• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2 Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Pada Kawasan Soziona

4.2.4 Komunikasi Antar Pelaksana

Berdasarkan model implementasi Van Meter dan Van Horn salah satu variabel pendukung keberhasilan implementasi kebijakan adalah komunikasi antarpelaksana. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting mengingat pelaksanaan suatu kebijakan tentunya melibatkan banyak pihak. Komunikasi dibutuhkan untuk menyamakan persepsi sehingga ada keseragaman dalam bertindak. Komunikasi yang berjalan dengan baik, menjadi faktor pendukung pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi dan koordinasi para pelaksana dalam implementasi kebijakan pengembangan pariwisata lingkup Dinas Pariwisata Kabupaten Nias terjadi di dalam rapat yang diselenggarakan di Dinas Pariwisata Kabupaten Nias. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Seksi Sarana Usaha dan Jasa Pariwisata yang mengatakan bahwa:

“Di Dinas Pariwisata kita ada rapat dan di rapat tersebut kita menyampaikan program-program yang akan dilaksanakan.” (Kepala Seksi Sarana dan Jasa Usaha Pariwisata, 2 Juli 2020, Transkrip Wawancara, hal. 23).

Dengan adanya komunikasi diharapkan penyampaian informasi dapat disalurkan dengan baik sehingga tidak ada multi interpretasi di antara para pelaksana. Implementasi kebijakan akan terlaksana jika para pelaksana mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Informasi yang diketahui para pelaksana hanya bisa didapat melalui komunikasi yang baik. Terkait dengan komunikasi dan koordinasi, Kepala Seksi Kemitraan dan Kelembagaan Pariwisata

menyatakan bahwa komunikasi dan koordinasi para pelaksana di lingkup Dinas Pariwisata sudah berjalan dengan baik, hal ini dinyatakan dalam hasil wawancara berikut:

“Komunikasi berjalan dengan baik paling tidak sekali sebulan kami mengadakan rapat, semua seksi atau bidang. Jadi kalau kami bidang promosi paling lama mengadakan pertemuan sekali seminggu. Tapi kalau secara keseluruhan, itu sekali sebulan bersama pimpinan.” (Kepala Seksi Kelembagaan Kepariwisataan, 3 Juli, Transkrip Wawancara, hal. 28).

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa komunikasi dan koordinasi tidak hanya dilaksanakan antarbidang yang ada di Dinas Pariwisata Kabupaten Nias, tetapi terjadi juga di dalam pertemuan masing-masing bidang, yaitu antara kepala bidang dan kepala-kepala seksi. Komunikasi yang sudah berjalan dengan baik di antara para pelaksana dalam lingkup Dinas Pariwisata juga ditegaskan oleh Kepala Bidang Seni dan Budaya, tidak ada kendala dalam hal komunikasi akan tetapi dalam proses perencanaan program terkendala karena keterbatasan anggaran, seperti yang diungkapkan dalam hasil wawancara berikut:

“Tidak ada kendala dalam komunikasi dan koordinasi. Cuman dalam perencanaannya itu, karena itu aja kuncinya tadi keterbatasan anggaran kita.

Kalau memang ada anggarannya maka segala sesuatunya bisa lancar.” (Kepala Bidang Seni dan Budaya, 6 Juli 2020, Transkrip Wawancara, hal. 32).

Dengan demikian berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa komunikasi dan koordinasi para pelaksana di lingkup Dinas Pariwisata sudah berjalan baik. Akan tetapi kendala yang dihadapi adalah adanya keterbatasan anggaran.

Selain komunikasi dan koordinasi para pelaksana dalam lingkup Dinas Pariwisata Kabupaten Nias, terdapat komunikasi dan koordinasi dengan instansi lain. Hal ini dinyatakan oleh Kepala Dinas Pariwisata yang mengatakan bahwa:

“Seperti yang sudah saya bilang tadi bahwa kami dari Dinas Pariwisata selalu berkoordinasi dan bekerja sama dengan instansi terkait baik itu dalam program maupun dalam pelaksanaan kegiatan. Komunikasinya melalui forum SKPD pada saat penyusunan anggaran kemudian dalam rapat koordinasi. Dinas Pariwisata tidak bisa jalan sendiri, harus didukung oleh berbagai sektor.”

(Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Nias, 29 Juli 2020, Transkrip Wawancara, hal. 11).

