• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. LINGKUP PEKERJAAN PENGAWASAN

7.2. Kondisi dan Permasalahan Teknis

PT. SK selaku kontraktor utama merupakan kontraktor dengan latar belakang sebagai penyedia layananan jasa konstruksi bangunan dan fasilitas umum, sedangkan CV. BIF selaku sub-kontraktor merupakan rekanan PT. Jasa Marga cabang CTC yang telah menangani berbagai proyek penanaman lanskap jalan tol pada kantor cabang PT. Jasa Marga dengan sejarah kerja (track record) yang cukup baik. Perbedaan latar belakang ini menjadikan kontraktor dengan sub-kontraktor memiliki pemahaman dan tujuan pelaksanaan kerja yang berbeda.

Harga penawaran kontraktor PT. SK dalam dokumen penawaran (tender) yang berada di bawah harga normal, menjadikan sub-kontraktor CV. BIF sebagai penyedia dan pelaksana pekerjaan penanaman tidak dapat menyediakan tanaman sesuai dengan spesifikasi pada dokumen kontrak secara sempurna. Hal ini terutama tampak pada tanaman pucuk merah (Eugenia oleana) yang ditanam pada kedua ruas jalan tol tersebut yang hanya memiliki ketinggian setengah dari ketentuan spesifikasi tanaman yang tercantum dalam dokumen kontrak.

Permasalahan teknis yang dijumpai dalam pelaksanaan proyek ini mencakup: penentuan lubang tanam, penyediaan armada penyiraman dan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan, keterbatasan sumberdaya dalam pengadaan tenaga kerja dan faktor eksternal. Dalam penentuan lubang tanam pada masing-masing ruas, PT. BIF selaku pelaksana pekerjaan penanaman mendapatkan kesulitan dalam menentukan lubang tanam sesuai dengan gambar rencana yang telah diberikan. Hal tersebut menyebabkan SM tidak mau menentukan titik lubang tanam apabila tidak disertai oleh perwakilan konsultan pengawas yang dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pengulangan dalam pekerjaan pembuatan lubang tanam. Dampak dari hal tersebut adalah semakin banyaknya waktu yang diperlukan dalam menentukan titik lubang tanam dan berakibat pada semakin mundurnya waktu pelaksanaan dari setiap item pekeraan yang ada dalam dokumen kontrak.

Sedangkan faktor eksternal yang dijumpai dalam pelaksanaan proyek ini adalah adanya fenomena alam berupa banjir rob (air pasang) yang terjadi pada ruas Cengkareng di sekitar Km-22 sampai dengan Km-27 yang merupakan lokasi penanaman Lantana sp. dan Nerium oleander. Sedangkan tanaman palm jepang (Pthycosperma sp.) dan pucuk yang diletakan pada lokasi yang berbatasan dengan pemukiman penduduk pada ruas Cengkareng menjadikan tanaman tersebut sebagai jenis tanaman dengan tingkat kerusakan tertinggi dibandingkan jenis tanaman lainnya. Kerusakan pada umumnya disebabkan oleh adanya aktivitas penggembalaan hewan ternak yang dilakukan oleh penduduk sekitar.

Daun dari tanaman tersebut dimakan oleh kambing yang digembala disekitar lokasi penanaman. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan melakukan relokasi tanaman atau dengan melakukan penggantian jenis tanaman dengan menggunakan tanaman lain. Pada permasalahan yang menyanggkut adanya aktifitas penggembalaan hewan ternak, tanaman palm jepang ditukarkan lokasi penanamnnya dengan tanaman thevetia. Hal ini merupakan saran yang berasal dasri SM yang menginformasikan bahwa hewan ternak tidak menyukai tanaman thevetia.

Permasalahan teknis lain terdapat pada pemasangan bambu penyangga pada pohon atau palm yang tidak sesuai dengan ketentuan kerja. Beberapa jenis pohon yang seharusnya memiliki bentukan penopang menyerupai tripod hanya dipasangkan dengan 2 (dua) buah penopang, itu pun dengan cara pemasangan yang kurang baik. Penopang tersebut tidak ditancapkan dengan baik ke dalam

tanah sehingga tidak memiliki fungsi sebagaimana yang seharusnya. Sedangkan ukuran lubang tanam tidak dipenuhi sebagaiman ketentuan pada dokumen kontrak. Lubang tanam yang dibuat pada lokasi pekerjaan hanya dibuat dengan ukuran 2 (dua) hingga 3 (tiga) kali ukuran bola akar. Walaupun ukuran tersebut merupakan ukuran lubang tanam yang ideal bagi penanaman tanaman, namun ketidaktepatan ini berdampak pada tidak terpenuhinya penyediaan tanah dan pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam. Selain itu, ukuran lubang tanam yang relatif besar tersebut juga dimaksudkan untuk memperbaiki struktur dan kandungan hara tanah disekitar tanaman yang akan ditanam pada lubang tersebut.

