• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencahayaan

2.1.9 Pengukuran Intensitas Pencahayaan

Intensitas dalam penerangan dinyatakan dalam satuan “lux”. Dalam

kerja alat ini berdasarkan pengubahan energi cahaya menjadi tenaga listrik olehphotoelectric cell. Berdasarkan SNI 16-7062-2004 intensitas penerangan diukur dengan 2 cara yaitu :

1) Pencahayaan Umum

Pada pencahayaan umum pengukuran dilakukan pada setiap meter persegi luaslantai. Penentuan titik pengukuran umum meliputi titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter darilantai.

2) Pencahayaan Lokal

Pada pencahayaan lokal pengukuran dilakukan di tempat kerja atau meja kerja pada objek yang dilihat oleh tenaga kerja. Pengukuran titik pengukuran lokal meliputi objek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan kerja.

2.1.10 Pengaruh Pencahayaan terhadap Kesehatan

Tingkat pencahayaan yang baik memungkinkan seseorang untuk bekerja dengan efisiensi kerja yang maksimal. Kemudahan untuk melihat suatu objekserta kejelasan dalam melihat objek kerja dipengaruhi oleh kekontrasan. Kontras yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kesilauan. Akibat dari kurangnya pencahayaan di lingkungan kerja menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para pekerjanya. Kurangnya pencahayaan akan memaksa seseorang untuk mendekatkan matanya ke arah objek yang bertujuan memperbesar ukuran objek.

Sebaliknya, pencahayaan yang berlebihan juga akan menyebabkan kesilauan bagi para pekerja. Kedua hal ini menyebabkan akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap (Fayrina, 2012). Menurut NIOSH

beberapa gejala kelelahan mata antara lain : mata tegang, penglihatan kabur, penglihatan rangkap/ganda, mata merah, mata perih,mata berair, mata gatal atau kering dan sakit (Haeny, 2009).

Menurut Suma’mur (2009) tingkat pencahayaan yang buruk di tempat kerja dapat mengakibatkan dampak yang buruk terhadap kesehatan pekerja, antara lain:

a. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja;

b. Kelelahan mental/psikis;

c. Keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata;

d. Kerusakan mata; dan

e. Meningkatnya peristiwa kecelakaan.

2.2 Mata

Mata adalah alat indra kompleks yang berevolusi dari bintik-bintik peka sinar yang primitif pada permukaan invertebrata. Di dalam wadahnya yang efektif, seiap mata memiliki lapisan resepotor, sisitem lensa yang memfokuskan cahaya ke reseptor tesebut, serta sistem saraf yang menghantarkan impuls dari reseptor ke otak ( Ganong, 2008 ).

2.2.1 Bagian-Bagian Mata

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu (Ilyas, 2014) :

1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada

terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera.

2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut pedarahan suprakoroid. Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlahsinar masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh saraf simpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar dipersarafi oleh parasimpatis. Otot siliar yang terletak dibelakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.

3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retine dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina. Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita.

4. Kornea (Latin cornum= seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jairngan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis :

1. Epitel

2. Membran Bowman 3. Stroma

4. Membran Descemet 5. Endotel

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata disebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dan 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.

5. Uvea, merupakan lapis vaskular di dalam bola mata yang tediri atas iris, badan siliar dan koroid. Pendarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang di perdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat massuk saraf optik dam 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial, inferior dan satu pada otot rektus lateral.arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Uvea posteior mendapat perdarahan dari 15-20 buah arteri siliar posterior bovis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik.

6. Pupil, dimana pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis. Oarang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis. Pupil waktu tidur kecil, hal ini dipakai sebagai ukuran tidur,

simulasi, kornea dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari 1. Berkurangnya rangsangan simpatis

2. kurang rangsangan hambatan miosis.

7. Sudut bilik mata depan dibentuk jaringan korneosklera dengan pangka; iris.

Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata maka akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi atau galukoma. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal schlemm, baji sklera, garis schwalbe dan jonjot iris.

8. Lensa mata, dimana jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata dan bersifat benign. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi. Lensa berbentuk lempeng cakram biokonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memdatnya serat lensa dibagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa.

Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa.

9. Badan kaca meupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu

mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi uang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina.

10. Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan lapis fotoresepto, membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi, lapis nukleus luar, lapis pleksiform luar, lapis nukleus dalam, lapis pleksiform dalam, lapis sel ganglion, lapis serabut saraf dan membran limitan interna (Ilyas, 2014).