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam implementasi kebijakan pengembangan pariwisata dibutuhkan komunikasi dan koordinasi dengan instansi lain. Tanpa adanya koordinasi dengan instansi lain dalam pengembangan pariwisata maka implementasi kebijakan pengembangan pariwisata tidak dapat berhasil. Komunikasi antara Dinas Pariwisata dan instansi lain yaitu melalui forum SKPD dan melalui rapat koordinasi. Hal ini juga diungkapkan oleh informan lainnya yang mengatakan bahwa:

“Bentuk komunikasi dan koordinasi oleh pemerintah khususnya Dinas Pariwisata dengan instansi terkait lainnya dalam mengembangkan pariwisata pada Kawasan Soziona yaitu dalam rapat dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD).” (Kepala Seksi Informasi Objek dan Daya Tarik Pariwisata, 2 Juli 2020, Transkrip Wawancara, hal. 20).

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Nias juga mengatakan hal senada:

“Kita berkoordinasi dalam beberapa rapat yang diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Nias. Kadang kita ada komunikasi personal antarkadis dan juga staf kita. Pada beberapa kali kesempatan, staf dari Dinas PU juga diperbantukan untuk mendukung tugas-tugas biasanya pelaksanaan konstruksi yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata.” (Kepala Dinas Pekerjaan Umum, 13 Juli 2020, Transkrip Wawancara, hal. 38).

Kepala Bappeda Kabupaten Nias juga mengatakan bahwa bentuk komunikasi antarinstansi dalam implementasi kebijakan pengembangan pariwisata pada Kawasan Soziona yaitu dalam bentuk rapat koordinasi, seperti yang dinyatakan dalam wawancara berikut:

“Jadi ada rapat-rapat koordinasi di sana kita akan diskusi, duduk bersama untuk membahas terkait Soziona. Contoh persoalan akses tadi kita rapat dengan PU. Jadi kita rapat koordinasi.” (Kepala Bappeda, 9 Juli 2020, Transkrip Wawancara, hal. 35).

Dari wawancara-wawancara di atas dapat diketahui bahwa Dinas Pariwisata berkoordinasi dan bekerja sama dengan instansi lain dalam mengimplementasikan kebijakan pengembangan pariwisata pada Kawasan Soziona. Dari wawancara di atas juga dapat diketahui bahwa komunikasi dan koordinasi antar pelaksana sudah terlaksana. Komunikasi dan koordinasi terjadi di dalam rapat koordinasi organisasi perangkat daerah (OPD), di mana rapat koordinasi tersebut dihadiri oleh instansi terkait.

Gambar 4. 16 Notulen hasil rapat koordinasi Panitia Sail Nias yang dihadiri oleh instansi terkait.

Sumber: Dinas Pariwisata, 2020.

Gambar 4. 17 Notulen hasil rapat koordinasi Panitia Sail Nias yang dihadiri oleh instansi terkait.

Sumber: Dinas Pariwisata, 2020.

Gambar di atas merupakan notulen rapat koordinasi panitia Sail Nias yang dihadiri oleh Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Nias. Rapat tersebut merupakan rapat koordinasi yang diselenggarakan untuk mensukseskan event Sail Nias pada tahun 2019. Penyelenggaraan Sail Nias di Kabupaten Nias melibatkan organisasi-organisasi perangkat daerah Kabupaten Nias untuk ikut berperan dalam mensukseskan penyelenggaraan event tersebut. Rapat koordinasi dalam rangka penyelenggaraan Sail Nias untuk mempromosikan pariwisata di Kabupaten Nias merupakan salah satu bentuk komunikasi dan koordinasi Dinas Pariwisata Kabupaten Nias dengan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Nias lainnya.

Dalam implementasi kebijakan pengembangan pariwisata, tentu selain adanya komunikasi dan koordinasi di antara para pelaksana, komunikasi dan koordinasi tersebut harus berjalan dengan baik, bukan sekedar ada atau hanya formalitas saja tapi juga dalam praktiknya komunikasi dan koordinasi antarpelaksana diharapkan dapat berjalan dengan baik. Dengan adanya komunikasi dan koordinasi maka diharapkan dapat meminimalisir terjadinya kesalahan-kesalahan yang mungkin akan terjadi. Dengan adanya kejelasan dan keseragaman dalam bertindak maka diharapkan tujuan yang sudah ditetapkan dapat tercapai.

