VI. LINGKUP PEKERJAAN PENGAWASAN
6.4. Pengawasan Pekerjaan Penanaman
6.4.4. Metode Penanaman
Metode penanaman yang diterapkan oleh para pekerja di lapangan dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu metode penanaman pada tanaman keras dan metode penanaman pada tanaman lunak.
6.4.4.1. Penanaman Tanaman Keras
Tanaman keras yang dimaksudkan dalam pekerjaan penataan lanskap jalan tol ruas Cawang – Tomang – Cengkareng adalah semua jenis tanaman berkayu atau tanaman berkambium dengan tinggi tanaman 50 cm atau lebih.
Jenis tanaman ini mencakup semua jenis palm, pohon dan perdu yang ada dalam dokumen daftar harga, kuantitas dan kualitas kerja (Bill of Quantity).
Penanaman tanaman keras dilakukan setelah lubang tanam dan media penanaman telah tersedia dan siap untuk digunakan. Metode penanaman untuk tanaman keras yang digunakan oleh para pekerja di lapangan adalah sebagai berikut :
1) Tanaman dimasukkan ke dalam lubang yang tersedia dengan kondisi tetap dalam pembungkus akar (pada tanaman yang menggunakan karung goni). Apabila pembungkus bola akar terbuat dari bahan lain, terutama bahan yang tidak dapat terdekomposisi seperti plastik maka pembungkus bola akar dibuka terlebih dahulu
2) Sebelum dilakukan pengurugan, dilakukan beberapa tindakan antisipasi seperti pengaplikasian fungisida pada lubang tanam dan penggunaan zat perangsang akar disekitar bola akar
3) Setelah tanaman ditempatkan pada lubang tanam, kemudian lubang diisi kembali sampai melebihi batas permukaan tanah, tetapi tidak melebihi leher akar
4) Disekitar lubang tanam dibuat cekungan sebagai media untuk menampung air agar tidak melimpah keluar
5) Setelah lubang tanam diurug dengan menggunakan media tanamnya, maka batang pohon diberikan penguat tanaman atau penopang dan diikat dengan kuat menggunakan ijuk atau tali organik lainnya
Seluruh tanaman keras yang digunakan dalam pekerjaan ini diharuskan untuk dilengkapi dengan penopang untuk menjaga posisi tanaman tetap berdiri dengan tegak. Metode pemasangan penopang yang diterapkan oleh para pekerja lapangan merupakan salah satu hal yang diperhatikan oleh konsultan pengawas.
Umumnya, penopang dipasang dengan bentuk penyangga kaki tiga (tripod) dengan batang utama tanaman berada di pusat pemasangan penopang. Metode pemasangan seperti ini pada umumnya digunakan pada area dengan intensitas angin yang cukup kuat (Hillock dan Schenelle, 2008), namun dapat merusak dan melukai batang utama tanaman apabila tidak diaplikasikan dengan benar.
Metode penanaman dan pemasangan penopang tanaman yang baik dapat dilihat pada Gambar 33.
Gambar 33. Metode penanaman dan pemasangan penopang tanaman yang ideal
Tali pengikat
Cekungan air
Kayu atau bambu ditancapkan dengan jarak lebih besar dari diameter lubang tanam
Diameter lubang dibuat 1.5-2x lebar tajuk
Pemasangan penopang seperti ini tidak akan melukai batang maupun akar tanaman sekaligus memberikan ruang yang cukup bagi tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik (Hillock dan Schenelle, 2008). Namun, metode pemasangan seperti ini akan memerlukan biaya dan waktu lebih dibandingkan dengan pemasangan menggunakan metode tripod. Kesalahan yang umum dijumpai pada pekerjaan pemasangan penopang antara lain :
1) Penggunaan material yang tidak sesuai
Pada pemeriksaan terhadap material, didapatkan bahwa penopang yang digunakan pada tanaman tidak seluruhnya sesuai dengan ukuran yang ditentukan. Sedangkan tali yang digunakan oleh kontraktor adalah tali rafia yang tidak disarankan oleh konsultan pengawas.
2) Metode pemasangan yang kurang baik
Di lapangan banyak dijumpai metode pemasangan penopang yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ada pada Gambar kerja. Pada beberapa lokasi pekerjaan, ditemukan bahwa kontraktor hanya menggunakan dua buah penopang pada masing-masing pohon. Hal ini kemudian diperburuk dengan kondisi penopang yang tidak ditancapkan dengan baik sehingga terdapat sejumlah tanaman yang rubuh.