2.2.2 Gambaran Anatomi Mata

Lapisan protektif luar bola mata, sklera, mengalami modifikasi dibagian anterior untuk membentuk kornea yang transparan, tempat masuknya berkas cahaya ke mata. Di bagian dalam sklera terdapat koroid, lapisan yang mengandung banyak pembuluh darah yang memberi makan struktu-struktur di dalam bola mata. Lapisan di dua pertiga posterior koroid adalah retina, jaringan saraf yang mengandung sel reseptor. Lensa krsitalina adalah struktur jernih yang dipertahankan di tempatnya oleh ligamentum lensa (zonula) sirkular. Zonula melekat ke bagian interior koroiod yang menebal, badan siliaris. Badan siliaris mengandung serabut-serabut otot sirkular dan serabut-serabut otot longitudinal yang melekat ke dekat taut kornesklera. Di depan lensa terdapat iris yang opak dan berpigmen, yaitu bagian mata yang berwarna. Iris mengandung serabut-serabut otot sirkular yang mengecilkan dan serabut-serabut-serabut-serabut radial yang melebarkan pupil. Variasi pada diameter pupil dapat menghasilkan perubahan jumlah yang cahaya yang mencapai retina sampai lima kali lipat.

Ruang di antara lensa dan retina sebagian besar terisi oleh cairan gelaltinosa jernih yang disebut vitreosa (vitrea humor). Aqueous humor, cairan jerih yang memberi nutrisi ke kornea dan lensa, dihasilkan di badan siliaris melalui difusi dan transpor aktif plasma. Cairan ini mengalir melalui pupil dan mengisi ruang anterior mata. Cairan ini dalam keadaan normal diserap kembali melalui jaringan trabekula ke dalam kanal Schlemm, yakni saluran vanosa pada sambungan antara iris dan kornea (sudut bilik anterior). Sumbatan pada saluran keluar ini akan menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Peningkatan tekanan intraokular tidak menyebabkan glaukoma, suatu penyakit degeneratif karena terjadi kerusakan sel ganglia retina, dan sebagian kecil pasien dengan penyakit ini memiliki tekanan intraokular yang normal (10-200 mm Hg). Namun, peningkatan tekanan menyebabkan glaukoma memburuk, dan terapi ditujukan unutk menurunkan tekanan ini. Salah satu penyebab peningkatan tekanan adalah penurunan pada permeabilitas pada trabekula (glaukoma sudut terbuka ), dan yang lain adalah gerakan iris ke depan sehingga menutup sudut (glaukoma sudut tertutup (Ganong, 2008).

2.2.3 Keluhan Kesehatan Mata 2.2.3.1 Kelelahan Mata (Astenopia)

Astenopia merupakan gejala yang diakibatkan oleh upaya berlebih dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi yang kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan (Supriati, 2012).

Kelelahan mata akibat dari pencahayaan yang kurang baik akan menunjukkan gejala kelelahan mata. Kelelahan mata dapat dikurangi dengan

memberikan pencahayaan yang baik di ruangan. Gejala kelelahan mata yang sering muncul antara lain, kelopak mata terasa berat, terasa ada tekanan dalam mata, mata sulit dibiarkan terbuka,merasa enak kalau kelopak mata sedikit ditekan, bagian mata paling dalam terasa sakit, perasaan mata berkedip, penglihatan kabur tidak bisa difokuskan,penglihatan terasa silau, penglihatan seperti berkabut walau mata difokuskan, mata mudah berair, mata pedih dan berdenyut, mata merah, jika mata ditutup terlihat kilatan cahaya, kotoran mata bertambah, tidak dapat membedakan warna sebagaimana biasanya, ada sisa bayangan dalam mata, penglihatan tampak ganda,mata terasa panas dan mata terasa kering (Affandi, 2005).

Menurut Sheedy (2004) yang dikutip Hanum (2008), sering dan lamany aseseorang bekerja dengan komputer dapat mengakibatkan keluhan serius pada mata. Mata yang lelah (astenopia) akan memberikan keluhan demikian.

Mata lelah dapat diakibatkan (Ilyas, 2014) : 1. Letih

2. Kaca mata belum dipakai 3. Mata berbakat juling atau foria

4. Kaku akomodasi, astenopia akomodatif 5. Astenopia konvergensi

6. Kongesti pasif mata 7. Histeria

2.2.3.1.1 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Mata Pengguna Komputer

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada pengguna komputer, antara lain (Cahyono, 2005) :

a. Usia

Menurut National Aging Safety Database (NASD) usia yang semakin lanjut mengalami kemunduran dalam kemampuan mata untuk mendeteksi lingkungan.