Terkait komunikasi dan koordinasi dalam implementasi kebijakan pengembangan pariwisata pada Kawasan Soziona Kepala Bappeda Kabupaten Nias mengatakan bahwa:

“Saat ini tidak ada kendala ya. Tetap komunikasi tapi memang kesulitan nanti pada saat ada rencana program yang membutuhkan pendanaan, di situ aja persoalannya. Kalau komunikasi tetap ada. Komunikasi tetap berjalan dengan baik tetapi implementasi pelaksanaan program kegiatan tidak seperti yang

dibahas yang diputuskan karena memang keterbatasan anggaran. Tetapi mengenai skema kerja itu saya bisa sampaikan itu sudah bisa dipahami oleh lintas sektoral, tentang Soziona mereka sudah tahu.” (Kepala Bappeda Kabupaten Nias, 10 Juli 2020, Transkrip Wawancara, hal. 35).

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Bappeda di atas dapat diketahui bahwa komunikasi sudah berjalan dengan baik dan tetap dilakukan. Skema kerja tentang Soziona sudah diketahui oleh lintas sektoral namun yang menjadi kendala adalah keterbatasan anggaran. Hal ini juga diungkapkan oleh Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata yang mengatakan bahwa:

“Berjalan dengan baik, walaupun udah berjalan dengan baik semua koordinasi dan komunikasinya tanpa dibarengi dengan dana yang baik dari pemerintah semua hanya mimpi. Makanya saya bilang tadi, walaupun kita rancang bagaimana perencanaan yang matang, tapi kalau seandainya tidak ada keseriusan untuk meluncurkan anggaran itu, itu hanya mimpi.” (Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata, 29 Juni 2020, Transkrip Wawancara, hal. 17).

Adanya masalah keterbatasan anggaran juga diungkapkan oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Nias dalam hasil wawancara berikut:

“Sebenarnya semua OPD sudah menunjukkan keberpihakan. PUPR sudah mengintervensi pembukaan jalan di sepanjang Kawasan Soziona tetapi karena dananya begitu besar maka pembukaan jalan tersebut bertahap dilakukan, jadi tidak tuntas dalam waktu cepat. Dari Dinas Kominfo, kami kerja sama dalam memanfaatkan internet gratis dan itu digunakan secara gratis oleh pengunjung atau wisatawan, wifi itu baru di Tagaule yang dipasang. Karena keterbatasan pendanaan di masing-masing instansi dengan tupoksi mereka juga yang lebih utama kadang itu menjadi hambatan mengapa pariwisata kita belum melaju secara cepat.” (Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Nias, 29 Juni 2020, Transkrip Wawancara, hal. 11).

Persoalan anggaran juga diungkapkan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) yang menyatakan bahwa:

“Kendala pertama ini klasik ya, soal anggaran. Kemudian belum ada sinkronisasi antara rencana yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dengan perencanaan kegiatan pembangunan jalan yang kita laksanakan di Dinas PU.”

(Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Nias, 13 Juli 2020, Transkrip Wawancara, hal. 38).

Dari wawancara dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum di atas dapat diketahui bahwa terdapat masalah anggaran dan sinkronisasi program antara Dinas Pariwisata Kabupaten Nias dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Nias dalam implementasi kebijakan pengembangan pariwisata.

Dalam hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Nias berikut juga dapat diketahui bahwa belum ada sinkronisasi program antarinstansi:

“Masing-masing dinas ini memiliki tugas pokok yang paling utama. Jadi masing-masing Dinas ini lebih fokus ke tugas pokok masing-masing makanya kita sebut ego sektoral. Misalnya PUPR itu kan berkaitan dengan pembukaan jalan, membuka keterisoliran, tidak fokus di pariwisata. Andaikan ada integrasi program, maka semuanya akan bergerak ambil bagian. Ketika Soziona udah kita tetapkan seharusnya OPD-OPD tadi lebih besar perhatiannya dalam memenuhi infrastruktur. Inilah kenapa belum tercapai, karena dibatasi oleh tugas pokok OPD tadi untuk wilayah yang lain, tidak hanya Soziona. Kerja sama dengan instansi lain sudah dimulai tapi tidak optimal sekali.” (Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Nias, 29 Juni 2020, Transkip Wawancara hal. 11).