Dalam ketentuan-ketentuan kontrak kerja yang tidak dideskripsikan dengan jelas, kontraktor melakukan beberapa pengurangan atau pemangkasan biaya operasional secara keseluruhan melalui :

1) Tidak menyediakan kelengkapan keaman kerja yang memadai seperti rompi dan helm proyek

2) Tidak melakukan pengaturan lalu lintas untuk menjamin keamanan dan keselamatan, baik pekerja maupun pengguna jalan tol

3) Pengadaan alat keselamatan kerja yang sangat minim

Sedangkan pada pihak konsultan permasalahan timbul akibat adanya ketidak-lengkapan seragam dan perlatan lapang lapang. Peralatan lapang yang sangat vital dalam kegiatan pengawasan yaitu kamera yang digunakan untuk kegiatan pendokumentasian. Pada awal minggu pertama, konsultan pengawas tidak memiliki kamera yang dapat digunakan untuk mendokumentasikan seluruh pekerjaan yang dilaksanakan pada minggu tersebut. Selain itu, kendala utama dalam melaksanakan kegiatan pengawasan adalah keterbatasan penggunaan sarana mobilisasi yang lengkap dengan kelengkapan keamanan pelaksanaan kerja di jalan tol yang dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan lapangan.

Selain itu, posisi CI dalam anggota tim pengawas kurang dapat berperan dengan baik. Hal ini dikarenakan pada pertengahan bulan-3, CI mengundurkan diri dalam keterlibatannya pada pelaksanaan proyek ini.

Permasalahan lain yang dihadapi oleh konsultan pengawas adalah keterbatasan dalam mengawasi seluruh pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor di lapangan secara langsung dikarenakan keterbatasan dalam sarana mobilisasi yang dapat digunakan oleh konsultan pengawas. Hal ini sangat

berpengaruh pada pekerjaan pengadaan tanah ke lokasi tanam yang umumnya dilaksanakan pada malam hari.

Dalam melakukan penjaminan terhadap pemenuhan jumlah tanaman yang harus dipenuhi, kontraktor diwajibkan melakukan penggantian terhadap seluruh tanaman yang mengalami kematian, baik pada ruas Jagorawi maupun pada ruas Cengkareng. Hal ini disebabkan karena dalam kegiatan pemeriksaan tanaman yang telah tertanam, terdapat sejumlah tanaman yang mengalami kematian, baik dikarenakan oleh kesalahan pra-penanaman, rendahnya tingkat pemeliharaan pasca-penanaman maupun adanya gangguan dari aktifitas penduduk sekitar. Perincian hasil pemeriksaan terhadap mortalitas tanaman dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Pemeriksaan terhadap mortalitas tanaman pasca-penanaman

Kuantitas  No  Nama Pohon 

BQ  Hidup  Mati 

  Ruas Jagorawi       

Palm sadeng (Livistonia rotundifolia)    2.5 m  45  41  Palm sadeng (Livistonia rotundifolia)    3 m  24  21  Palm sadeng (Livistonia rotundifolia)    3.5 – 4 m  50  52  Bunga kupu‐kupu (Bauhinia purpurea)  250  289  61 

Kamboja (Plumeria rubra)  89  89  ‐ 

Ki Hujan (Samanea saman)  18  14 

Pucuk merah (Euginia oleana)  233  228 

Pandan kuning (Pandanus pygmeus)  23.904  ‐  ‐ 

Pisang hias (Helliconia psittacorum)  21.904  ‐  ‐ 

10  Nusa indah (Musaenda sp)  1.600  1.219  381 

11  Lili air mancur (Hymenocalis speciosa)  23.904  ‐  ‐ 

12  Euphorbia (Euphorbia milii)  2.507  ‐  ‐ 

13  Bunga kertas (Bougenvillea glabra)  45  40 

14  Rumput gajah mini (Axonopus sp)  1.369  ‐  ‐ 

  Ruas Cengkareng       

Palm anggur (Latania sp)  112  110 

Bintaro (Cerbera odolam)  790  769  21 

Thevetia (Thevetia peruviana)  538  525  13 

Ki Hujan (Samanea saman)  150  123  33 

Kamboja (Plumeria rubra)  40  40  ‐ 

Kamboja bali (Plumeria fragrans)  10  10  ‐ 

Palem jepang (Ptycosperma macharturii)   225  182  43  Bunga merak (Caesalpinia pulcerrima)  265  250  15 

Pucuk merah (Euginia oleana)  265  253  12 

10  Bunga mentega (Nerium oleander)  10.500  ‐  ‐ 

11  Bunga mentega Var. (Nerium oleander Var)  10.500  ‐  ‐ 

12  Pandan kuning (Pandanus pygmeus)  1.800  ‐  ‐ 

13  Lili air mancur (Hymenocalis speciosa)  1.800  ‐  ‐  14  Pisang hias (Helliconia psittacorum)  1.600  ‐  ‐ 

15  Lantana (Lantana camarra)  16.000  8.000  8.000 

16  Rumput gajah mini (Axonopus sp)  50  ‐  ‐ 

Sumber : hasil pengamatan lapang

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, kematian yang terjadi pada tanaman disebabkan karena adanya gangguan yang berasal dari adanya aktifitas penduduk sekitar. Beberapa tanaman seperti trembesi (Samanea saman) dan bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) mati dikarenakan ditebang untuk dijadikan sebagai kayu bakar. Tanaman palm jepang (Spermathophyta sp) dan pucuk merah (Euginia oleana) mengalami kematian karena adanya aktifitas penggembalaan hewan ternak. Sedangkan tanaman lantana (Lantana cammara) mengalami kematian dikarenakan minimnya penyiraman yang diberikan pasca-penanaman. Secara keseluruhan, permasalahan teknis yang dijumpai dalam pekerjaan penanaman lebih mengarah pada pemenuhan pekerjaan sesuai dengan kualitas dan ketetapan kerja dalam kontrak.