kecelakaan (Suma’mur, 2009).

(42)

Standar intensitas pencahayaan yang ditetapkan oleh Illuminating Engineering Society (IES), sebuah area kerja dapat dikatakan memiliki pencahayaan yang baik apabila memiliki iluminasi sebesar 300 lux yang merata pada bidang kerja. Apabila iluminasinya kurang atau lebih dari 300 lux, makadapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja dan pada akhirnya menurunkan kinerja pekerja (Fayrina, 2012). Sedangkan standar penerangan menurut Kepmenkes RI No. 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, tercantum dalam tabel berikut ini.

(43)

Tabel 2.1 Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002

Jenis Kegiatan Tingkat Pencahayaan

Minimal (lux) Keterangan Pekerjaan kasar dan tidak

terus menerus 100 Ruang penyimpanan

danruRuang

penyimpanan dan ruang peralatan / instalasi yang memerlukan pekejaan yang kontinyu.

Pekerjaan kasar dan terus

menerus 200 Pekerjaan dengan mesin

dan perakitan kasar.

Pekerjaan rutin 300 R.administrasi, ruang

kontrol, pekerjaan mesin dan peralatan / penyusunan.

Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau

bekerja dengan mesin kantor, pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin

Pekerjaan Halus 1000 Pemilihan warna

pemrosesan tekstil, pekerjaan mesih halus dan perakitan halus.

Pekerjaan amat halus 1500

Tidak menimbulkan bayangan

Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus.

Pekerjaan terinci 3000

Tidak menimbulkan bayangan

Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus

2.1.9 Pengukuran Intensitas Pencahayaan

Intensitas dalam penerangan dinyatakan dalam satuan “lux”. Dalam

(44)

kerja alat ini berdasarkan pengubahan energi cahaya menjadi tenaga listrik olehphotoelectric cell. Berdasarkan SNI 16-7062-2004 intensitas penerangan diukur dengan 2 cara yaitu :

1) Pencahayaan Umum

Pada pencahayaan umum pengukuran dilakukan pada setiap meter persegi luaslantai. Penentuan titik pengukuran umum meliputi titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter darilantai.

2) Pencahayaan Lokal

Pada pencahayaan lokal pengukuran dilakukan di tempat kerja atau meja kerja pada objek yang dilihat oleh tenaga kerja. Pengukuran titik pengukuran lokal meliputi objek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan kerja.

2.1.10 Pengaruh Pencahayaan terhadap Kesehatan

Tingkat pencahayaan yang baik memungkinkan seseorang untuk bekerja dengan efisiensi kerja yang maksimal. Kemudahan untuk melihat suatu objekserta kejelasan dalam melihat objek kerja dipengaruhi oleh kekontrasan. Kontras yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kesilauan. Akibat dari kurangnya pencahayaan di lingkungan kerja menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para pekerjanya. Kurangnya pencahayaan akan memaksa seseorang untuk mendekatkan matanya ke arah objek yang bertujuan memperbesar ukuran objek.

Sebaliknya, pencahayaan yang berlebihan juga akan menyebabkan kesilauan bagi para pekerja. Kedua hal ini menyebabkan akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap (Fayrina, 2012). Menurut NIOSH

(45)

beberapa gejala kelelahan mata antara lain : mata tegang, penglihatan kabur, penglihatan rangkap/ganda, mata merah, mata perih,mata berair, mata gatal atau kering dan sakit (Haeny, 2009).

Menurut Suma’mur (2009) tingkat pencahayaan yang buruk di tempat kerja dapat mengakibatkan dampak yang buruk terhadap kesehatan pekerja, antara lain:

a. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja;

b. Kelelahan mental/psikis;

c. Keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata;

d. Kerusakan mata; dan

e. Meningkatnya peristiwa kecelakaan.

2.2 Mata

Mata adalah alat indra kompleks yang berevolusi dari bintik-bintik peka sinar yang primitif pada permukaan invertebrata. Di dalam wadahnya yang efektif, seiap mata memiliki lapisan resepotor, sisitem lensa yang memfokuskan cahaya ke reseptor tesebut, serta sistem saraf yang menghantarkan impuls dari reseptor ke otak ( Ganong, 2008 ).

2.2.1 Bagian-Bagian Mata

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu (Ilyas, 2014) :

1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada

(46)

terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera.

2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut pedarahan suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlahsinar masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh saraf simpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar dipersarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak dibelakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.

3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retine dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina. Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita.

4. Kornea (Latin cornum= seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jairngan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis :

(47)

1. Epitel

2. Membran Bowman 3. Stroma

4. Membran Descemet 5. Endotel

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata disebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dan 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.