Dari hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata di atas dapat diketahui bahwa tugas pokok Dinas PUPR untuk memenuhi infrastruktur untuk wilayah lain juga menjadi salah satu penyebab belum sinkronnya program antarinstansi tersebut, mengingat Dinas PUPR merupakan instansi yang tidak hanya berfokus di Bidang Pariwisata.

Dari pernyataan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) berikut juga dapat diketahui bahwa banyak target yang harus dipenuhi oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Nias selain bidang pariwisata. Kepala Dinas Pekerjaan Umum mengatakan bahwa:

“Pariwisata itu cuma salah satu dari sekian banyak target yang harus kita penuhi. Selain itu kita harus menyiapkan aksesibilitas ke daerah-daerah terisolir, kita juga harus menyiapkan sarana jalan dan prasarana lain untuk peningkatan ekonomi. Jadi pariwisata itu cuma salah satu dari kegiatan Dinas PU sebetulnya.

Kita juga menunjang ke bidang kesehatan, misalnya aksesibilitas ke fasilitas kesehatan. Jalan-jalan secara umum itu mendorong aktifitas ekonomi masyarakat.” (Kepala Dinas Pekerjaan Umum, 13 Juli 2020, Transkip wawancara, hal. 38).

Dari Wawancara di atas dapat diketahui bahwa banyak target yang harus dipenuhi oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Nias. Selain bidang pariwisata, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Nias juga harus menyiapkan sarana dan prasarana untuk peningkatan ekonomi, aksesibilitas menuju fasilitas kesehatan dan aksesibilitas ke daerah-daerah terisolir.

Kemudian terkait dengan koordinasi dengan instansi lainnya, Kepala Dinas Pariwisata menyatakan bahwa memang tidak ada penolakan oleh instansi lain dalam koordinasi pengembangan pariwisata, akan tetapi karena masing-masing instansi sudah memiliki program di dalam rencana strategi masing-masing jadi instansi tersebut berfokus pada program yang ada di rencana strategis tersebut sehingga kerja sama dalam pengembangan pariwisata tidak bisa langsung dilaksanakan, seperti yang diungkapkan dalam wawancara berikut:

“Tidak serta merta menolak. Tapi mereka bilang „oh bagaimana ini pak, nggak bisa tahun ini‟. Ya kita coba sharing lagi. Karena sistem penganggaran itu pertahun, mereka juga udah punya program renstra masing-masing dan itu di rinci di dalam rencana kerja mereka.” (Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Nias, 29 Juni 2020, Transkip Wawancara, hal. 11).

Hasil wawancara di atas semakin memperjelas bahwa memang masih belum ada sinkronisasi program di antara Organisasi Perangkat Daerah dalam mendukung implementasi kebijakan pengembangan pariwisata pada Kawasan Soziona Kabupaten Nias. Dari hasil wawancara-wawancara di atas dapat diketahui bahwa terdapat masalah sinkronisasi program antarinstansi dan adanya keterbatasan anggaran sehingga pelaksanaan program tidak seperti yang sudah diputuskan. Belum adanya sinkronisasi program dapat dibuktikan melalui observasi peneliti. Berdasarkan observasi peneliti, peneliti menemukan bahwa akses menuju objek wisata masih belum memadai. Objek wisata seharusnya didukung dengan ketersediaan akses jalan yang memadai, akan tetapi akses jalan menuju objek wisata masih belum dilakukan pembenahan karena belum ada sinkronisasi program antarorganisasi perangkat daerah. (Observasi, 19 Juli 2020).

Dalam implementasi kebijakan pengembangan pariwisata pada Kawasan Soziona, selain komunikasi dan koordinasi antarpelaksana, komunikasi juga terjadi antara pelaksana dengan masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Seksi Informasi Objek dan Daya Tarik Wisata yang mengatakan bahwa:

“Kita berupaya menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat dengan melakukan pendekatan secara kekeluargaan.”(Kepala Seksi Informasi Objek dan Daya Tarik Wisata, 2 Juli 2020, Transkip Wawancara, hal. 20).

