BAB II URAIAN TEORITIS
II.1 Komunikasi
II.1.1 Pengertian Komunikasi
Beberapa ahli menguraikan berbagai pengertian komunikasi, diantaranya
adalah Samovar, dkk yang mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses dinamis
di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain
melalui penggunaan simbol (Samovar, dkk, 2010: 18). Bagi Everett M. Rogers,
komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu
penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Sedangkan menurut Joseph A. Devito, komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang atau lebih, yakni kegiatan menyampaikan dan menerima pesan yang
mendapat distorsi dari gangguan-gangguan dalam suatu konteks yang menimbulkan
efek dan kesempatan untuk arus balik (Uchjana, 2006: 5).
Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau
lebih. Richard dan Yoshida mengatakan bahwa komunikasi terjadi jika setidaknya
suatu sumber membangkitkan respons pada penerima melalui penyampaian suatu
pesan dalam bentuk tanda atau simbol, baik bentuk verbal ataupun nonverbal, tanpa
harus memastikan terlebih dahulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya
suatu sistem simbol yang sama (Mulyana, 2004: 3). Simbol atau lambang adalah
sesuatu yang mewakili sesuatu lainnya berdasarkan kesepakatan bersama. Atau
gaya, atau objek (simbol status) yang mengandung suatu makna tertentu yang hanya
dikenali oleh mereka yang menganut suatu budaya (Mulyana, 2004: 3).
Dalam kehidupan sehari-hari, tidak peduli dimana berada, manusia selalu
berinteraksi dengan orang-orang tertentu yang berasal dari kelompok, ras, etnik, atau
budaya lain. Berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
kebudayaan merupakan pengalaman baru yang selalu dihadapi. Esensi komunikasi itu
sendiri terletak pada proses, yakni suatu aktivitas yang melayani hubungan antara
pengirim dan penerima pesan melampaui ruang dan waktu. Komunikasi merupakan
pusat dari seluruh sikap, perilaku, dan tindakan yang terampil dari manusia. Manusia
tidak bisa dikatakan berinteraksi sosial kalau dia tidak berkomunikasi dengan cara
atau melalui pertukaran informasi, ide-ide, gagasan, maksud serta emosi yang
dinyatakan dalam simbol-simbol dengan orang lain (Liliweri, 2003: 5).
II.1.2 Prinsip Komunikasi
Menurut Samovar, dkk, ada enam prinsip komunikasi, yaitu:
1. Komunikasi merupakan proses dinamis. Dinamis menandakan aktivitas yang
sedang dan terus berlangsung; tidak statis. Komunikasi itu seperti gambar hidup, bukan hasil jepretan. Kata atau tindakan tidak membeku ketika individu berkomunikasi, namun selalu berganti dengan kata atau tindakan yang lain. Proses dinamis mengandung arti bahwa pengiriman dan penerimaan pesan melibatkan sejumlah variabel penting yang bekerja dalam waktu yang bersamaan. Kedua belah pihak yang terlibat sama-sama melihat, mendengar atau tersenyum dalam waktu yang sama. Konsep “proses” dalam kata dinamis juga berarti bahwa seseorang dengan orang lain merupakan bagian dari suatu proses dinamis komunikasi. Seseorang dipengaruhi oleh pesan orang lain dan sebagai akibatnya seseorang tersebut berubah; pesan seseorang itu juga mengubah orang lain. Dapat dikatakan bahwa seseorang mengalami perubahan fisik dan psikologis tiada akhir hingga ia mati.
2. Komunikasi merupakan simbol. Simbol merupakan ekspresi yang mewakili
bahwa simbol tidak mempunyai hubungan langsung dengan apa yang diwakilinya, sehingga dapat berubah-ubah. Manusia menggunakan simbol bukan hanya dalam berinteraksi. Penyimbolan memungkinkan suatu budaya disampaikan dari generasi ke generasi. Gudykunst dan Kim (dalam Samovar, dkk, 2010 ) mengatakan bahwa suatu simbol menjadi simbol ketika sejumlah orang sepakat menjadikannya suatu simbol.
3. Komunikasi merupakan kontekstual. Komunikasi dikatakan kontekstual
karena komunikasi terjadi pada situasi atau sistem tertentu yang mempengaruhi apa dan bagaimana kita berkomunikasi dan apa arti dari pesan yang kita bawa. Seperti yang dikemukakan oleh Littlejohn, “komunikasi selalu terjadi dalam konteks dan sifat komunikasi sangat bergantung pada konteks ini.” Hal ini berarti bahwa tempat dan lingkungan menolong seseorang untuk menentukan kata serta tindakan yang dia hasilkan dan mengartikan simbol yang dihasilkan orang lain. Pakaian, bahasa, perilaku menyentuh, dan lainnya diadaptasikan dalam konteks.
4. Komunikasi merupakan refleksi diri. Refleksi diri menyatakan bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk memikirkan diri sendiri, teman mereka berkomunikasi, pesan-pesan mereka, dan akibat potensial dari pesan tersebut (terjadi dalam waktu yang sama). Manusia adalah satu-satunya spesies yang dapat berada dalam posisi yang sama di waktu yang bersamaan pula. Ciri ini mengizinkan seseorang untuk memonitor tindakannya dan membuat beberapa penyesuaian penting ketika hal itu dibutuhkan.
5. Kita belajar untuk berkomunikasi. Kemampuan seseorang berkomunikasi
merupakan hubungan yang saling mempengaruhi antara apa yang ada dalam dirinya dan apa yang ia pelajari tentang komunikasi selama hidup. Seseorang dapat menerima satu fakta secara bergantian dan otaknya menyimpan fakta tersebut. Seseorang itu mungkin punya masalah mengingat, tetapi sebenarnya informasi itu tetap ada disana. Tidak semua orang memiliki pengalaman yang sama dan apa yang seseorang ketahui belum tentu diketahui orang lain. Seseorang dapat belajar banyak hal dari orang lain. Kemampuan suatu budaya terhadap suatu hal dapat dibagikan kepada budaya yang kurang informasi akan hal tersebut. Intinya tiap budaya akan semakin baik jika saling berbagi satu sama lain.
6. Komunikasi memiliki konsekuensi. Inti dari prinsip ini adalah bahwa kegiatan mengirim dan menerima simbol mempengaruhi semua orang yang terlibat di dalamnya. Respons seseorang terhadap suatu pesan berbeda, baik dari segi cara maupun jenisnya. Hal ini mungkin membantu seseorang untuk mencoba menggambarkan respons potensial yang ia miliki dalam suatu rangkaian kesatuan. Di akhir setiap rangkaian ini terdapat respons terhadap pesan yang jelas dan mudah dimengerti. Salah satu implikasi penting dari prinsip ini adalah pengaruh potensial yang seseorang miliki atas orang lain. Apa yang seseorang katakan pasti berpengaruh pada orang lain: bagaimana mereka memandang diri mereka sendiri, bagaimana mereka berpikir tentang diri mereka sendiri, dan bagaimana mereka berpikir tentang orang lain (Samovar, dkk, 2010: 18-25).