6.4.4.2. Penanaman Tanaman Lunak
Sedangkan tanaman lunak yang dimaksudkan adalah semua jenis tanaman selain tanaman keras yang akan digunakan pada pekerjaan penanaman. Tanaman yang termasuk ke dalam kategori tanaman lunak adalah semak, rumput dan tanaman penutup tanah (groundcover).
Rumput merupakan tumbuhan yang menutup tanah yang mempunyai kemampuan bertahan pada kondisi pemangkasan dan pemakain yang teratur.
Turgeon (1980) menyatakan rumput ini sebagai rufgrass. Sedangkan tanaman penutup tanah (groundcover) adalah tanaman rendah dengan tingkat persebaran dan kerapatan tanaman yang relatif tinggi. Tanaman penutup tanah (groundcover) umumnya digunakan sebagai tanaman perintis (pioner) untuk mengatasi permasalahan pada lahan yang sulit ditanami dengan menggunakan pohon atau tanaman berukuran besar. Adapun permasalahan yang dapat diatasi dengan menggunakan penanaman dengan menggunakan tanaman penutup tanah (groundcover) mencakup :
1) Kontrol erosi pada lahan dengan kemiringan yang curam
2) Daerah naungan di bawah pohon atau semak.
3) Pada lokasi dimana perakaran tanaman berada dekat dengan permukaan sehingga tidak memungkinkan penanaman dengan menggunakan tanaman lain
4) Pada lokasi yang sangat lembab atau sangat kering
Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penanaman tanaman penutup tanah adalah pekerjaan persiapan tanah yang ditujukan untuk membersihkan area penanaman dari gulma. Hal ini disebabkan karena banyak dari jenis tanaman penutup tanah memiliki tingkat kompetisi yang rendah terhadap gulma (Kluepfel, 2001). Dalam pekerjaan penanaman rumput, penanaman dilakukan dengan menggunakan sistem sodding (titik tanam).
Setelah penanaman selesai dilakukan, permukaan tanah tempat penanaman kemudian dipadatkan dengan cara diinjak atau dipukul-pukul dengan potongan balok untuk merapikan permukaan tanah, setelah itu tanah disiram. Dalam penanaman tanaman dengan menggunakan cara seperti ini, harus memperhatikan sistem perembesan dan pengaliran air ke dalam tanah.
Sedangkan untuk tanaman semak atau perdu, lubang tanaman diisi dengan tanah subur / top-soil yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang sudah matang (berumur 2 bulan) dan pasir dengan ukuran perbandingan campuran top soil 0,04 m³ - 0,144 m³/pohon, pupuk kandang / kompos 10 kg, pasir sebanyak ± 0,004 m³ s/d 0,048 m³ /lubang tanam pohon dan tanah merah yang dicampurkan secara merata pada tempat terpisah sehingga masing-masing lubang tanam tertimbun dengan baik. Tanah kemudian dipadatkan dengan cara diinjak atau dipukul-pukul dengan menggunakan cangkul atau papan. Pupuk yang dipakai sebagai media tanam adalah pupuk kandang yang mempunyai kriteria sebagai berikut :
1) berasal dari kotoran hewan sapi, kerbau, atau kambing yang sudah mengalami pelapukan dimana kotoran sudah menjadi tanah
2) tidak berbau kotoran dan lebih ringan dari tanah biasa
3) berwarna kehitam-hitaman, kecoklat-coklatan dan keabu-abuan 4) terbebas dari hama atau gulma
Sebelum diisi dengan tanah, dasar lubang diberi furadan/pembasmi rayap, dengan dosis 20 gram/m² atau sesuai petunjuk yang ada pada kemasan. Dalam pekerjaan ini, kontraktor disarankan untuk melakukan penggemburan terhadap tanah yang digunakan untuk pengurugan. Bongkahan yang terdapat pada saat
pengurugan menyebabkan terjadinya kerusakan pori-pori udara yang berada di dalam tanah disekitar bola akar dan dapat menghambat pertumbuhan sistem perakaran dan kemampuan tumbuh tanaman (Polomsky, 2005). Untuk proses penanaman, tanaman ditempatkan pada lubang tanam dalam posisi berdiri tegak dan dengan kedalaman yang tepat, kemudian lubang tanam tersebut diurug hingga setengah lubang tanam di sekeliling bola akar terisi penuh.
Penyelesaian penanaman dilakukan dengan pengisian lubang tanam dengan mengunakan tanah gembur yang dipadatkan secara ringan dengan melakukan penginjakan.