Hal ini akan meningkatkan risiko kecelakaan. Dengan bertambahnya usia menyebabkan lensa mata berangsur-angsur kehilangan elastisitasnya dan agak kesulitan melihat pada jarak dekat. Hal ini akan menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan ketika mengerjakan sesuatu pada jarak dekat, demikian pula penglihatan jauh. Presbiopia atau kelainan akomodasi yang terjadiakibat dari penuaan lensa biasanya timbul setelah usia 40 tahun.

Pada usia 20 tahun manusia pada umumnya dapat melihat objek dengan jelas. Sedangkan pada usia 45 tahun kebutuhan terhadap cahaya empat kali lebih besar. Semakin tua seseorang, lensa semakin kehilangan kekenyalan sehingga daya akomodasi makin berkurang dan otot-otot semakin sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Begitu pula sebaliknya, semakin muda seseorang kebutuhan cahaya akan lebih sedikit dibandingkan dengan usia yang lebih tua dan kecenderungan mengalami kelelahan mata lebih sedikit (Suptandar, 2006).

Menurut Ilyas (2014) usia juga berpengaruh terhadap daya akomodasi.

Semakin tua usia seseorang, daya akomodasi akan semakin menurun.

Jarakterdekat dari suatu benda agar dapat dilihat dengan jelas dikatakan “titik

dekat” atau punktum proksimum. Pada saat ini mata berakomodasi sekuat-kuatnya atau berakomodasi maksimum. Sedangkan jarak terjauh dari benda agar masih dapat dilihat dengan jelas dapat dikatakan bahwa benda terletak pada “titik jauh”

atau punktum remotum dan pada saat ini mata tidak berakomodasi atau lepas akomodasi.

2.2.3.2 Mata Berair

Mata berair merupakan kondisi dimana air mata keluar secara berlebihan akibat saluran air mata yang tidak berfungsi secara normal. Mata berair terjadi karena adanya penyumbatan pada sistem drainase lakrimal pada mata.

Penyumbatan ini terjadi disebabkan oleh penyempitan saluran nasorakrimal.

Keluhan mata berair juga dapat ditemukan pada seseorang yang berusia lanjut dengan udara dingin atu panas, emosi, benda asing di kornea, erosi kornea, kelainan fungsi ekskiresi lakrimal, kelelahan mata atau astenopia, radang kornea dan iris, glaukoma, dan konjungtivis (Ilyas, 2014).

2.2.3.3 Sakit Kepala

Sakit kepala atau tegang di tengkuk dan leher pada pengguna komputer dipicu oleh posisi duduk yang tidak benar dan gangguan mata yang dialami akibat dari CVS (Computer Vision Syndrome) yang dialami oleh pengguna komputer.

Faktor lain yang berpengaruh yaitu kondisi mata (astigmatisma dan hipermetropia) dan kondisi lingkungan kerja yang tidak layak ( silau, kurang pencahayaan, dan penyusunan letak komputer yang tidak layak) (Affandi, 2015).

Sakit kepala merupakan keluhan penderita yang paling sering ditemukan.

seperti terlalu lama di depan layar komputer. Menurut kedaruratan, maka penyebab kelainan mata yang dapat memberikan keluhan sakit kepala ialah glaukoma akut, glaukoma simpleks, pasca herpes zoster, uveitis, selulotis orbita, endolftalmitis neuritis, semua kelainan yang memberikan keluhan fotofobia, kelainan refraksi yang tidak dioperasi, anisomtropia, prepobia dan juling.

Pemakaian miotika dapat pula menyebabkan sakit kepala. Sakit kepala dapat juga timbul akibat kelainan lain seperti pada sinusitis, histeria, migren, neuralgi trigeminus, neuralgia hipertensif, sakit gigi, tekanan intrakranial meninggi, meningitis atau adanya proses intrakranial lainnya.

Sering keluhan seseorang dengan sakit kepala yang menduga adanya hubungan dengan kelainan mata. Berbagai penyakit sistemik dapat memberikan keluhan sakit kepala. Sakit kepala dapat frontal temporal dan oksipital, yang dapat disebabkan sinus paranasal, gigi, hidung, tenggorok, infeksi. Bila sakit kepala berjalan kronis dapat disebabkan gangguan fisik, lelah, emosi, psikosomatik, demam, kelainan metabolik, dan keracunan. Hal perlu diperhatikan ialah apakah sakit kepala disertai demam, edema papil, kaku tengkuk, tanda saraf lainnya , dan penurunan tajam penglihatan, selain apakah disertai mual dan muntah (Ilyas, 2014).