5. Uvea, merupakan lapis vaskular di dalam bola mata yang tediri atas iris, badan siliar dan koroid. Pendarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang di perdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat massuk saraf optik dam 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial, inferior dan satu pada otot rektus lateral.arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Uvea posteior mendapat perdarahan dari 15-20 buah arteri siliar posterior bovis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik.

6. Pupil, dimana pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis. Oarang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis. Pupil waktu tidur kecil, hal ini dipakai sebagai ukuran tidur,

(48)

simulasi, kornea dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari 1. Berkurangnya rangsangan simpatis

2. kurang rangsangan hambatan miosis.

7. Sudut bilik mata depan dibentuk jaringan korneosklera dengan pangka; iris.

Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata maka akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi atau galukoma. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal schlemm, baji sklera, garis schwalbe dan jonjot iris.

8. Lensa mata, dimana jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata dan bersifat benign. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi. Lensa berbentuk lempeng cakram biokonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memdatnya serat lensa dibagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa.

Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa.

9. Badan kaca meupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu

(49)

mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi uang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina.

10. Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan lapis fotoresepto, membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi, lapis nukleus luar, lapis pleksiform luar, lapis nukleus dalam, lapis pleksiform dalam, lapis sel ganglion, lapis serabut saraf dan membran limitan interna (Ilyas, 2014).

2.2.2 Gambaran Anatomi Mata

Lapisan protektif luar bola mata, sklera, mengalami modifikasi dibagian anterior untuk membentuk kornea yang transparan, tempat masuknya berkas cahaya ke mata. Di bagian dalam sklera terdapat koroid, lapisan yang mengandung banyak pembuluh darah yang memberi makan struktu-struktur di dalam bola mata. Lapisan di dua pertiga posterior koroid adalah retina, jaringan saraf yang mengandung sel reseptor. Lensa krsitalina adalah struktur jernih yang dipertahankan di tempatnya oleh ligamentum lensa (zonula) sirkular. Zonula melekat ke bagian interior koroiod yang menebal, badan siliaris. Badan siliaris mengandung serabut-serabut otot sirkular dan serabut-serabut otot longitudinal yang melekat ke dekat taut kornesklera. Di depan lensa terdapat iris yang opak dan berpigmen, yaitu bagian mata yang berwarna. Iris mengandung serabut- serabut otot sirkular yang mengecilkan dan serabut-serabut radial yang melebarkan pupil. Variasi pada diameter pupil dapat menghasilkan perubahan jumlah yang cahaya yang mencapai retina sampai lima kali lipat.

(50)

Ruang di antara lensa dan retina sebagian besar terisi oleh cairan gelaltinosa jernih yang disebut vitreosa (vitrea humor). Aqueous humor, cairan jerih yang memberi nutrisi ke kornea dan lensa, dihasilkan di badan siliaris melalui difusi dan transpor aktif plasma. Cairan ini mengalir melalui pupil dan mengisi ruang anterior mata. Cairan ini dalam keadaan normal diserap kembali melalui jaringan trabekula ke dalam kanal Schlemm, yakni saluran vanosa pada sambungan antara iris dan kornea (sudut bilik anterior). Sumbatan pada saluran keluar ini akan menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Peningkatan tekanan intraokular tidak menyebabkan glaukoma, suatu penyakit degeneratif karena terjadi kerusakan sel ganglia retina, dan sebagian kecil pasien dengan penyakit ini memiliki tekanan intraokular yang normal (10-200 mm Hg). Namun, peningkatan tekanan menyebabkan glaukoma memburuk, dan terapi ditujukan unutk menurunkan tekanan ini. Salah satu penyebab peningkatan tekanan adalah penurunan pada permeabilitas pada trabekula (glaukoma sudut terbuka ), dan yang lain adalah gerakan iris ke depan sehingga menutup sudut (glaukoma sudut tertutup (Ganong, 2008).

2.2.3 Keluhan Kesehatan Mata 2.2.3.1 Kelelahan Mata (Astenopia)

Astenopia merupakan gejala yang diakibatkan oleh upaya berlebih dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi yang kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan (Supriati, 2012).

Kelelahan mata akibat dari pencahayaan yang kurang baik akan menunjukkan gejala kelelahan mata. Kelelahan mata dapat dikurangi dengan

(51)

memberikan pencahayaan yang baik di ruangan. Gejala kelelahan mata yang sering muncul antara lain, kelopak mata terasa berat, terasa ada tekanan dalam mata, mata sulit dibiarkan terbuka,merasa enak kalau kelopak mata sedikit ditekan, bagian mata paling dalam terasa sakit, perasaan mata berkedip, penglihatan kabur tidak bisa difokuskan,penglihatan terasa silau, penglihatan seperti berkabut walau mata difokuskan, mata mudah berair, mata pedih dan berdenyut, mata merah, jika mata ditutup terlihat kilatan cahaya, kotoran mata bertambah, tidak dapat membedakan warna sebagaimana biasanya, ada sisa bayangan dalam mata, penglihatan tampak ganda,mata terasa panas dan mata terasa kering (Affandi, 2005).

