• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2 Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Pada Kawasan Soziona

4.2.5 Sikap (Disposisi) Pelaksana

Sikap atau kecenderungan pelaksana terhadap kebijakan pengembangan pariwisata pada Kawasan Soziona berperan penting dalam menentukan keberhasilan kebijakan tersebut. Disposisi pelaksana berkaitan dengan penerimaan atau penolakan dari pelaksana itu sendiri. Penerimaan atau penolakan dari pelaksana dipengaruhi oleh pandangannya terhadap suatu kebijakan dan cara melihat kebijakan itu terhadap kepentingan-kepentingan organisasinya dan kepentingan-kepentingan pribadinya. Semakin pelaksana kebijakan mempunyai kecenderungan untuk menerima dan mendukung kebijakan, semakin tinggi pula probabilitas kebijakan tersebut bisa diimplementasikan dengan baik.

Sikap atau kecenderungan pelaksana terhadap kebijakan pengembangan pariwisata merupakan bentuk respon terhadap kebijakan tersebut. Sikap pelaksana terhadap kebijakan pengembangan pariwisata juga diungkapkan oleh Kepala Bidang Seni dan Budaya dalam wawancara berikut:

“Ya berkomitmen. Tidak ada yang menolak. Ya karena target kita kan supaya pariwisata di Kabupaten Nias lebih maju, itu untuk menambah pendapatan daerah kita nanti.” (Kepala Bidang Seni dan Budaya, 6 Juli 2020, Transkrip Wawancara, hal. 32).

Selanjutnya Kepala Seksi Sarana Usaha dan Jasa Pariwisata mengatakan setuju dan tidak ada penolakan terhadap kebijakan karena memang sudah ditetapkan dan itu menjadi tugas pegawai yang ada di Dinas Pariwisata untuk melaksanakannya. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara berikut:

“Setujulah karena perda ini sudah di bahas di DPRD kan dan kita di Dinas ini tinggal melaksanakan saja. Itu merupakan acuan bagi Dinas dalam melaksanakan pengembangan di bidang pariwisata.” (Kepala Seksi Sarana Usaha dan Jasa Pariwisata, 2 Juli 2020, Transkrip Wawancara, hal. 24).

Para pelaksana kebijakan pengembangan pariwisata pada Kawasan Soziona telah memberikan respon yang baik terhadap kebijakan tersebut. Terbukti dengan telah disusunnya Rencana Kerja Pemerintah Daerah Dinas Pariwisata Tahun 2020 dengan salah satu program di dalamnya yaitu penataan destinasi wisata Pantai Tagaule dan Pantai Bozihӧna. Rencana kerja tersebut merupakan prioritas program atau kegiatan Dinas Pariwisata yang harus dilaksanakan pada tahun berkenan. Ini berarti bahwa pelaksana memiliki kemauan untuk melaksanakan kebijakan yang sudah di tetapkan.

Tabel 4. 8: Rencana Kerja Pemerintah Daerah Dinas Pariwisata Tahun 2020

Sumber: Dinas Pariwisata, 2020.

Tabel di atas adalah RKPD (Rencana Kerja Perangkat Daerah) Dinas Pariwisata Kabupaten Nias tahun 2020. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebijakan pengembangan pariwisata pada Kawasan Soziona diwujudkan melalui penataan destinasi wisata pada Pantai Tagaule dan Pantai Bozihӧna.

Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa Dinas Pariwisata selaku leading sector dalam pengembangan pariwisata merespon kebijakan pengembangan

pariwisata dengan menyusun RKPD (Rencana Kerja Perangkat Daerah) yang di dalamnya terdapat program atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pegawai Dinas Pariwisata. Rencana Kerja tersebut terdiri dari program dan kegiatan yang harus dilaksanakan selama setahun.

Terkait dengan sikap pelaksana, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata mengatakan bahwa:

“Ini kan selalu ada program kita dan selalu kita pantau. Selalu kita kerahkan personil yang ada. Contohya kita monitoring setiap destinasi wisata, bagaimana kebersihannya, memantau jumlah kunjungan wisatawannya juga. Jadi ada inisiatif pegawainya.” (Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata, 29 Juni 2020, Transkrip Wawancara. 18).

Pernyataan Kepala Bidang Pengembangan Destinasi tersebut juga sesuai dengan hasil observasi peneliti. Pegawai memiliki kemauan dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini tampak pada saat pegawai diberikan arahan untuk melakukan monitoring ke lokasi wisata, pegawai melaksanakan tugasnya tersebut.

(Observasi: 8 Juli 2020).

Dari wawancara di atas dapat diketahui bahwa tidak ada penolakan pelaksana dalam hal ini pegawai Dinas Pariwisata terhadap kebijakan pengembangan pariwisata, hal tersebut juga dinyatakan oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Nias dalam hasil wawancara berikut:

“Namanya ASN ini kan sudah memang mitra kerjanya ya harus melaksanakan tugas, sesuai dengan tupoksinya. Namun karena kondisi SDM yang disiplin ilmunya agak berbeda menyebabkan ada kelambanan dalam menyikapi.