2.2.3.4 Mata Kering dan Pedih

Keluhan mata kering bisa terjadi karena peningkatan penguapan air mata dan berkurangnya sekresi air mata. Kedua hal tersebut diakibatkan oleh kebutuhan untuk dapat memusatkan penglihatan pada suatu objek atau cahaya pada monitor.

Mata kering merupakan salah satu kondisi yang sering memicu terjadinya mata

pedih hal ini dikarenakan kurangnya cairan pada mata. Keadaan ini diperberat oleh beberapa faktor antara lain seperti penggunaan air conditioner (AC) atau alat pemanas sentral yang akan mengalirkan udara kering dengan aliran cepat, pencahayaan ruangan dengan tingkat iluminasi tinggi sehingga terjadi kontras yang berlebihan antara monitor dengan lingkungan kerja yang dapat mengganggu fungsi akomodasi dan berakibat pada ketidaknyamanan terhadap mata, dan monitor komputer yang diposisikan lebih tinggi dari ketinggian horizontal mata menyebabkan area permukaan mata yang terpajan oleh lingkungan menjadi lebih luas (Affandi, 2005).

Keluhan mata kering dapat ditmukan pada usia lanjut, alergi, keracunan obat, kinjungtivitis, sindrom sjorgen dan steven johnson (Ilyas, 2014).

2.2.3.5 Mata Merah

Mata merah merupakan kondisi dimana terjadi kemerahan dan peradangan dari selaput-selaput (conjuctiva) yang menutupi putih-putih dari mata-mata dan selaput-selaput pada bagian dalam dari kelopak-kelopak mata. Membran-membran atau selaput-selaput ini bereaksi pada suatu batasan yang luas dari bakteri-bakteri, virus-virus, agen-agen yang memprovokasi alergi, pengganggu-pengganggu (irritants), dan agen-agen racun, begitu juga pada penyakit yang mendasarinya dalam tubuh (Ilyas, 2014).

Mata akan terlihat merah apabila bagian putih mata atau sklera yang ditutup konjungtiva menjadi merah. Pada mata normal, sklera terlihat berwarna putih karena sklera dapat terlihat melalui konjungtiva yang tembus sinar dan kapsul tenon. Hiperemia konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh

darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh dara (Ilyas, 2014).

Mata terlihat merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva, yang terjadi pada peradangan mata akut misalnya konjungtivitis, keratitis, dan iridosiklitis atau pecahnya pembuluh darah. Pada keratitis maka pleksus arteri konjungtivitas permukaan melebar, sedang pembuluh darah arteri perikornea yang lebih dalam akan melebar pada iritis dan glaukoma akut kongestif. Pada konjungtivitis dimana pembuluh darah superfisial yang melebar. Maka bila diberi epinefrin topikal akan terjadi vasokontriksi sehingga mata akan putih.

Pada konjungtiva terdapat pembuluh darah :

1. Arteri konjungtiva posterior memperdarahi konjungtiva bulbi

2. Arteri siliar interior atau episklera yang memberikan cabang : arteri episklera masuk kedalam bola mata dan dengan arteri siliar posterior, longus bergabung membentuk arteri sirkular mayor atau pleksus, siliar yang akan memperdarahi iris dan badan siliar arteri episklera yang terletak di atas sklera, merupakan bagian arteri siliar anterior yang memberikan perdarahan ke dallam bola mata.

Arteri perikornea yang memperdarahi kornea.

Bila terjadi pelebaran pembuluh-pembuluh darah di atas maka akan terjadi mata merah. Selain dari pada pelebaran pembuluh darah, mata merah dapat juga terjadi akibat pecahnya salah satu dari kedua pembuluh darah di atas dan darah tertimbun dibawah jaringan konjungtiva (hematoma subkonjungtiva). Melebarnya pembuluh darah konjungtiva atau injeksi konjungtiva ini dapat terjadi akibat

pengaruh mekanis, alergi, mata kering (dry eyes), kurang tidur, iritasi akibat klorida, asap dan benda asing, ataupun infeksi pada jaringan konjungtiva.