Kemudian Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Nias menyatakan bahwa:

“Yang kami lakukan adalah kita duduk bersama dengan mereka melalui pertemuan bersama di tingkat desa dan itu harus diketahui oleh bapak kepala desanya, baru bisa nanti disampaikan informasi-informasi baik di dalam kelompok yang sudah dibentuk melalui pokdarwis atau pengurus desa wisatanya maupun melalui pertemuan-pertemuan lainnya secara berkala. Melalui pertemuan itu juga kita memperoleh informasi-informasi dari masyarakat

sehingga perkembangan mereka bisa kita ketahui.” (Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Nias, 29 Juni 2020, Transkrip Wawancara, hal. 12).

Masyarakat juga mengakui bahwa Dinas Pariwisata melakukan komunikasi kepada masyarakat, hal tersebut diungkapkan dalam hasil wawancara berikut:

“Sebelum mereka melaksanakan sebuah kegiatan itu mereka komunikasi dulu dengan pemerintah desa bahwa rencana minggu depan akan mulai kegiatan dan biar masyarakat memahami apa yang akan dilaksanakan dan diundang beberapa tokoh dan masyarakat di sampaikan apa yang mau dibangun.”

(Masyarakat, Fobaso Mendrӧfa, 20 Juli 2020, Transkrip Wawancara, hal. 49).

Informan lainnya juga mengatakan:

“Yang saya lihat pemerintah berusaha untuk menyampaikan informasi-informasi kepada masyarakat. Waktu Sail Nias itu kan masyarakat dikumpulkan disampaikan kalau mau ada dilaksanakan Sail Nias jadi masyarakat harus mendukung itu.” (Masyarakat, Fajar Lafau, 20 Juli 2020, Transkip Wawancara, hal. 54).

Sementara itu informan lain mengatakan bahwa:

“Biasa-biasa aja, cuma sekedar bicara saja sama masyarakat.”

(Masyarakat, Desiaro Hura, 15 Juli 2020, Transkip Wawancara, hal. 41).

Akan tetapi informan lain mengatakan bahwa:

“Sering ada sosialisasi. Kemarin mereka mengumpulkan semua masyarakat dalam sosialisasi seperti pembangunan kemarin. Mereka membicarakan pembangunan itu supaya lanjut supaya tahun-tahun yang akan datang bisa semua orang menikmatinya.” (Masyarakat, Wita Telaumbanua, 15 Juli 2020, Transkip Wawancara, hal. 45).

Kemudian informan lain mengatakan bahwa Dinas Pariwisata tetap konsisten melakukan komunikasi kepada masyarakat, hal tersebut ungkapkan dalam wawancara berikut:

“Komunikasinya orang dari Dinas Pariwisata awalnya sering-sering datang kesini memberi arahan dan bimbingan, jadi mungkin satu kali dua kali masyarakat belum terima, namanya pariwisata ini paling canggung diterima di Pulau Nias ini. Dengan seringnya komunikasi kepada masyarakat, memberikan sosialiasi, masyarakat kemudian mau menerima dan termasuk kami langsung membentuk kelompok sadar wisata.”(Wawancara peneliti dengan masyarakat, Ruslan Caniago, 15 Juli 2020, Transkrip Wawancara, hal 43).

Informan tersebut juga mengatakan bahwa sudah terjalin hubungan yang baik dengan masyarakat, hal tersebut dapat diketahui melalui wawancara berikut:

“Jelaslah. Jelas itu sudah terjalin hubungan yang baik. karena nggak mungkin berdiri pariwisata kalau nggak ada terjalinnya hubungan antara masyarakat dan Dinas Pariwisata.” (Wawancara peneliti dengan masyarakat, Ruslan Caniago, 15 Juli 2020, Transkrip Wawancara, hal. 43).

Dari informasi-informasi di atas dapat diketahui bahwa pelaksana selalu berusaha menjalin komunikasi kepada masyarakat dan berusaha agar informasi dapat diketahui dan diterima dengan baik oleh masyarakat. Berbagai upaya dilakukan yaitu dengan cara sosialisasi duduk bersama dengan aparat desa, masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat. Tentu hal ini sangat penting mengingat dalam pengembangan pariwisata yang terlibat bukan hanya pemerintah selaku pelaksana saja melainkan juga dibutuhkan partisipasi masyarakat.

Gambar 4. 18 Pelaksanaan Sosialisasi Sail Nias, 2019.

Sumber: Dinas Pariwisata, 2020.

Gambar di atas merupakan dokumentasi pelaksanaan sosialisasi kepada masyarakat pada saat pelaksanaan Sail Nias tahun 2019. Sosialisasi tersebut dihadiri oleh masyarakat yang berada di sekitar objek wisata.

Dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan kebijakan sangat penting karena dalam pelaksanaan kebijakan tentunya terdapat keterlibatan masyarakat untuk mensukseskan pelaksanaannya. Ketika komunikasi dan koordinasi dengan mayarakat sudah terjalin dengan baik maka informasi dapat tersalurkan dengan baik kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat memahami apa yang menjadi tujuan dan pentingnya hal tersebut karena hal tersebut bertujuan untuk memenuhi kepentingan masyarakat itu sendiri. Ketika masyarakat sudah mengetahui dan memahami maka kecil kemungkinan suatu pelaksanaan kebijakan itu ditolak oleh masyarakat.

Terkait dengan komunikasi, berdasarkan observasi peneliti, pegawai dinas pariwisata berkomunikasi dengan salah satu masyarakat yang ada di objek wisata via telepon untuk mengetahui kondisi objek wisata pada Kawasan Soziona.

Komunikasi via telepon dilakukan karena masih dalam situasi pandemi Covid-19.

(Observasi: 29 Juni 2020).

Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi di atas dapat diketahui bahwa komunikasi dan koordinasi pelaksana dalam lingkup Dinas Pariwisata Kabupaten Nias sudah berjalan dengan baik melalui rapat-rapat yang di adakan di Dinas Pariwisata. Melalui rapat tersebut dilakukan pemaparan program-program yang akan dilaksanakan sehingga setiap bidang dapat mengetahui dan saling mendukung dan bekerja sama. Komunikasi dan koordinasi Dinas Pariwisata dengan organisasi perangkat daerah lainnya yaitu melalui rapat koordinasi, salah satunya yaitu dalam pelaksanaan event Sail Nias pada Tahun 2019. Beberapa instansi terkait turut mensukseskan penyelenggaraan event tersebut. Koordinasi lintas sektoral dalam implementasi kebijakan pengembagan pariwisata masih belum maksimal. Skema kerja mengenai Soziona sudah diketahui oleh masing-masing organisasi perangkat daerah. Akan tetapi ditemukan kendala dalam hal sinkronisasi program karena dibatasi oleh tugas pokok instansi di wilayah lain dan instansi yang fokus pada program dan renstranya masing-masing. Selain itu, pelaksanaan koordinasi belum maksimal karena keterbatasan anggaran. Belum adanya sinkronisasi program dapat dilihat dari belum tersedianya akses jalan yang memadai menuju objek wisata. Sinkronisasi program dibatasi oleh tugas pokok instansi dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Nias di daerah lain. Selain itu koordinasi dengan dinas lain masih belum maksimal, dapat dilihat dari wifi yang dipasang hanya pada satu objek wisata yaitu Pantai Tagaule karena adanya keterbatasan anggaran.

Selanjutnya terkait dengan komunikasi pemerintah dengan masyarakat, komunikasi dan koordinasi sudah ada dan berjalan dengan baik. Pemerintah selalu berupaya menjalin komunikasi dengan masyarakat dan berupaya agar masyarakat bisa mengetahui apa saja kegiatan atau program yang akan dilakukan, mengingat dalam pelaksanaannya pemerintah juga membutuhkan dukungan dari masyarakat agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Komunikasi dan koordinasi dengan masyarakat sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat diketahui melalui respon masyarakat yang mengatakan bahwa Dinas pariwisata selalu menyampaikan informasi-informasi kepada masyarakat.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa komunikasi dan koordinasi belum sepenuhnya berjalan dengan baik, terdapat masalah terkait sinkronisasi program antara Dinas Pariwisata dengan instansi terkait dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Nias. Keterbatasan anggaran juga menyebabkan koordinasi Dinas Pariwisata dengan instansi lain belum maksimal. Koordinasi dalam implementasi kebijakan pengembangan pariwisata juga terkendala karena masing-masing instansi lebih berfokus pada program yang sudah ada di renstranya masing-masing.

Dengan adanya komunikasi dan koordinasi maka diharapkan dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan pengembangan pariwisata dengan demikian tujuan yang sudah ditetapkan dapat dicapai. Komunikasi dan koordinasi yang tidak berjalan baik akan menghambat jalannya implementasi kebijakan pengembangan pariwisata pada Kawasan Soziona.