Tidak ada penolakan dari sisi pegawai hanya saja kemampuan pegawai berbeda-beda. Yang kita harapkan sebenarnya adanya kesigapan pegawai, ketika kita komunikasikan ya harusnya langsung dilaksanakan jadi pengembangan

pariwisata ini menjadi lebih cepat. Di sini tidak seperti itu, ya kembali lagi karena kemampuannya berbeda-beda.” (Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Nias, 29 Juli 2020, Transkrip Wawancara, hal. 12).

Sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Nias di atas, Kepala Bappeda juga mengatakan hal senada bahwa pelaksana dalam hal ini pegawai Dinas Pariwisata melaksanakan implementasi kebijakan karena memang hal tersebut sudah menjadi tanggung jawab dan tugas pegawai. Dengan adanya perjanjian kinerja maka harus diselesaikan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Kepala Bappeda Kabupaten Nias yang mengatakan bahwa:

“Itu kan memang sudah ada di rencana kerja pemerintah. Itu pasti mereka laksanakan karena memang ada perjanjian kinerja di awal tahun dengan kepala dinas untuk menyelesaikan target kerja sepanjang tahun. Kalau ada target kerja Soziona mereka akan selesaikan.” (Kepala Bappeda Kabupaten Nias, 9 Juli 2020, Transkrip Wawancara, hal. 36).

Dari wawancara-wawancara di atas dapat diketahui bahwa pelaksana memandang kebijakan ini merupakan hal yang postif karena alasan untuk kemajuan daerah, pelaksana juga merespon kebijakan ini sebagai suatu keharusan yang harus dilaksanakan karena sudah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa pelaksana menerima kebijakan pengembangan pariwisata. Meskipun demikian, masih ada sikap pegawai yang tidak diharapkan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Nias, pegawai tidak sigap dalam melaksanakan tugasnya terkait implementasi kebijakan pengembangan pariwisata. Hal tersebut dipengaruhi oleh kemampuan pegawai.

Karena itu, pegawai masih bergantung pada arahan dan pendampingan dari Kepala Dinas.

Kemudian terkait dengan respon dari pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan pengembangan pariwisata, Kepala Bappeda mengatakan bahwa:

“Setuju. Jadi para pelaksana baik yang kami di Bappeda maupun dari dinas teknis akan mengerjakan dan sepakat karena itu udah ada di dokumen. Di dokumen RPJMD target Bapak Bupati tadi, agenda politik Bapak Bupati. Untuk saat ini kalau saya lihat komit ya. Kepala-kepala perangkat daerah komit.”

(Wawancara peneliti dengan informan, Kepala Bappeda Kabupaten Nias, 9 Juli 2020, Transkrip Wawancara, hal. 36).

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Nias juga mengatakan:

“Kita tetap berkomitmen.“ (Kepala Dinas Pekerjaan Umum, 13 Juli 2020, Transkrip Wawancara, hal. 39).

Kemudian Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata mengatakan bahwa:

“Semua mendukung, tapi seperti yang saya bilang tadi, kalau nggak ada dana atau anggarannya tidak mencukupi, ya tidak berjalan dengan baik pariwisata kita ini.” (Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata, 30 Juni 2020, Transkrip Wawancara, Transkrip Wawancara, hal. 18).

Pernyataan Kepala Bidang Pariwisata tersebut dapat dibuktikan. Peneliti mengobservasi kondisi jalan menuju objek wisata Pantai Tagaule, Pantai Bozihӧna dan jalan sepanjang Kawasan Soziona yang menghubungkan masing-masing objek wisata yang ada di Kawasan Soziona. Berdasarkan observasi peneliti akses menuju objek wisata Pantai Tagaule masih belum memadai dan jalan sepanjang Kawasan Soziona masih dalam tahap pembukaan badan jalan.

(Observasi: 18-19 Juli 2020). Meskipun instansi yang terlibat mengatakan berkomitmen dan mendukung, akan tetapi karena ketersediaan anggaran tidak

mencukupi maka mempengaruhi tindakan instansi terkait sebagai wujud dari komitmennya.

Pandangan atau sikap pelaksana dalam implementasi kebijakan adalah hal yang penting. Implementasi kebijakan bisa saja gagal apabila pelaksana memberikan penolakan terhadap kebijakan. Penerimaan terhadap kebijakan menjadi potensi keberhasilan kebijakan tersebut.

Berdasarkan wawancara, dokumentasi dan observasi di atas dapat dinyatakan bahwa sikap pelaksana dalam implementasi kebijakan pengembangan pariwisata pada Kawasan Soziona masih belum sepenuhnya mendukung implementasi kebijakan pengembangan pariwisata pada Kawasan Soziona.

Respon pelaksana terhadap kebijakan adalah positif dengan alasan untuk kemajuan daerah dan sudah menjadi tanggung jawab yang harus dilaksanakan.

Pegawai memiliki kemauan, akan tetapi karena kemampuan pegawai yang masih kurang, maka mempengaruhi ketanggapan dalam melaksanakan tugasnya, dalam hal ini pegawai masih bergantung pada arahan dan pendampingan dari Kepala Dinas. Sementara itu, instansi lain yang terlibat menyatakan responnya yaitu setuju dan berkomitmen akan tetapi dukungan tersebut tidak tampak pada adanya aktivitas yang mendukung implementasi kebijakan pengembangan pariwisata karena keterbatasan anggaran.