Mata merah yang disebabkan injeksi siliar atau injeksi konjungtival dapat memberikan gejala bersama-sama dengan keluhan dan gejala lain berikut :

1. Penglihatan menurun

2. Terdapat atau tidak terdapatnya sekret

3. Terdapatnya peningkatan bola mata pada keadaaan mata merah tertentu sehingga diperlukan pemeriksaan tekanan bola mata. Umumnya pada mata merah terdapat beberapa kemungkinan penyebab seperti konjungtivis akut, iritis akut, keratitis, tukak kornea, skleritis, episkleritis, glaukoma akut,

endoftalmitis, dan panoftalmitis (Ilyas, 2014).

2.2.3.6 Mata Gatal

Akibat dari mata gatal dikarenakan adanya infeksi bakteri atau virus yang membuat mata meradang. Mata gatal sering disebabkan oleh infeksi virus. Faktor penyebab lainnya adalah adanya rosacea, yaitu kondisi kulit yang berakibat mata menjadi gatal. Penyebab lainnya termasuk defisiensi vitamin B2 (riboflavin), yang sering menyebabkan mata gatal. Mata gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan pada kelainan mata. Keluhan ini didapatkan pada blefaritis, konjungtivitis, keratitis, skleretis, trauma mata, benda asing pada mata, mata kering, trikiasis, enteropion, lagoftalmos dan pada setiap keadaan dengan kelainan konjungtiva seperti radang, alergi, jaringan ikat, kalazion, dan terkena benda asing (Ilyas, 2014).

2.2.3.7 Penglihatan Kabur

Penglihatan kabur terjadi bila mata tidak dapat memfokuskan objek penglihatan secara tepat di retina sehingga tidak terbentuk bayangan yang jelas.

Penglihatan kabur disebabkan oleh kelainan refraksi seperti hipermetropia, miopia, dan astigmatisma, selain itu bisa disebabkan oleh kacamata. Suatu keadaan yang disebut dengan presbiopia juga berkaitan dengan timbulnya keluhan penglihatan kabur. Faktor lingkungan kerja dapat berpengaruh pula terhadap timbulnya keluhan ini, yaitu layar monitor yang kotor, sudut penglihatan yang kurang baik, adanya refleksi cahaya yang menyilaukan atau monitor komputer yang berkualitas buruk atau rusak (Affandi, 2005).

2.2.4 Durasi Penggunaan Komputer Pada Mata

Menurut Lasabon (2013) waktu kerja seseorang menentukan kesehatanyang bersangkutan, efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya. Aspek penting dalam hal waktu kerja meliputi :

1. Lamanya seseorang mampu bekerja dengan baik.

2. Hubungan antara waktu kerja dan istirahat.

3. Waktu bekerja sehari menurut periode waktu yang meliputi siang hari (pagi,siang, sore) dan malam hari.

The University of North Carolina at Asheville yang dikutip Hanum (2008) mengelompokkan beban kerja pekerja komputer atas dasar lama waktu kerja sebagai berikut :

1. Pekerja komputer dengan beban kerja berat adalah pekerja dengan lama waktu kerja 4 jam sehari secara terus–menerus.

2. Pekerja komputer dengan beban kerja sedang adalah pekerja dengan lama waktu kerja antara 2–4 jam sehari secara terus–menerus.

3. Pekerja komputer dengan beban kerja ringan adalah pekerja dengan lama waktu kerja kurang dari 2 jam sehari secara terus–menerus.

Computer Vision Syndrome (CVS) dapat muncul segera setelah pemakaian komputer dalam jangka waktu lama atau lebih dari 4 jam. Berbagai gejala yang timbul pada pekerja komputer yang bekerja dalam waktu lama selain diakibatkan oleh cahaya yang masuk ke mata, juga diakibatkan karena mata seorang pekerja komputer berkedip lebih sedikit dibandingkan pekerja mata normal pekerja biasa sehingga menyebabkan mata menjadi kering dan terasa panas.

2.2.5 Istirahat Mata

Setelah bekerja dengan komputer perlu mengistirahatkan mata sejenak dengan melihat pemandangan yang dapat menyejukkan mata secara periodik (Santoso, 2009).

Menurut National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) yang dikutip Murtopo dan Sarimurni (2005) perlu dilakukan istirahat selama 15 menit terhadap pemakaian komputer setelah 2 jam. Frekuensi istirahat yang

Menurut National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) yang dikutip Murtopo dan Sarimurni (2005) perlu dilakukan istirahat selama 15 menit terhadap pemakaian komputer setelah 2 jam. Frekuensi istirahat yang