Menurut Sheedy (2004) yang dikutip Hanum (2008), sering dan lamany aseseorang bekerja dengan komputer dapat mengakibatkan keluhan serius pada mata. Mata yang lelah (astenopia) akan memberikan keluhan demikian.

Mata lelah dapat diakibatkan (Ilyas, 2014) : 1. Letih

2. Kaca mata belum dipakai 3. Mata berbakat juling atau foria

4. Kaku akomodasi, astenopia akomodatif 5. Astenopia konvergensi

6. Kongesti pasif mata 7. Histeria

(52)

2.2.3.1.1 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Mata Pengguna Komputer

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada pengguna komputer, antara lain (Cahyono, 2005) :

a. Usia

Menurut National Aging Safety Database (NASD) usia yang semakin lanjut mengalami kemunduran dalam kemampuan mata untuk mendeteksi lingkungan.

Hal ini akan meningkatkan risiko kecelakaan. Dengan bertambahnya usia menyebabkan lensa mata berangsur-angsur kehilangan elastisitasnya dan agak kesulitan melihat pada jarak dekat. Hal ini akan menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan ketika mengerjakan sesuatu pada jarak dekat, demikian pula penglihatan jauh. Presbiopia atau kelainan akomodasi yang terjadiakibat dari penuaan lensa biasanya timbul setelah usia 40 tahun.

Pada usia 20 tahun manusia pada umumnya dapat melihat objek dengan jelas. Sedangkan pada usia 45 tahun kebutuhan terhadap cahaya empat kali lebih besar. Semakin tua seseorang, lensa semakin kehilangan kekenyalan sehingga daya akomodasi makin berkurang dan otot-otot semakin sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Begitu pula sebaliknya, semakin muda seseorang kebutuhan cahaya akan lebih sedikit dibandingkan dengan usia yang lebih tua dan kecenderungan mengalami kelelahan mata lebih sedikit (Suptandar, 2006).

Menurut Ilyas (2014) usia juga berpengaruh terhadap daya akomodasi.

Semakin tua usia seseorang, daya akomodasi akan semakin menurun.

Jarakterdekat dari suatu benda agar dapat dilihat dengan jelas dikatakan “titik

(53)

dekat” atau punktum proksimum. Pada saat ini mata berakomodasi sekuat-kuatnya atau berakomodasi maksimum. Sedangkan jarak terjauh dari benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dapat dikatakan bahwa benda terletak pada “titik jauh”

atau punktum remotum dan pada saat ini mata tidak berakomodasi atau lepas akomodasi.

2.2.3.2 Mata Berair

Mata berair merupakan kondisi dimana air mata keluar secara berlebihan akibat saluran air mata yang tidak berfungsi secara normal. Mata berair terjadi karena adanya penyumbatan pada sistem drainase lakrimal pada mata.

Penyumbatan ini terjadi disebabkan oleh penyempitan saluran nasorakrimal.

Keluhan mata berair juga dapat ditemukan pada seseorang yang berusia lanjut dengan udara dingin atu panas, emosi, benda asing di kornea, erosi kornea, kelainan fungsi ekskiresi lakrimal, kelelahan mata atau astenopia, radang kornea dan iris, glaukoma, dan konjungtivis (Ilyas, 2014).

2.2.3.3 Sakit Kepala

Sakit kepala atau tegang di tengkuk dan leher pada pengguna komputer dipicu oleh posisi duduk yang tidak benar dan gangguan mata yang dialami akibat dari CVS (Computer Vision Syndrome) yang dialami oleh pengguna komputer.

Faktor lain yang berpengaruh yaitu kondisi mata (astigmatisma dan hipermetropia) dan kondisi lingkungan kerja yang tidak layak ( silau, kurang pencahayaan, dan penyusunan letak komputer yang tidak layak) (Affandi, 2015).

Sakit kepala merupakan keluhan penderita yang paling sering ditemukan.

(54)

seperti terlalu lama di depan layar komputer. Menurut kedaruratan, maka penyebab kelainan mata yang dapat memberikan keluhan sakit kepala ialah glaukoma akut, glaukoma simpleks, pasca herpes zoster, uveitis, selulotis orbita, endolftalmitis neuritis, semua kelainan yang memberikan keluhan fotofobia, kelainan refraksi yang tidak dioperasi, anisomtropia, prepobia dan juling.

Pemakaian miotika dapat pula menyebabkan sakit kepala. Sakit kepala dapat juga timbul akibat kelainan lain seperti pada sinusitis, histeria, migren, neuralgi trigeminus, neuralgia hipertensif, sakit gigi, tekanan intrakranial meninggi, meningitis atau adanya proses intrakranial lainnya.

Sering keluhan seseorang dengan sakit kepala yang menduga adanya hubungan dengan kelainan mata. Berbagai penyakit sistemik dapat memberikan keluhan sakit kepala. Sakit kepala dapat frontal temporal dan oksipital, yang dapat disebabkan sinus paranasal, gigi, hidung, tenggorok, infeksi. Bila sakit kepala berjalan kronis dapat disebabkan gangguan fisik, lelah, emosi, psikosomatik, demam, kelainan metabolik, dan keracunan. Hal perlu diperhatikan ialah apakah sakit kepala disertai demam, edema papil, kaku tengkuk, tanda saraf lainnya , dan penurunan tajam penglihatan, selain apakah disertai mual dan muntah (Ilyas, 2014).

2.2.3.4 Mata Kering dan Pedih

Keluhan mata kering bisa terjadi karena peningkatan penguapan air mata dan berkurangnya sekresi air mata. Kedua hal tersebut diakibatkan oleh kebutuhan untuk dapat memusatkan penglihatan pada suatu objek atau cahaya pada monitor.

Mata kering merupakan salah satu kondisi yang sering memicu terjadinya mata

(55)

pedih hal ini dikarenakan kurangnya cairan pada mata. Keadaan ini diperberat oleh beberapa faktor antara lain seperti penggunaan air conditioner (AC) atau alat pemanas sentral yang akan mengalirkan udara kering dengan aliran cepat, pencahayaan ruangan dengan tingkat iluminasi tinggi sehingga terjadi kontras yang berlebihan antara monitor dengan lingkungan kerja yang dapat mengganggu fungsi akomodasi dan berakibat pada ketidaknyamanan terhadap mata, dan monitor komputer yang diposisikan lebih tinggi dari ketinggian horizontal mata menyebabkan area permukaan mata yang terpajan oleh lingkungan menjadi lebih luas (Affandi, 2005).

Keluhan mata kering dapat ditmukan pada usia lanjut, alergi, keracunan obat, kinjungtivitis, sindrom sjorgen dan steven johnson (Ilyas, 2014).

2.2.3.5 Mata Merah

Mata merah merupakan kondisi dimana terjadi kemerahan dan peradangan dari selaput-selaput (conjuctiva) yang menutupi putih-putih dari mata-mata dan selaput-selaput pada bagian dalam dari kelopak-kelopak mata. Membran- membran atau selaput-selaput ini bereaksi pada suatu batasan yang luas dari bakteri-bakteri, virus-virus, agen-agen yang memprovokasi alergi, pengganggu- pengganggu (irritants), dan agen-agen racun, begitu juga pada penyakit yang mendasarinya dalam tubuh (Ilyas, 2014).

Mata akan terlihat merah apabila bagian putih mata atau sklera yang ditutup konjungtiva menjadi merah. Pada mata normal, sklera terlihat berwarna putih karena sklera dapat terlihat melalui konjungtiva yang tembus sinar dan kapsul tenon. Hiperemia konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh

Referensi

Dokumen terkait

Mengenali diri, keluarga, teman, pendidik, lingkungan sekitar, agama, teknologi, seni dan budaya du rumah, tempat bermain dan satuan PAUD dengan cara : mengamati dengan indera

Radang pada Telinga Luar adalah radang pada kulit atau kartilago aurikula, liang telinga atau lapisan epitel membran timpani yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus..

Penelitian ini juga menunjukkan sebelum dilakukan terapi bermain peran terdapat 7 orang (23,4%) anak yang memiliki tingkat sosialisasi cukup, anak yang memiliki

Produksi ternak yang tinggi perlu didukung oleh ketersediaan pakan ternak yang cukup dan kontinyu, pencacahan rumput gajah masih banyak menggunakan cara manaual seperti pisau

Dalam Bab IV peneliti akan mendeskripsikan penelitian dengan judul “ Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa kelas VII Materi

Kemungkinan kedua adalah benih yang digunakan berasal dari benih lokal yang tidak berdaya hasil tinggi, selain itu tanaman kacang bogor termasuk tanaman legum yang kurang responsif

Melanie Pita Lestari, SS., MH selaku Dosen Pembimbing 2 yang banyak memberikan bimbingan kepada penulis terkait dengan materi dan teknik penulisan skripsi ini, sehingga skripsi

Hasil : Data yang didapat oleh penulis mengenai kasus kejang demam di ruang khantil RSUD Banyumas selama kurun waktu 1 tahun terakhir dari bulan juli 2012- bulan juni 2013